Jakarta dikenal sebagai kota Indonesia yang padat karena penduduknya yang cukup tinggi. Jika dilihat secara fisik, Jakarta sebagai Ibu Kota saat ini banyak dikelilingi gedung-gedung pencakar langit. Meski begitu, Jakarta tetap memiliki sejarah yang unik dan menarik untuk diketahui.
Di tengah kepadatan dan hiruk pikuknya, Jakarta memiliki berbagai patung dengan latar belakang yang menarik. Bahkan, patung-patung tersebut berada di kawasan jalan-jalan protokol Jakarta. Salah satu patung bersejarah di Jakarta dengan sejarah yang menarik adalah Patung Arjuna Wijaya atau biasa dikenal Patung Kuda.
Patung Arjuna Wijaya ini terletak di persimpangan Jalan Thamrin dan Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Karena berlokasi di jantung ibu kota, warga Jakarta tentu sudah tidak asing lagi dengan keberadaan patung ini. Namun, kebanyakan dari mereka menyebutnya Patung Kuda karena bentuknya yang merupakan rentetan 8 kuda yang sedang menarik kereta.
Patung Kuda ini diresmikan pada tahun 1987 saat Presiden Bapak Soeharto masih berkuasa. Patung ini juga merupakan hadiah dari Gubernur DKI Jakarta kepada masyarakat Jakarta, karena pada saat itu bertepatan dengan dengan HUT RI ke-42.
Patung Arjuna Wijaya ini dibuat oleh Nyoman Nuarta setelah Pak Soeharto berkunjung ke Turki ini memiliki banyak makna perjuangan. Dikutip dari Kompas,com, ketika berada di Turki, Bapak Soeharto melihat banyak monumen dengan cerita-cerita masa lalu dari negara dengan julukan Negeri Dua Benua (Turki) tersebut.
Setelah Kembali ke Jakarta, Pak Harto menyadari, bahwa belum ada patung yang memiliki latar belakang cerita tentang falsafah yang melambangkan sejarah kemerdekaan.
โPak Harto waktu itu bilang jalan-jalan protokol kita belum punya monumen yang ada filsafatnya. Dia kemudian meminta untuk cari cerita yang memuat filsafat Indonesia. Akhirnya kita bikinlah dari kisah perang Baratayuda,โ kata pembuat patung Nyoman, seperti dikutip dari Kompas.com.
Sementara itu, patung dengan panjang sekitar 23 meter, tinggi 5 meter, dan bobot seberat 3.600 ton ini memiliki latar belakang cerita perang Baratayuda. Perang tersebut merupakan perang antara Arjuna dari kubu Pandawa melawan Adipati Karna dari kubu Kurawa.
Arjuna sempat ragu untuk melawan yang notabene adalah masih saudaranya sendiri. Namun, demi keadilan orang banyak, maka peperangan antar saudara pun terjadi. Menurut sang pembuat patung, Nyoman Nuarta, kisah perang tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu.
Terlepas dari cerita tersebut, hal yang paling dikenal dari patung ini adalah kuda-kudanya. Jika dilihat dengan saksama, patung ini berbentuk dua orang pria yang mengendarai kereta dengan 8 ekor kuda. Satu orang mengenakan mahkota dan sebagai pengendali kuda adalah Raja Dwarawati yaitu Batara Kresna. Sedangkan satunya lagi sedang memegang busur panah dengan kepala bersanggul adalah Arjuna. Keduanya merupakan dari kubu Pandawa.
Nah, ternyata ada makna yang tersirat dari 8 ekor kuda pada patung tersebut. Jumlah 8 kuda ini menggambarkan Astra Brata, yakni 8 pedoman kepemimpinan. Adapun 8 pedoman kepemimpinan yang menjadi pegangan raja-raja saat itu sebagai berikut.
1. Matahari atau Surya : Pemimpin harus bisa memberikan semangat dan kehidupan bagi rakyatnya.
2. Bulan atau Candra : Pemimpin mampu memberi penerangan serta dapat membimbing rakyatnya yang berada dalam kegelapan.
3. Bumi atau Pertiwi : Pemimpin harus memiliki watak yang jujur, teguh dan murah hati, senang beramal, dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.
4. Angin atau Bayu : Pemimpin harus dekat dengan rakyatnya tanpa membeda-bedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya, serta mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat.
5. Hujan atau Indra : Pemimpin harus berwibawa, mampu mengayomi dan memberikan kehidupan seperti hujan yang turun menyuburkan tanah.
6. Samudra atau Baruna : Pemimpin wajib memiliki pengetahuan yang luas.
7. Api atau Agni : Pemimpin harus memiliki sikap yang tegas dan berani menegakkan kebenaran serta keadilan.
8. Bintang : Pemimpin harus bisa dijadikan sebagai contoh atau tauladan dan panutan bagi masyarakat.
Pembuatan Patung Arjuna Wijaya dibuat oleh 40 seniman dengan Nyoman Nuarta sebagai pemimpinnya. Patung ini dikerjakan di Bandung, Jawa Barat, dengan menggunakan bahan dasar tembaga. Pembuatan patung ini menghabiskan biaya sekitar Rp 300 juta.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah dibalik Patung Arjuna Wijaya ini, terutama soal kepemimpinan. Menurut kamu, apa kisah yang perlu diteladani dan dijadikan patung di Indonesia?