Mengenal Oppenheimer, Pencipta Bom Atom yang Akhirnya Menyesal

Pencipta yang menyesalinya perbuatannya!

932
Oppenheimer

Julius Robert Oppenheimer merupakan seorang ahli fisika teoretis dan profesor fisika Amerika di University of Californya, Berkeley. Dia menjabat sebagai direktur ilmiah Laboratorium Las Alamos dan Proyek Manhattan.

Melansir National Geographic Indonesia, Oppenheimer juga mengembangkan senjata nuklir pertama di dunia. Meski lebih dikenal sebagai bapak bom atom, Oppenheimer mengkiritik penggunaan senjata nuklir dan menganjurkan pelucutannya.

Masa muda Oppenheimer

Oppenheimer
Oppenheimer dikenal sebagai bapak bom atom/history.com

Oppenheimer lahir 22 April 1904 di New York, Amerika Serikat. Dia berniat menjadi ahli kimia setelah bergabung dengan Harvard pada tahun 1922, dan beralih ke fisika. Selama berada di sana, Oppenheimer juga pandai berbahasa Latin dan Yunani, hingga menerbitkan puisi dan mempelajari filsafat timur.

Setelah lulus, Oppenheimer menghabiskan waktunya di Cambridge University untuk melakukan penelitian di Laboratorium Cavendish.

“Ini memberinya kesempatan untuk bekerja sama dengan komunitas ilmiah Inggris dan upayanya untuk memajukan penelitian atom,” ucap Amy Irvine dalam laman History Hit.

Lalu, Oppenheimer menempuh pendidikan di Göttingen University pada tahun 1926, dan meraih gelar PhD-nya pada usia 22 tahun. Sementara, Oppenheimer di sana menerbitkan banyak kontribusi penting untuk teori kuantum yang baru dikembangkan.

Ada salah satu makalahnya yang terkenal soal memisahkan gerak nuklir dari gerak elektronik dalam perlakuan matematis molekul.

Memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa, Oppenheimer pun dipuji sebagai bapak pendiri sekolah fisika teoretis Amerika. Ia juga berkontribusi dalam teori hujan sinar kosmik dan deskripsi penerowongan kuantum.

Proyek Manhattan

Sosok Oppenheimer/greenscene.co.id

Irvine mengungkapkan, kebangkitan Hitler di Jerman telah membangkitkan minat Oppenheimer dalam bidang politik. Di tahun 1936, Oppenheimer memihak ke republik selama Perang Saudara Spanyol dan berkenalan dengan mahasiswa komunis.

Tapi, Oppenheimer menarik asosiasinya dengan Partai Komunis karena penderitaan yang disebabkan Stalin pada ilmuwan Rusia.

Pada tahun 1939, Nazi Jerman menginvasi Polandia. Setelah peristiwa itu, Albert Einstein dan ilmuwan terkemuka lainnya mengingatkan pemerintah Amerika Serikat tentang bahaya yang mengancam seluruh umat manusia bila Nazi menjadi yang pertama membuat bom nuklir.

Ilmuwan tersebut mendesak Presiden Roosevelt untuk membiayai penelitian pengembangan sebuah senjata nuklir. Lalu, Roosevelt mendirikan Kantor Penelitian dan Pengembangan Ilmiah untuk mengawasi proyek itu. Oppenheimer pun menjadi terlibat dalam upaya mengembangkan bom atom.

Oppenheimer kemudian mulai mencari cara untuk memisahkan uranium-235 dari uranium alam dan menentukan massa kritis bahan yang dibutuhkan untuk membuat bom semacam itu.

Menikah di tahun 1940 dan setahun kemudian menjadi ayah (1941), Oppenheimer ditunjuk sebagai direktur ilmiah Proyek Manhattan pada Juni 1942. Proyek tersebut dijalankan dengan tujuan untuk mencari cara memanfaatkan energi nuklir untuk keperluan militer.

Tiga ‘kota rahasia’ pun akhirnya dipilih untuk menjadi bagian dari Proyek Manhattan, yaitu Oak Ridge, Los Alamos, dan Hanford atau Richland.

Oppenheimer mengawasi pembangunan dan administrasi laboratorium di Los Alamos. Setelah selesai, dia membawa para ahli fisika terbaik untuk mulai mengerjakan cara membuat bom atom.

Pada akhirnya, Oppenheimer mengelola 3.000 orang sambil mengurus masalah teoretis dan mekanis yang muncul selama pembuatan bom.

