Ritual Tiwah, Tak Hanya Sekadar Upacara Kematian Adat Suku Dayak

Ritual Tiwah juga dilaksanakan sebagai proses buang sial bagi keluarga yang ditinggalkan.

453
0
Ritual Tiwah

Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari sumber daya alam, sumber daya manusia, dan adat istiadat yang tak terhitung dari Sabang sampai Merauke. Salah satu ritual yang sangat menarik untuk diketahui adalah Ritual Tiwah.

Ritual ini merupakan salah satu ritual adat yang ada di Kalimantan Tengah dan masih diselenggarakan sampai saat ini. Ritual Tiwah berasal dari masyarakat Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah.

Sesungguhnya, ritual ini merupakan upacara kematian adat sekaligus ritual sakral terbesar di Suku Dayak Ngaju. Mengapa dikatakan besar? Karena pada dasarnya Ritual Tiwah ini melibatkan sumber daya yang besar dengan waktu penyelenggaraan yang cukup lama.

Apa itu Ritual Tiwah?

Ritual Tiwah merupakan sebuah upacara kematian yang digelar untuk seseorang yang sudah tutup usia dan dimasukkan dalam Runi atau peti mati. Tujuan dari upacara ini adalah untuk meluruskan perjalanan salumpuk liau menuju lewu tatau dalam konsep kematian masyarakat Dayak Ngaju.

Tempat tulang belulang usai Rirtual Tiwah / Shutterstock

Pada sisi lain, Ritual Tiwah dilaksanakan sebagai proses buang sial bagi keluarga yang ditinggalkan. Masyarakat Dayak Ngaju pada umumnya menganut kepercayaan lokal yaitu Kaharingan.

Bagi masyarakat yang ada di Kalimantan Tengah ini, kematian merupakan tahap awal manusia mencapai dunia kekal abadi yaitu dunia roh.

Manusia yang sudah tutup usia akan berganti wujud menjadi arwah yang disebut dengan nama Liau atau Liaw. Liaw ini wajib dilantarkan ke Lewu Liaw atau Lewu Tatau atau dunia arwah dalam proses yang disebut Tiwah.

Oleh karenanya, Ritual Tiwah merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan bagi masyarakat Dayak Ngaju baik secara moral ataupun sosial.

Masyarakat percaya bahwa Liaw yang belum diantarkan melalui Tiwah maka akan tetap di dunia dan tidak bisa ke surga.

Makna yang Ada Dalam Ritual Tiwah

Ritual Tiwah memiliki makna mendalam bagi masyarakat Suku Dayak Ngaju. Mereka akan mempersiapkan Tiwah selama berbulan-bulan sebelum pelaksanaan. Pelaksanaan upacara adat ini juga memerlukan waktu yang cukup lama, mulai dari tiga hari, tujuh hari, bahkan ada yang sampai satu bulan.

Adapun makna mendalam dari ritual yang panjang dan besar ini adalah agar keluarga yang ditinggalkan dapat tenang. Ketenangan ini muncul karena keyakinan keluarga yang telah meninggal sudah diantarkan ke awal arwah melalui upacara Tiwah.

Sedang bagi arwah, Tiwah menjadi sarana mereka untuk berangkat Lewu Liau, tempat di mana mereka seharusnya menurut kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju.

Tahapan Upacara Ritual Tiwah

Ritual Tiwah diselenggarakan ketika seorang Dayak Ngaju masih beragama Kaharingan. Upacara yang diselenggarakan dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah dilakukan sebelum upacara inti Tiwah diselenggarakan.

Tahap yang biasa disebut sebagai praupacara ini dilakukan dengan mengumpulkan tulang belulang orang yang akan di-Tiwah-kan.

Jenazah yang masih utuh akan dipisahkan daging dengan tulangnya. Setelah itu, upacara puncak Ritual Tiwah pun diselenggarakan. Upacara puncak ini diadakan tiga hari sampai satu bulan.

Upacara puncak diawali dengan proses pembuatan Balai Pangun Jandau dan Sangkaraya Sandung Rahung. Kemudian, hewan kerbau diikat di sangkaraya lalu dilakukan mangajan atau tarian sakral.

Sumber foto: Shutterstock

Setelah itu, akan didirikan sebuah Tiang Mandera di dekat Sangkaraya. Tiang ini menjadi tanda kampung ditutup karena sedang berlangsung upacara Ritual Tiwah.

Pada hari terakhir, arwah yang di-Tiwah-kan akan melakukan perjalanan menuju Lewu Liaw. Perjalanan mereka ini akan diiringi proses pengurbanan hewan dengan cara ditombak.

Upacara diakhiri dengan dimasukkannya tulang belulang ke dalam kain merah dan disimpan dalam sebuah tempat yang disebut sandung.

Peralatan yang Dibutuhkan di Ritual Tiwah

Ada berbagai macam alat yang digunakan dalam Ritual Tiwah, antara lain adalah gong, rotan, bambu, daun kelapa, gandang kalenang, mandau, dan kain tiga warna.

Lalu, ada pula hewan kurban yang meliputi ayam dan babi 13 ekor, kerbau 1 ekor, botol tempat tulang, dan masih banyak lagi.

Kalau dilihat dari peralatan yang digunakan, Ritual Tiwah ini dilakukan dengan biaya yang cukup besar. Oleh karenanya, semakin lama dan semakin meriah acara ritual ini dilaksanakan, maka keluarga yang menyelenggarakan memiliki status sosial yang tinggi.

Baca Juga: “Mengenal Tradisi Pemakaman Waruga Khas Suku Minahasa yang Unik

Namun, Ritual Tiwah saat ini juga bisa dilakukan secara gotong royong oleh beberapa keluarga. Sehingga, biaya yang dikeluarkan bisa ditanggung secara bersamaan.

Unik dan cukup menarik ya, Ritual Tiwah ini.

Rio
WRITTEN BY

Rio

Menulis seakan sudah menjadi kebiasaan untuk saya sejak kuliah. Skill ini terus berkembang sampai saat ini. Dimulai dari Liputan6.com sampai sekarang pekerjaan yang saya geluti seputar menulis artikel. Dan saat ini, Oppal Media adalah tempat saya untuk kembali belajar dan membuktikan yang terbaik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *