Midnight Serenade: Band yang Lahir di film PERAYAAN MATI RASA

Ide membentuk Midnight Serenade muncul dari keinginan sutradara Umay Shahab yang ingin memasukkan musik sebagai elemen integral.

65

Sinemaku Pictures segera merilis film terbaru mereka yang berjudul Perayaan Mati Rasa. Film ini akan hadir di bioskop-bioskop seluruh Indonesia mulai 29 Januari 2025. Mengangkat cerita tentang hubungan seorang pemuda bernama Ian Antono dengan orang-orang di sekitarnya, Perayaan Mati Rasa tak hanya membahas isu keluarga tetapi juga menyajikan elemen musik yang menjadi salah satu daya tarik utamanya.

Ian Antono, yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, adalah seorang bassist dalam band bernama Midnight Serenade. Bersama teman-temannya—Ray Alvero (Devano Danendra, vokalis), Saka Wijaya (Dul Jaelani, gitaris), dan Dika Ardana (Randy Danistha, drummer)—ia berusaha mengejar mimpi mereka di dunia musik. Uniknya, para pemain yang tergabung dalam band di film ini juga merupakan musisi sungguhan yang menambah keaslian cerita.

Konsep Musik yang Menghidupkan Cerita

Menurut Iqbaal, ide untuk membentuk Midnight Serenade muncul dari keinginan sutradara Umay Shahab yang ingin memasukkan musik sebagai elemen integral, bukan sekadar latar atau soundtrack. “Aku dan Umay ingin menghadirkan band yang terasa nyata, seperti Garasi di era 2000-an. Untuk itu, kami memilih musisi sungguhan agar lagu-lagu original Midnight Serenade bisa dimainkan dengan autentik,” ungkap Iqbaal.

Dul Jaelani mengaku tertarik dengan konsep film ini sejak awal. “Ketika mendengar ide tentang band di dalam film, aku langsung setuju untuk bergabung. Proses workshop, rekaman, hingga mengisi bagian gitar sangat seru. Ini adalah produksi yang benar-benar berkarya untuk kepuasan jiwa, bukan sekadar mengikuti selera pasar,” katanya.

Sementara itu, Randy Danistha melihat keterlibatan musisi asli sebagai langkah segar dalam perfilman Indonesia. “Dulu kita pernah punya band dari film, tapi itu sudah lama sekali. Midnight Serenade hadir memberikan penyegaran di dunia musik dan perfilman. Semoga ke depannya ada lebih banyak kolaborasi seperti ini,” tuturnya.

Devano Danendra menjelaskan bahwa tim produksi melakukan workshop intensif agar penampilan para pemain sebagai anggota band terlihat nyata. “Kami belajar chord, latihan bernyanyi, hingga mempelajari cara tampil di atas panggung. Kami ingin memastikan bahwa yang terlihat di layar bukan hanya akting tetapi juga penampilan yang otentik,” jelas Devano.

Hasilnya bisa dilihat dari tiga single Midnight Serenade yang sudah dirilis di platform musik digital, yaitu “Laut,” “Kosong,” dan “Sampai Jumpa.” Lagu-lagu ini menjadi bukti nyata dedikasi para pemain dalam menghidupkan karakter masing-masing.

Semangat Baru untuk Musik Indonesia

Bagi Dul, Midnight Serenade bukan sekadar band fiktif. “Kami ingin menjadi representasi anak-anak muda yang semangat bermain musik. Harapannya, penampilan kami bisa menginspirasi generasi muda untuk kembali bermusik, terutama dalam format band,” katanya.

Saat ditanya tentang masa depan Midnight Serenade, Iqbaal menyebutkan bahwa mereka sangat terbuka untuk tampil sebagai band sungguhan. “Kami berencana tampil live di beberapa kota untuk promosi. Setelah itu, semua tergantung pada jadwal masing-masing, tetapi kami tidak menutup kemungkinan untuk kembali tampil di masa mendatang,” pungkasnya.

Jangan lewatkan perjalanan Ian Antono dan band-nya, Midnight Serenade, dalam Perayaan Mati Rasa. Saksikan di bioskop mulai 29 Januari 2025 dan rasakan sendiri magisnya musik dan cerita yang dihadirkan.