Konser Bingah Yura Yunita Menyisakan Hangat di Hati Penonton

Perpaduan budaya tradisional Indonesia dengan elemen modern begitu terasa di setiap sudut konser, mulai dari gerbang masuk hingga di atas panggung.

14

Konser “Bingah” Yura Yunita menghadirkan pertunjukan spektakuler selama 2 jam 30 menit yang memukau ribuan penonton tanpa henti. Dengan energi dan emosi yang mengalir sepanjang acara, Yura Yunita semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu solois perempuan terbaik di Indonesia. Seperti makna dari “Bingah”—bahagia—konser ini sukses menghadirkan kebahagiaan bagi lebih dari 6.500 penonton di Istora Senayan.

Kemegahan konser ini bukan hanya terletak pada panggung megah dan teknologi mutakhir yang digunakan, tetapi juga dari performa luar biasa Yura, aransemen musik yang menyentuh, serta kolaborasi apik dengan ratusan penari, musisi, dan kolaborator lainnya. Sebuah pengalaman menonton yang sarat akan rasa dan emosi.

Di balik keberhasilan konser ini, Kantara Creative sebagai promotor dan sutradara kreatif, bersama Yura serta Donne Maula, merancang pertunjukan yang memikat dari awal hingga akhir. “Ide-ide liar Yura dan Donne sangat sejalan dengan visi Kantara Creative untuk menghadirkan interpretasi visual dari musik yang meninggalkan kesan mendalam bagi setiap penonton,” ujar Roan Y. Anprira, Creative Director Kantara Creative sekaligus Executive Producer konser “Bingah”.

Perpaduan budaya tradisional Indonesia dengan elemen modern begitu terasa di setiap sudut konser, mulai dari gerbang masuk hingga pertunjukan di atas panggung. Dibagi menjadi empat babak penuh makna, konser ini semakin istimewa dengan kehadiran legenda musik Iwan Fals, yang membawa dimensi emosional dengan narasi filosofis yang mendalam.

Konser dimulai tepat pukul 15.00 dengan ucapan selamat datang dalam bahasa Sunda yang menggema, menciptakan atmosfer magis. Babak pertama, “Bubuka”, dibuka dengan kejutan saat Yura tidak muncul di panggung, melainkan melayang dari tribun atas menuju panggung utama. Sebuah pembukaan yang berani dan elegan sekaligus.

Dengan vokal prima dan dukungan puluhan penari latar, Yura membuka konser dengan “Tenang”, disusul dengan “Harus Bahagia” yang langsung membakar semangat penonton. Aransemen lagu yang ditata apik oleh Iwan Popo membawa perjalanan emosional bagi penonton, menciptakan suasana yang terus berubah tetapi tetap menyentuh hati.

Di babak kedua, “Salih Asah”, Yura membawakan sembilan lagu yang menggambarkan perjalanan pencarian cinta. Kehadiran Sal Priadi di lagu “Pekat” menambah kemeriahan konser. Babak ini ditutup dengan lagu “Bercinta Lewat Kata”, yang ia nyanyikan bersama Donne Maula, menampilkan harmoni sempurna dalam musik dan kehidupan mereka.

Memasuki babak “Silih Asih”, suasana menjadi lebih hangat dan penuh kejutan emosional. Ruth Sahanaya hadir membawakan “Keliru” sebagai kejutan istimewa untuk ibunda Yura, Mama Yani, yang mengidolakan sang diva. Momen manis berlanjut dengan kehadiran Gempi yang bernyanyi bersama Yura, menciptakan kehangatan tersendiri. Babak ini ditutup dengan lagu “Bandung”, diiringi pertunjukan budaya dari Jaipong, Sisingaan, Badawang, Buta Kararas, hingga alunan perkusi tradisional, menjadi selebrasi budaya yang megah.

Pada babak terakhir, “Silih Asuh”, Yura mempersembahkan lagu terbaru berjudul “Tanda”, sebuah karya personal yang menggugah hati. Ia juga menghadirkan enam musisi perempuan—Salma Salsabil, Fanny Soegi, Misellia, Feby Putri, Idgitaf, dan Fathia Izzati—untuk membawakan “Tutur Batin” dalam interpretasi unik masing-masing, memperkuat pesan kesetaraan dan inklusivitas.

“Teh Yura sangat inspiratif. Apa yang ia suarakan tentang kesetaraan perempuan benar-benar menggerakkan dan menginspirasi aku sebagai musisi perempuan,” ujar Feby Putri. Idgitaf pun menambahkan, “Teh Yura adalah pionir dalam menyuarakan peran perempuan dalam berkarya. Segala yang ia lakukan terasa tulus dan sampai ke hati.”

Konser ini bukan hanya tentang Yura, melainkan tentang semua orang yang hadir dan tentang mimpi yang dapat diraih dengan segala kekuatan dan keterbatasan. Yura bahkan membagikan panggungnya dengan teman-teman disabilitas bersuara emas yang membawakan “Merakit”, menjadikannya semakin bermakna.

Pukul 17.30, konser ditutup dengan “Dunia Tipu-Tipu”, merangkum semua emosi yang telah terbangun sepanjang pertunjukan. “Konser ini bukan hanya tentang aku. Aku hanya bagian kecil dari semesta besar ini. Aku berharap konser ini bisa membuat semua hati yang hadir merasa ‘Bingah’,” ujar Yura menutup konsernya.

Ribuan penonton meninggalkan area konser dengan senyum bahagia, air mata haru, dan kenangan yang membekas. Dengan teknologi canggih, konsep matang, koreografi sinergis, aransemen musik yang menyentuh, dan performa vokal luar biasa dari Yura, konser “Bingah” menjadi pertunjukan kelas dunia yang menorehkan sejarah dalam industri musik Indonesia.

Related Post