Buka Usaha Bengkel Saat Pandemi, Sabar dan Tekun Jadi Kuncinya

Ilham membagi cerita soal usaha bengkelnya di tengah pandemi, lengkap dengan lika-likunya.

380
0

“Namanya Taruna Auto Motor, Taruna-nya diambil dari nama besar keluarga yang selalu menggunakan kata Taruna. Jadi supaya dapat berkahnya aja dari nama itu,” ungkap Muhammad Ujang Ilham saat diwawancarai mengenai nama asal muasal nama usaha bengkelnya.

Bengkel yang ia beri nama Taruna Auto Motor itu mulai ia rintis ketika pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia. Pria yang disapa dengan nama Ilham tersebut lupa kapan tepatnya ia memulai usaha bengkelnya tersebut. Satu hal yang ia ingat pasti, ia membuka usaha tersebut ketika berita adanya Covid-19 masuk ke Indonesia, dan ia berhenti di pekerjaan sebelumnya untuk mulai merintis bengkel Taruna Auto Motor ini.

Sebelum Ilham mulai membuka bengkel, ia bekerja sebagai pedagang roti anget terlebih dahulu. Ia memang sengaja bekerja di sana untuk mengumpulkan uang demi modal membuka bengkel.

Saat wawancara dengan pemilik bengkel Taruna Auto Motor, M. Ujang Ilham (kanan). (Foto: Dok. Penulis)

Ilham mengakui, keputusannya untuk membuka bengkel di saat pandemi terbilang agak konyol. Tapi ia yakin bisa menjalankan bengkel tersebut, karena memang sudah jadi rencana dan cita-citanya sejak dulu.

“Kalau dipikir-pikir lagi agak aneh juga sih, orang lain mulai panik dan kalang kabut ngurusin usahanya karena ada Covid-19 ini, saya malah berani buka usaha. Dan bener-bener dari nol usahanya,” lanjutnya.

Lokasi bengkel Taruna Auto Motor itu awalnya berada di samping rumahnya, di Kampung Pasir Haur. Namun karena dianggap kurang strategis karena lokasinya bukan di pinggir jalan raya, akhirnya Ilham mencari tempat yang dianggapnya lebih cocok.

Singkat cerita, Ilham mendapat lokasi yang dianggapnya tepat untuk dijadikan tempat membangun bengkel. Ia mulai membeli sepetak tanah yang berada di Kampung Pasir Kuntul dengan harga Rp15 juta. Di Pasir Kuntul itulah ia mulai membangun bengkelnya dari nol. Sembari menunggu pembangunan bengkel selesai, Ilham tetap membuka bengkel di samping rumah itu dengan bangunan sementara dari kayu.

April 2021, bangunan bengkel di Kampung Pasir Kuntul tersebut sudah bisa ditempati, walaupun belum 100 persen selesai. Pengerjaannya dihentikan sementara karena terkendala biaya, tapi bengkel tersebut sudah mulai beroperasi hingga sekarang.

Plang bengkel Taruna Auto Motor (Foto: Dok. Penulis)

“Kira-kira ini baru selesai 50 persennya. Pengennya sih, cepet-cepet selesai, tapi kan gimana lagi modalnya keburu abis,” ujar Ilham sembari diikuti tawa.

Bengkel Taruna Auto Motor ini fokus pada perbaikan mesin, seperti servis turun mesin dan kerusakan mesin lainnya. Kendati demikian, bengkel Taruna Auto Motor ini tetap melayani servis yang lainnya.

“Banyak juga yang servis selain mesin. Ada yang ganti oli, nge-cat ulang motor, tambal ban, kayak gitu-gitulah. Oh ya, bahkan kadang ada juga yang servis sepeda, dan tetap saya layani selama saya mampu dan bisa,” tambahnya.

Ketika pemerintah Indonesia memberikan program Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM), yaitu bantuan untuk pelaku Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Ilham juga mencoba mendaftarkan dirinya. Jika ia dapat, ia akan mempergunakan uang itu untuk meneruskan pembangunan bengkelnya yang tertunda.

Pengajuannya ternyata diterima, dan ia berhasil mendapat bantuan tahap pertama sebesar Rp2,4 juta dan tahap kedua yang baru-baru ini turun sebesar Rp1,2 juta.

Peralatan bengkel dan beberapa onderdil bengkel Taruna Auto Motor. (Foto: Dok. Penulis)

“Dapat kabar ada program bantuan untuk UMKM dari pemerintah, saya coba daftar dan alhamdulillah lolos dan sudah dua kali cair juga,” ungkapnya.

“Lumayan untuk tambah-tambah modal buat lanjutin ngebangun bengkel ini. Nah, plester dinding ini uangnya dari bantuan itu,” sambungnya sambil menunjuk dinding yang sudah diplester.

Ilham mengungkapkan bantuan dari pemerintah untuk pelaku UMKM itu sangatlah membantu, terlebih pada kondisi ekonomi sekarang yang sedang sulit ini. Ia juga mengatakan penghasilan dari bengkelnya itu tidak menentu dan sering menurun.

“Kalau penghasilan, masa-masa sebelum pandemi makin parah, bisa dapat sekitar Rp100.000,- per hari masih bisa. Malah kadang bisa sampai Rp200.000,-,” jelasnya.

Kondisi pandemi Covid-19 yang semakin merebak membuat usaha bengkel Ilham sepi pelanggan. Bahkan bisa sampai tidak mendapat uang sepeser pun.

“Akhir-akhir ini penghasilan turun drastis, dapat Rp50.000,- saja udah bersyukur banget. Malah pernah enggak dapat penghasilan sama sekali,” tambahnya.

Menyikapi kondisi seperti itu, Ilham mulai bekerja lebih keras dengan ikut membantu usaha bengkel temannya yang sudah lebih maju dan lumayan ramai. Dari pagi sampai sore, Ilham bekerja di bengkel temannya di Kampung Cikawung, dan sore menjelang maghrib baru ia pulang dan membuka bengkelnya sendiri hingga larut malam.

“Kalau sekarang saya lebih sibuk membantu di bengkel teman. Dia lagi kekurangan tenaga dan saya kekurangan pelanggan, sama-sama lagi kekurangan,” jelasnya sambil tertawa.

“Jadi sekarang di sini bukanya paling sehabis maghrib, nanti tutup jam 12 pas mau tidur. Ada enggak ada pelanggan, ya tetep buka saja sih, biar keliatan kalau ini bengkelnya masih ada belum ganti jadi bangunan lain,” lanjutnya.

Dengan kondisi pandemi Covid-19 yang cukup menyulitkan perekonomian masyarakat, kesabaran dan terus bekerja dengan tekun memang jadi kuncinya. Seperti yang diungkapkan Ilham, bahwa memulai usaha itu harus mau berproses dan siap melewati lika-liku serta rintangannya. Apalagi membangun usaha yang benar-benar dari nol seperti bengkel yang dibangunnya itu.

“Namanya juga usaha, ya harus siap melewati prosesnya. Enggak mungkin tiba-tiba langsung sukses. Yang penting dijalani saja prosesnya dengan kesabaran dan ketekunan, jawabnya saat ditanya mengenai prinsip usahanya.

*Tulisan ini merupakan pemenang dari OPPAL Writing Competition

Penulis: Riandi (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *