Mardi Wu, Perjalanan Anak Kampung yang Sukses Jadi CEO Nutrifood Indonesia

Perjalanan hidup Pak Mardi Wu penuh lika-liku, karena inilah dirinya matang dan mencapai puncak karir.

455

Gengs, kamu pasti cukup familiar dengan deretan produk makanan dan minuman kesehatan yang diproduksi oleh PT Nutrifood Indonesia. Berdiri sejak tahun 1979, deretan produk dari salah satu perusahaan terbesar di Indonesia ini rasanya telah menemani berbagai proses pertumbuhan dan kehidupan dari beberapa generasi di Indonesia.

Kesuksesan dari PT Nutrifood Indonesia hingga saat ini tentu enggak lepas dari peran seorang pemimpin yang cukup besar gengs. Yup! Menyandang status sebagai CEO Nutrifood Indonesia sejak Januari tahun 2009, membuat Pak Mardi Wu dikenal sebagai sosok dengan banyak inovasi dan pemimpin yang sangat menginspirasi.

Pak Mardi Wu berasal dari keluarga yang berasal di kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Mardi Wu (Kanan) bersama kakak dan adiknya/Kompasiana

Ayahnya merupakan seorang pengusaha produsen mi dan juga toko kelontong. Namun ketika muda, ayah Pak Mardi menjadi relawan guru dan sempat mengajar di tempat sekolah malam.

Sebelum menikah, ibu Pak Mardi juga merupakan guru di Sinaboi yakni sebuah desa nelayan yang terletak sekitar 16,5 km di sebelah utara Bagansiapiapi.

Lahir dalam keluarga berlatar belakang sebagai guru, membuat Pak Mardi kecil juga memiliki cita-cita yang sangat mulia dan ingin mengikuti jejak kedua orangtuanya yakni menjadi guru.

Anak Kampung yang Punya Ambisi Besar

Menurut Pak Mardi kecil, pengetahuan merupakan mutiara-mutiara yang sangat berharga, sehingga ia ingin membagikan mutiara-mutiara tersebut kepada anak-anak di kota kecilnya dan juga anak-anak dari desa tetangga.

Dengan cita-cita tersebut, membuat Pak Mardi sedari kecil sudah gigih bersekolah. Ia mengenyam pendidikan pertamanya di sekolah โ€œBintang Lautโ€ pada tahun 1980-an. Namun mayoritas sekolah di Bagansiapiapi hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Sehingga jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, mereka harus pergi merantau.

Hal ini juga menjadi alasan Pak Mardi pergi merantau untuk pertama kalinya ke pulau lain gengs. Masih memegang cita-citanya sebagai guru, Pak Mardi mantap melanjutkan pendidikannya ke kota Semarang yakni SMA Kolese Loyola.

Menjadi anak yang baru saja datang dari kampung, pengetahuan Bahasa Indonesia yang dimiliki oleh Pak Mardi tentu masih sedikit, cara bicaranya juga masih terbata-bata.

Ia bercerita, di masa-masanya ia masuk SMA, catatan Kimianya selalu kosong, namun bukan karena ia tidak memperhatikan pelajaran, tetapi karena gurunya mengajar menggunakan Bahasa Jawa.

Pak Mardi memutar otaknya, agar dapat mengikuti pelajaran dan rantaunya tidak sia-sia, ia membuat kamus saku Bahasa Jawa โ€“ Indonesia.

Setiap hari ia meminta teman-temannya untuk menulis kosakata Bahasa Jawa dalam kamus saku dan menghafalnya. Sehingga dalam beberapa minggu ia sudah dapat mengikuti pelajaran Kimia dan berkomunikasi dengan Bahasa Jawa Ngoko.

Tekad besar yang Pak Mardi punya dan kegigihan usahanya, membuat Pak Mardi berhasil meraih juara satu di SMA Kolese Loyola pada saat pembagian rapor semester pertama.

Sadar dengan keluarganya yang harus bekerja lebih keras agar dirinya bisa bersekolah, maka ia juga harus berjuang lebih keras dalam pendidikannya. Hingga ia berhasil lulus SMA dengan predikat Juara Umum Loyola dengan NEM tertinggi se-Jawa Tengah pada saat itu.

Bahkan, Pak Mardi berhasil mencetak nilai sempurna yakni nilai 10 di ijazah untuk Matematika, Fisika dan juga Kimia.

Setelah masa SMA-nya berakhir, Pak Mardi memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S-1nya di Institut Pertanian Bogor dengan jurusan Nutrisi dan Teknologi Pangan. Pada masa kuliahnya ini, Mardi juga mengalami titik jatuh bangun di dalam hidupnya hingga ia lulus di tahun 1994 dengan hasil yang memuaskan yakni dengan predikat Cum Laude.

Sambil menunggu pengumuman beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi, ia bekerja sebagai peneliti honorer di lab Pusat Antar Universitas IPB.

