Reuni Musisi

Selagi manusia belum mampu menciptakan mesin waktu, musik adalah salah satu media terbaik untuk bernostalgia.

361
0
Nino Star Editor

Dalam hidup, kita dipertemukan dengan banyak sekali manusia. Bohong kalau tidak ada satu pun dari sekian banyak pertemuan tersebut yang meninggalkan kesan dalam hidup. Syukur-syukur hubungan penuh kesan tersebut bisa bertahan. Terkadang, beberapa hubungan harus kandas karena perbedaan jalan hidup atau bahkan untuk alasan yang kita kita sendiri tidak tahu.

Artikel ini kebetulan saya tulis menjelang ulang tahun saya. Memasuki usia baru, saya jadi berpikir. Berapa banyak orang yang sudah saya temui dalam hidup? Apa kabar mereka? Rasanya ingin saya kumpulkan dan temui mereka semua sekaligus dalam sebuah acara reuni.

Reuni. Sebuah kata simpel yang punya efek magis. Namun, apa sih makna sebenarnya dari kata reuni? Kalau merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, reuni artinya pertemuan kembali (bekas teman sekolah, kawan seperjuangan, dan sebagainya) setelah berpisah cukup lama. Tapi, apakah artinya hanya sebatas itu?

Tulisan Nino soal Daur Ulang Lagu

Belakangan ini industri hiburan, tak terkecuali industri musik, juga mengenal istilah reuni. Reuni biasanya dijadikan sebagai wadah untuk melahirkan karya terbaru atau memberikan penyegaran pada karya-karya yang sudah pernah dirilis.

Kenapa melakukan reuni? Mungkin jawabannya: Becuse we’re all obsessed with nostalgia. Siapa yang tidak suka mengenang memori manis dari masa lalu? Siapa yang enggak senang merasakan kembali sensasi masa muda? Selagi manusia belum mampu menciptakan mesin waktu, musik adalah salah satu media terbaik untuk bernostalgia.

Contoh yang paling segar adalah grup band Cokelat yang akhirnya kembali ke formasi awal setelah 12 tahun berkarya tanpa Kikan Namara dan Ervin. Formasi ini sukses membuat panggung comeback mereka ramai digandrungi penonton – seakan menyihir orang-orang seperti saya yang tumbuh bersama musik mereka kembali ke tahun 2000-an.

Selain Cokelat, juga ada beberapa nama besar lainnya yang melakukan reuni, seperti Payung Teduh dan Is, Padi Reunion, dan The Groove. Bahkan di luar sana lebih banyak lagi. Ada New Kids on the Block yang bikin kolaborasi bareng Backstreet Boys dengan nama NKOTBSB. Sampai yang belum lama ini bikin geger, Tom DeLonge yang kembali jadi vokalis Blink 182 dan siap untuk tur bersama lagi.

Terdengar membahagiakan? Jelas! Apalagi untuk mereka yang besar dengan karya-karya mereka. Tapi apalah netizen tanpa komentar-komentar seperti: “Hmmm, sudah enggak laku, baru deh balikan”.

Eits, sebentar. Tunggu dulu. Coba kita lihat dari kacamata yang lebih netral.

Setiap musisi pasti punya idealismenya masing-masing. Ibaratnya seperti stasiun kereta yang punya banyak rute.

Mungkin di awal perjalanan stasiun tersebut berjalan mulus karena semua gerbong berada di jalur yang sama. Tapi apakah semua akan berjalan dengan ritme dan tujuan yang terus sama?

Perlahan ada rute baru yang lebih menarik bagi sebagian gerbong. Tapi pada akhirnya apa? Mereka akan kembali bertemu di stasiun pemberhentian yang sama. Melihat peluang baru enggak salah. Apalagi kalau dilandasi dengan semangat untuk mengeksplorasi diri.

Tulisan Nino soal Budaya Membaca Credits

Kembali ke pembahasan soal reuni di kalangan musisi. Apakah alasan reunian itu hanya sekadar bentuk fan service? Bisa jadi. Atau bisa juga, reuni adalah mesin waktu untuk mengenang sebuah masa meskipun mereka sudah tidak di masa itu lagi.

Saran saya, enggak usah diambil pusing soal tujuan reuni. Anggap saja itu sebagai kemewahan karena kita masih diberi kesempatan untuk nonton sebuah grup yang sudah lama bubar atau vakum lalu berkumpul lagi.

Sebagai sesama musisi, saya berharap tak perlu melakukan reuni dan bisa terus bermusik sampai kapan pun. Doakan saya selalu diberi tenaga dan kesehatan untuk mewujudkannya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *