Fenomena Fatherless dan Bagaimana Kita Menyikapinya

Bapak bisa mencegahnya dengan menjadi teman bagi anaknya.

138
Ilustrasi keluarga kecil bahagia

Fenomena fatherless atau ketidakhadiran figur ayah di dalam keluarga mulai menyeruak belakangan ini. Indonesia bahkan disebut negara di posisi 3 dunia terkait fatherless ini.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bapak Hasto Wardoyo mengingatkan pentingnya seluruh masyarakat peduli terhadap fenomena ini. BKKBN menilai perlunya keterlibatan banyak pihak untuk mengatasi hal ini.

“Di kita ada Bina Keluarga Balita atau BKB, ini siapa saja yang mengasuh balita atau remaja (yang terindikasi fatherless) kita bina. Kita berikan kurikulum sampai 9 bulan hingga lulus, ini pesertanya single parents banyak juga,” kata Bapak Hasto ketika berbincang dengan OPPAL di ruangannya beberapa waktu lalu.

Dengan pembinaan itu diharapkan terjadi konsultasi dengan para single parents apa yang dapat dilakukan terhadap anak yang tidak memiliki figur bapak di keluarga, bagaimana cara menggantikan figur bapak tadi.

Kepala BKKBN Bapak Hasto Wardoyo
Kepala BKKBN Bapak Hasto Wardoyo/Humas BKKBN

Selain membina single parents, BKKBN juga berkolaborasi dengan komunitas remaja broken home bernama Behome. Menurut Bapak Hasto hal ini juga penting mengingat mereka bisa jadi korban karena ketidakhadiran figur ayah juga.

“Ada remaja-remaja yang sebenernya ini lebih banyak remaja jalanan dia sering gak pulang atau broken home. Nah, dia jelas itu betul-betul tidak dapat pengayoman dari laki-laki, dari ayah, dari ibu. Nah, ini dalam saat-saat perilakunya juga berbeda, kita juga melakukan komunikasi edukasi dan pendampingan ke mereka,” paparnya.

Terkait fenomena fatherless ini, seorang psikolog dari Amerika Edward Elmer Smith mengatakan bahwa fatherless country berarti negara yang masyarakatnya memiliki kecenderungan tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis.

Fatherless tidak hanya dialami oleh anak yatim saja. Selama mereka memiliki figur bapak yang dihadirkan dari kakek atau om, maka figur ‘bapak’ ini bisa tergantikan. Jadi yang dimaksud fatherless ini adalah anak yang kehilangan peran bapak dalam kehidupan dan pengasuhan.

Adapun faktor penyebab fatherless ini beragam, mulai dari perceraian, meninggal dunia, pernikahan dini, atau keluarga yang ditinggalkan oleh bapaknya. Terkadang faktor ekonomi ketika suami atau bapak sedang mencari nafkah lupa dengan tanggungjawabnya untuk menjadi bapak bagi anaknya.

Ilustrasi ayah dan anak
Ilustrasi ayah dan anak/Shutterstock

Lalu apa dampak dari fatherless ini terhadap anak hingga dia dewasa, OPPAL merangkumnya dari berbagai sumber.

  • Kurang menghargai diri sendiri
  • Merasa minder
  • Gampang takut dan cemas
  • Hubungan dengan pasangan yang complicated
  • Sering merasa tidak aman
  • Malas belajar
  • Berperilaku buruk

Karena itu, perlu juga dipahami apa yang seharusnya dilakukan seorang bapak di dalam keluarga untuk menghindari fatherless ini. Peran penting seorang bapak dapat dimulai dengan mendampinginya ketika belajar, menjadi teman ketika bermain, mengajarkan tanggungjawab dan mengajarkan moral serta tata krama, dan terakhir membantunya memahami agama.

Ilustrasi ayah dan anak perempuannya
Ilustrasi ayah dan anak perempuannya/Shutterstock