Pada tahun 1995, surat penolakan beasiswa datang satu per satu kepada dirinya. Pada saat itu Mardi berpikir bahwa tujuannya hanya menjadi seorang guru, ia ingin mengabdi kepada negara.

Ia selalu berpikir bahwa dunia edukasi jauh lebih baik daripada dunia usaha, menurutnya dunia itu tidak cocok untuk dirinya yang sangat idealis.

โ€œYang saya dengar pada saat itu, perusahaan merupakan entitas di mana persaingan mengalahkan pertemanan, uang mengalahkan idealisme, otak mengalahkan hati. Terlalu gelap untuk menghabiskan hidup di ruang itu. Saya ingin menjadi pengajar, menjadi peneliti,โ€ jelas Pak Mardi. ย 

โ€œKegagalan mendapatkan beasiswa S2 menjadi pukulan yang mengubah jalan hidup saya, mungkin saya terlalu sombong karena tidak mau menapak di jalan yang saya anggap terlalu gelap itu. Mungkin Tuhan memang ingin saya menapak di jalan tersebut untuk kebaikan yang memang belum saya pahami,โ€ tambahnya.

Awal Karir di Nutrifood

Setelah pemikiran dan renungannya tersebut, Pak Mardi menyadari Tuhan mungkin memiliki rencana lain yang lebih baik untuknya. Ia lantas melamar ke sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan kesehatan atau PT Nutrifood Indonesia pada tahun 1995. Di tahun inilah ia memulai karirnya sebagai karyawan dari PT Nutrifood Indonesia.

Ia melamar ke bagian SDM namun ditempatkan di bagian Research & Development Manager. Meski ditempatkan di bagian R&D gengs, Mardi juga banyak dilibatkan dalam beberapa kegiatan pelatihan.

Pada tahun berikutnya yakni 1996, Pak Mardi kembali melamar beasiswa dan mendapatkan beberapa tawaran. Pilihannya jatuh pada Industrial Administration di Purdue University, Amerika Serikat.

Ia mengatakan, pilihannya mendalami manajemen untuk belajar bagaimana membangun budaya kerja yang lebih humanis agar dapat membuat hubungan perusahaan dan karyawan lebih baik sehingga membuat karyawan bahagia.

โ€œSaya ingin belajar menemukan terang di dalam ruang yang saya sebut gelap sebelumnya. Saya ingin belajar membangun perusahaan di mana hati bisa berperan sepenting otak, idealisme bisa diteguhkan di tengah kalkulasi profit, dan pertemanan bisa dijalin di dunia yang katanya penuh persaingan,โ€ katanya.

Karena kinerjanya dan sifatnya yang sangat cocok disebut sebagai pemimpin ini gengs, pada tahun 2009, Pak Mardi berhasil mencapai tingkat tertinggi di salah satu perusahaan terbaik di Indonesia yaitu PT Nutrifood Indonesia.

Namun meski sudah menyandang status sebagai pemimpin, Pak Mardi tetap melanjutkan pendidikannya dan memperoleh gelar Doctoral Degree in Management di Bina Nusantara University pada tahun 2014 dengan predikat Magna Cum Laude atau dengan kehormatan besar.

Menurut Pak Mardi, menjadi pemimpin bukan hanya sebagai level tertinggi atau bertanggung jawab atas perusahaan dan karyawan, tapi juga bagaimana cara untuk memanusiakan manusia.

Karena itu, hingga saat ini ia menerapkan beberapa prinsip pemimpin dalam hidupnya yakni rendah hati, mau mendengarkan, down to earth. Serta memimpin dengan transparan, membangun lingkungan yang kondusif untuk merangkul perbedaan.

Ia juga menjelaskan, bahwa Nutrifood menghargai keunikan dari tiap individu, menghargai tiap pribadi untuk bisa menjadi dirinya sendiri, agar setiap pribadi tersebut dapat bertransformasi menjadi versi dirinya yang lebih baik.

โ€œKami membuat berbagai terobosan untuk mendukung suasana kerja yang bisa melahirkan ide-ide dan solusi yang inovatif, termasuk dengan kebijakan karyawan yang lebih fleksibel,โ€ katanya.

Menginspirasi

Bagi Pak Mardi, tingkat keberhasilan seorang pemimpin enggak hanya dihitung dari sekedar angka. Menurutnya, tingkat keberhasilan tersebut juga diukur dari bagaimana budaya iklim perusahaannya dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan lainnya.

โ€œSaya bersyukur Nutrifood menjadi benchmark buat banyak perusahaan yang ingin membangun tempat kerja yang lebih humanis dimana karyawan benar-benar jatuh cinta pada perusahaannya,โ€ ucapnya.

Dengan gaya kepemimpinannya yang cukup berbeda ini, Pak Mardi berhasil mendapatkan penghargaan sebagai The Top 10 Best CEO versi majalah SWA pada November 2018. Sangat luar biasa ya gengs perjalanan dan pencapaian CEO Nutrifood ini. Bagaimana kalau kita undang Pak Mardi menceritakan pengalaman dan memberikan motivasinya buat kita di CEO Talks ya gengs?