Baru-baru ini, kota metropolitan tersibuk di dunia, yakni New York dikabarkan berpotensi tenggelam karena beban dari banyaknya gedung-gedung pencakar langit yang ada di sana.
Diperkirakan, dengan adanya bobot sekitar 1.084.954 bangunan yang tersebar di 5 kawasan New York City, sama dengan 1,68 triliun pound atau 762 miliar kilogram setara dengan berat 140 juta gajah yang tersebar di wilayah seluas 778 km2.
Hal ini diungkapkan oleh para peneliti dari United States Geological Survey dan University of Rhode Island, pada risetnya yang diterbitkan dalam jurnal Earth’s Future pada tanggal 8 Mei lalu.
Riset tersebut menunjukkan, bahwa terjadi penurunan permukaan tanah, di mana sedimen bergeser dan mengendap yang terjadi di area tertentu NYC. Terlebih pada area Lower Manhattan dan bagian-bagian dari Brooklyn juga Queens.
Berdasarkan data dari Global Positioning System (GPS) daerah Manhattan sendiri menyusut sekitar 2,1 mm per tahunnya. Didukung juga oleh data satelit yang mengungkapkan, rata-rata penurunan muka tanah sekitar 0,04 hingga 0,08 inci (1 hingga 2 mm) per tahun di seluruh kota.
Selain karena beratnya beban dari gedung-gedung tinggi, para ilmuwan juga menjelaskan kemungkinan adanya penyebab yang lain.
Seperti perubahan iklim yang menyebabkan permukaan laut sepanjang Pantai Atlantik Amerika Utara diperkirakan naik tiga sampai empat kali lebih cepat dari rata-rata global. Diproyeksikan, akan meningkat antara 8 inci sampai 30 inci pada tahun 2050.
Hal lain yang juga menjadi penyebab potensi tenggelamnya kota New York karena bumi terus bergeser setelah akhir zaman es terakhir yakni lebih dari 10.000 tahun yang lalu. menyebabkan lapisan tanah tepat di bawah lapisan es tenggelam dan membuat tanah menjadi lebih lunak.
Dengan beberapa temuan tersebut, seorang Ahli Geofisika dari Survei Geologi Amerika Serikat yang memimpin penelitian tersebut, Tom Parsons menjelaskan, dapat meningkatkan fenomena banjir dan enggak cuma berpotensi terjadi di kota New York. Melainkan pada sebagian besar kota yang juga memiliki masalah penurunan muka tanah.
“Ini bukan sesuatu yang harus kita ratapi, tapi ada proses berkelanjutan yang dapat meningkatkan risiko genangan akibat banjir yang berpotensi lebih tinggi,” kata beliau.
“Bukan suatu kesalahan untuk membangun gedung sebesar itu di New York, tapi yang harus diingat dan kami terangkan, setiap kali kamu membangun sebuah gedung atau sesuatu lainnya, kamu akan selalu menambah beban permukaan tanah,” tambahnya.
Seperti yang disebutkan oleh peneliti Tom Parsons, hal serupa juga terjadi di Jakarta, di mana beberapa wilayahnya mengalami penurunan 1 – 15 cm/tahun. Hal ini juga merupakan penyebab dari faktor alami dan antropogenik atau campur tangan manusia, yakni eksploitasi berlebihan pada air.
Well, dengan beberapa pembahasan di atas, dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih memerhatikan kondisi bumi, terutama lingkungan sekitar, gengs. Karena pada dasarnya, beberapa fenomena yang terjadi pada bumi, kita sebagai manusia juga turut andil dalam penyebab tersebut.
Mengutip perkataan dari seorang ahli geofisika Sophie Coulson, postdoctoral fellow di Laboratorium Nasional Los Alamos, sangat penting untuk mengenali dan memahami aktivitas kita dalam kegiatan sehari-hari, agar tidak menambahkan beban kepada bumi dan juga melindungi para generasi berikutnya. Yuk, bersama-sama kita ambil bagian untuk melindungi dan menjaga bumi, gengs!