5 Keteladanan Nabi Ibrahim yang Wajib Kita Pelajari

62
Suri Tauladan Nabi Ibrahim

Sebagai umat Muslim, penting bagi kita untuk tahu mengenai kisah-kisah nabi yang pernah terjadi berabad-abad silam. Kisah-kisah itu juga menjadi bagian dari sejarah perkembangan agama Islam.

Cerita para nabi yang pernah ada memiliki kisah yang berbeda-beda, namun memiliki satu ciri utama, yaitu suri tauladan yang baik dan tentunya bisa dicontoh. Kisah Nabi Ibrahim menjadi salah satu dari banyaknya cerita perjalanan para nabi yang bisa kita pelajari.

Tentu kita sudah mengenal nama Nabi Ibrahim dalam pelajaran agama, baik itu saat di sekolah, pengajian, atau berbagai forum kajian. Nabi Ibrahim dikenal juga sebagai nabi yang hebat dan mendapat julukan ayahanda para nabi atau Abul Anbiya.

Nabi Ibrahim melahirkan nabi-nabi setelahnya seperti Nabi Ismail, Nabi Ishak, dan Nabi Yakub hingga anak turunan mereka.

Dalam beberapa Sirah Nabawiyah, Nabi Ibrahim menjadi salah satu rasul ulul azmi. Dia memiliki ketabahan yang begitu hebat. Mulai dari harus dibakar sampai harus mengorbankan putranya sendiri untuk menjalankan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Berikut beberapa perilaku Nabi Ibrahim yang bisa dijadikan sebagai suri tauladan.

1. Punya semangat yang tinggi dalam mencari kebenaran

Suri Tauladan Nabi Ibrahim
Ilustrasi Mekah/unsplash

Nabi Ibrahim adalah anak yang dibesarkan dari seorang ayah yang bekerja sebagai pembuat patung berhala. Saat beranjak dewasa, ia nggak mudah untuk percaya begitu saja. dengan semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, Nabi Ibrahim belajar dan berpikir mengenai Ketuhanan sampai akhirnya ia menemukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai Tuhan yang sebenar-benarnya.

Ibrahim haus akan kebenaran dan pantang menyerah dalam mencari mana yang ia anggap sebagai kebenaran.

2. Mencari kebenaran dengan menggunakan akal

Suri Tauladan Nabi Ibrahim
Ilustrasi orang memegang Alquran/unsplash

Ibrahim merupakan sosok yang rasional dalam mencari kebenaran. Saat mencari dan mengenal Tuhan, dia sempat berpikir apakah Tuhannya adalah matahari, bulan atau alam semesta? Dia juga nggak percaya kalau berhala yang dibuat ayahnya seperti Tuhan, karena nggak masuk akal baginya. Yup, benda mati memang nggak bisa melakukan apa pun atau mengendalikan dirinya sendiri.

Saat Ibrahim mulai memahami hakikat Tuhan dan Sang Pencipta, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menginstruksikan bahwa Tuhan adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

3. Kesabaran dalam menghadapi cobaan

Ilustrasi kesabaran dalam menghadapi cobaan/unsplash

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menguji Nabi Ibrahim berkali-kali mulai dari ayahnya yang tidak ingin bersamanya untuk percaya kepada Allah, kesulitannya dalam memiliki seorang anak, dan sebagainya.

Akan tetapi, buah kesabaran Nabi Ibrahim menganugerahinya dengan dua istri, Siti Hajar dan Siti Sarah, untuk melahirkan anak-anak yang saleh dan menjadi pengikutnya dalam menyebarkan kebenaran.

4. Menempatkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di atas segalanya

Suri Tauladan Nabi Ibrahim
Ilustrasi keteladanan Nabi Ibrahim/unsplash

Nabi Ibrahim menempatkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di atas segalanya. Ini merupakan bentuk keimanannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menjadikan satu-satunya tujuan dan memberi pembuktian kepada Tuhan dengan pengabdian dan iman yang kuat.

Ismail yang menjadi anak kesayangannya saat itu diminta untuk berkurban, dan ia pun rela melakukannya karena diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nabi Ibrahim dan Ismail adalah bukti dari kesalehan.

Cinta kepada keluarga dan orang-orang nggak bisa melebihi cinta kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pastinya ini sangat sulit dan nggak semua orang bisa menjalaninya.

5. Komitmen terhadap jalan kebenaran

Suri Tauladan Nabi Ibrahim
Ilustrasi berdakwah/unsplash

Nabi Ibrahim berdakwah kepada jemaahnya setelah mengetahui kebenaran. Ia mengajak para jemaahnya untuk ikut serta bersamanya dalam jalan yang lurus. Ibrahim juga menjadi pemimpin negeri yang adil dan selalu berusaha untuk membawa negerinya menjadi adil dan makmur. Ini merupakan doanya yang terabadikan dalam Alquran:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,’ Dia (Allah) berfirman, ‘Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al Baqarah: 126).

Semoga kita bisa meneladani kisah Nabi Ibrahim untuk menjadi manusia yang cinta dan selalu berjuang untuk kebenaran, selalu meningkatkan ketaqwaan, menjadikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai tujuan, dan mengabdikan diri untuk negeri yang lebih baik.

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!