Baru-baru ini sebuah jalur rel trem zaman Belanda ditemukan di proyek MRT Jakarta Fase 2A Glodok-Kota, tepatnya di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Hal ini disampaikan langsung oleh pihak MRT Jakarta melalui akun instagramnya @mrtjkt.
“Saat ini juga dalam tahap persiapan untuk pengangkatan rel trem yang berada di lokasi pekerjaan CP 202 dan nantinya akan ditempatkan sementara di storage pool PPD Jelambar,” tulis akun @mrtjkt.
Trem sendiri adalah angkutan massal pertama yang ada di Jakarta dan dioperasikan 1869 silam. Bentuk dari trem ini sangat mirip dengan kereta api dan memiliki gerbong. Namun, pada gerbong trem tidak sama banyaknya dengan yang ada di kereta api.
Biasanya, gerbong yang ada pada trem maksimal hanya bisa mengangkut dua gerbong. Selain di Jakarta, trem juga beroperasi di salah satu kota di Jawa Tengah, yakni Surakarta, dan Jawa Timur, yaitu Surabaya.
Trem di Jakarta
Kota Jakarta merupakan kota yang pernah menggunakan trem sebagai alat transportasinya. Trem pernah beroperasi melewati beberapa jalur yakni:
Jatinegara – Matraman – Pasar Senen – Ancol
Pasar Senen – Lapangan Banteng – Pasar Baru – Harmoni – Kota – Pasar Ikan
Kemayoran – Pasar Baru – Harmoni – Tanah Abang
Trem bertenaga kuda juga pernah ada di Jakarta pada tahun 1869 dan bisa mengangkut sekitar 40 penumpang. Untuk mengoperasikan trem ini, dibutuhkan sekitar empat ekor kuda untuk menariknya.

Ada dua rute yang dilewati trem ini, yaitu Tanah Abang sampai ke Jatinegara. Trem kuda ini tidak beroperasi lama di Jakarta, hanya 12 tahun. Karena rute panjang yang harus ditempuh membuat banyak kuda penarik trem ini mengalami kelelahan.
Jejak Trem di Solo

Kota Surakarta atau Solo juga memiliki sejarah penggunaan trem sebagai alat transportasinya. Menurut catatan sejarah, trem di Solo ada sejak tahun 1892.
Jejak trem di Solo sepanjang 27 km. Membentang dari:
Stasiun Purwosari – Stasiun Solo Jebres
Stasiun Purwosari – Stasiun Boyolali
Jalur trem itu beririsan dengan jalur utama jalan raya. Hingga kini jejak trem di Solo masih terlihat dan dilintasi oleh railbus. Bahkan Pemkot Surakarta berencana menghidupkan kembali jalur trem ini.
Trem di Surabaya

Kota Surabaya juga pernah memiliki trem di masa kolonial Belanda. Trem di Surabaya mulai beroperasi pada abad ke-19, yang dinaungi oleh Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS), sebuah perusahaan pengelola trem.
Pada 1889, trem di Surabaya mulai difungsikan untuk tiga jalur, yaitu:
Ujung-Sepanjang
Mojokerto-Ngoro
Gemekan-Dinoyo
Peradaban transportasi di Surabaya terus maju hingga OJS terus bertambah. Pada tahun 1913-1916, jalur di bagian sisi barat pusat kota mulai dibuka. Trem terus mengalami perkembangan bersama dengan sarana transportasi lain, salah satunya bus.
Pada tahun 1927, ada sekitar 11,4 juta orang yang menggunakan trem listrik dan 5,2 juta lainnya menggunakan uap. Sayangnya, kemunculan transportasi lain meembuat keberadaan trem mulai diabaikan. Pada akhirnya, sejak tahun 1970 trem sudah tidak lagi beroperasi di Surabaya.