Ledakan nuklir yang diberi nama kode ‘Trinity’ oleh Oppenheimer untuk pertama kalinya terjadi di pangkalan udara Alamagordo pada 16 Juli 1945. Ledakan tersebut sama dengan 20.000 ton TNT dan membuat bola api hingga mencapai suhu beberapa juta derajat.

Hiroshima dan Nagasaki, korban bom atom pertama di dunia

Oppenheimer
Ledakan di Hiroshima dan Nagasaki/penntoday.upenn.edu

Setelah uji coba awalnya yang berhasil pada 6 Agustus 1945, seorang pembom B-29 Amerika bernama Enola Gay menjatuhkan bom atom pertama di dunia di Kota Hiroshima, Jepang.

Ledakan itu menewaskan sekitar 80.000 orang. Nantinya puluhan ribu lebih akan mati karena paparan radiasi.

Tiga hari kemudian, tepatnya pada 9 Agustus 1945, bom atom lainnya diledakan di Nagasaki di Jepang.

“Langsung menewaskan 40.000 orang lagi dan lebih banyak lagi dari waktu ke waktu,” kata Irvine.

Dia menambahkan, serangan itu diyakini telah membuat Jepang menyerah dan mengakhiri Perang Dunia II. Maka dari itu, karya Oppenheimer akhirnya mencapai tujuan awalnya.

Oposisi pasca-perang terhadap senjata nuklir

Oppenheimer
Oppenheimer dan Albert Einstein/larioja.com

Setelah perang berakhir, tepatnya tahun 1947, Oppenheimer diangkat sebagai Ketua Komite Penasihat Umum untuk Komisi Energi Atom (AEC). Dan ini menjadikan peran yang dia pegang sampai tahun 1952.

Oppenheimer memanfaatkan posisi ini untuk melobi kontrol internasional tenaga nuklir. Dia ingin mencegah proliferasi nuklir dan perlombaan senjata nuklir dengan Uni Soviet.

Oktober 1949, Oppenheimer dan AEC menentang pengembangan bom hidrogen selama debat pemerintah mengenai masalah tersebut. Baik Oppenheimer maupun AEC akhirnya bersikap menentang masalah terkait pertahanan.

Amerika berada di tengah-tengah  McCarthyisme dan perasaan antikomunis yang kuat pada tahun 1953. Selama ‘Ketakutan Merah Kedua’ ini, Oppenheimer mendapat info tentang laporan keamanan militer yang nggak membawa keuntungan untuk dirinya.

Dia dituduh memiliki simpati terhadap komunis dan menunda penujukkan agen Soviet. Tuduhan ini dikombinasikan dengan penentangannya terhadap bom hidrogen berdampak pada izin keamanan militernya dicabut.

Kasus tersebut juga mengakhiri tugasnya di AEC dan posisinya sebagai penasihat eselon tertinggi pemerintah AS.

Federasi Ilmuwan Amerika dan hampir seluruh komunitas ilmiah dikagetkan dengan keputusan AEC dan memprotes persidangannya. Kasus tersebut menuai kontroversi luas di dunia sains.

Oppenheimer dijadikan simbol seorang ilmuwan yang menjadi korban perburuan penyihir. Padahal, ia berusaha menyelesaikan masalah moral yang muncul dari penemuan ilmiah.

Tahun 1963, Presiden Johnson mencoba menebus ketidakadilan, menganugerahi Oppenheimer dengan Penghargaan Enrico Fermi yang bergengsi dari AEC.

Di antara tahun 1947-1966, Oppenheimer menjabat sebagai Direktur Institute for Advanced Studi di Princeton. Dia berdiskusi dan melakukan penelitian tentang fisika kuantum dan relativistik, serta menyusun gagasan mengenai hubungan antara sains dan masyarakat.

Setahun setelah pensiun, Oppenheimer tutup usia karena kanker tenggorokan yang menimpanya pada 18 Februari 1967.

Pada 16 Desember 2022, Menteri Energi AS, Jennifer Granholm akhirnya membebaskan Oppenheimer dari tuduhan yang membuat izin keamanannya dicabut.

Well, Oppenheimer percaya bahwa kondisi tangannya yang berlumur darah atas perannya dalam pengembangan bom atom.

Rasa bersalah yang muncul juga bukanlah atas penggunaan bom itu selama Perang Dunia II. That’s why, dia merasa bom itu dibenarkan secara moral. Begitu juga sebaliknya, Oppenheimer merasa dia bertanggung jawab atas perlombaan senjata berikutnya, juga ancaman terhadap peradaban yang ditimbulkan oleh bom itu.

Di sisi lain, Oppenheimer berharap teknologi nuklir bisa diaplikasikan untuk perdamaian.

Itulah kisah perjalanan hidup Oppenheimer. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita.

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!