Belakangan ini, rasanya tiap scrolling konten di berbagai medsos, selalu nemu orang yang lagi minum di depan kulkas sambil diiringi lagu “Players” dari Coi Leray (strave fridge trend).
Biasanya para pelari kalcer ini bikin konten yang dinamakan “Strava Fridge Trend” sehabis melakukan olahraga lari sambil flexing kilometer yang sudah mereka tempuh.
Keren sih keren yaa, bikin kaum mageran termotivasi buat lari juga, tapi nih ya, abis minum langsung bayar ke kasir belum?
Alih-alih jadi keren, tren ini justru ciptain orang yang nggak bertanggung jawab. Banyak banget pegawai dari minimarket yang keluhkan produk minuman mereka di kulkas dengan isinya yang sisa setengah.
Terus, siapa yang salah? Pembuat trend atau mereka yang latah akan trend?
Baca juga: “SUMMER SOLSTICE”, SAAT MATAHARI MAKIN MENYALA PADA 21 JUNI
Keren? Tidak. Kalcer? Jelas Tidak. Jahat? Iya Banget!
Sebenarnya, nggak ada yang salah dengan fenomena latah digital. Pada dasarnya manusia itu butuh atensi. Namun apakah latah itu bisa jadi penyakit atau sekadar tren?
Jawabannya simpel, “tergantung konteks”. Jika tren membuat orang jadi termotivasi melakukan hal baik, maka sah-sah saja. Tapi, kalau latah ini muncul tidak terkendali dan berulang hingga ganggu aktivitas atau orang lain, maka beda ceritanya.
Bayangin, lewat tren kulkas itu ngebikin berapa pegawai minimarket rugi? FYI aja nih, pegawai seperti mereka kadang gak terima gaji utuh, karena ada potongan dari barang yang hilang. So, sebelum bikin trend, pikirin orang sekitar yah!
Baca juga: Trend Strava Fridge
Kesimpulan
Outfit udah kece, sepatu running udah plat carbon, running belt udah ada, pace kayak kuda balap, tapi masa nggak bayar minuman karena FOMO? Oppal Gengs jangan gitu yawww!
