Hari Pendidikan Nasional dan Sosok Ki Hadjar Dewantara di Baliknya

Perjuangan beliau membuahkan 3 filosofi dalam pendidikan.

126

Rasanya kita tak bisa melepaskan sejarah Hari Pendidikan Nasional dengan sosok dan perjuangan seorang pahlawan, Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah seorang pelopor pendidikan kaum pribumi Indonesia di era kolonialisme.

Berkat jasa beliau ini, pemerintah menetapkan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas bertepatan dengan hari lahir Ki Hadjar Dewantara pada 2 Mei yang juga disebut sebagai sosok Bapak Pendidikan Nasional.

Melihat dari laman kemdikbud.go.id, Ki Hadjar Dewantara dikenal karena sosoknya yang berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. Pemerintah Hindia Belanda saat itu hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam pendidikan.

Ilustrasi Anak SMA sedang baris/Shutterstock

Kritik beliau kepada kebijakan pemerintah kolonial itu menyebabkan dirinya diasingkan ke Belanda dan kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa usai kembali ke Indonesia.

Setelah Indonesia Merdeka, Ki Hadjar Dewantara kemudian diangkat menjadi Menteri Pendidikan dengan semboyan yang sangat terkenal Tut Wuri Handayani.

Profil Singkat Ki Hadjar Dewantara

Foto Ki Hadjar Dewantara/ Kemendikbud

Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Usai menyelesaikan pendidikan dasar, beliau kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA, namun tidak bisa menyelesaikan karena sakit.

Alhasilm beliau bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.

Sepanjang era Kolonialisme Belanda, beliau sangat dikenal karena keberaniannya menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda untuk mengemban bangku pendidikan.

Kritik beliau itu kemudian menyebabkan dirinya diasingkan ke Belanda bersama dengan dua temannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh itu kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.

Setelah kembali ke Indonesia, beliau kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

Tiga Semboyan Andalan Ki Hadjar Dewantara

Ilustrasi siswa SMA
Ilustrasi siswa SMA/Shutterstock

Ki Hadjar Dewantara memiliki tiga semboyan yang selalu ia terapkan dalam sistem pendidikan. Secara utuh, semboyan ini dalam Bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Arti dari semboyan ini adalah Ing Ngarsa Sung Talada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah, guru harus menciptakan ide), Tut Wuri Handayani (dari belakang, guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan).

Sampai saat ini, semboyan dari Ki Hadjar Dewantara masih digunakan di kalangan pendidikan Indonesia dan sangat dikenal dari Sabang sampai Merauke.

Makna Penting Pendidikan untuk Anak Bangsa

SNBP
Foto anak SMA/Shutterstock

Pada sebuah peringatan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara pernah berkata “Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu dipelopori, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri”.

Maksud dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara ini adalah dengan gamblang menunjukkan apa yang seharusnya lahir dari sebuah proses pendidikan, yaitu agar anak-anak berpikir sendiri.

Dengan demikian, mereka menjadi orisinil dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan dianggap berhasil ketika anak itu mampu mengenali tantangan apa yang ada di depannya dan tahu bagaimana seharusnya mereka mengatasinya.

Baca juga: “Today in History: Selamat Hari Pendidikan Nasional

Terima kasih Ki Hadjar Dewantara untuk jasamu bagi pendidikan Indonesia! Doakan kami selalu bisa meneruskan perjuanganmu.

Rio
WRITTEN BY

Rio

Menulis seakan sudah menjadi kebiasaan untuk saya sejak kuliah. Skill ini terus berkembang sampai saat ini. Dimulai dari Liputan6.com sampai sekarang pekerjaan yang saya geluti seputar menulis artikel. Dan saat ini, Oppal Media adalah tempat saya untuk kembali belajar dan membuktikan yang terbaik.