Masyarakat Baduy baru saja melaksanakan upacara Seba Baduy pada Sabtu, 29 April 2023 kemarin. Tradisi ini biasanya dilakukan dalam rangka menyampaikan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah selama satu tahun.
Upacara ini juga rutin dilakukan setiap tahun yang di dalamnya ada prosesi silaturahmi antara masyarakat Suku Baduy dengan pemerintah setempat.
Tradisi Seba ini biasanya dilakukan di dua tempat, yakni Pendopo Kabupaten Lebak dan di Kota Serang sebagai pusat Provinsi Banten.
Melihat dari siaran pers yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Banten, Pj Gubernur Banten Bapak Al Muktabar, laksa merupakan simbol penghormatan dan silaturahmi dari masyarakat Baduy pada Sabtu (29/4) dalam acara Seba Baduy.
Apa Itu Upacara Seba Baduy?
Seba adalah sebuah kata dalam Bahasa Baduy yang memiliki arti persembahan. Dalam konteks Upacara Seba, masyarakat Baduy atau Urang Kanekes akan mempersembahkan hasil panen kepada pemerintah.
Dilihat dari sejarahnya, Seba sudah dilakukan oleh masyarakat Baduy dalam kurun waktu yang lama. Konon, Upacara Seba ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, tepatnya pada masa kejayaan Kesultanan Banten.
Tradisi Seba Baduy ini juga menjadi wujud kesetiaan dan ketaatan Suku Baduy kepada pemerintah. Pemerintah yang dimaksud dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten Lebak dan Pemerintah Provinsi Banten.
Prosesi Pada Upacara Seba
Pada dasarnya, Upacara Seba ini diikuti oleh ribuan masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Kedua kelompok masyarakat Baduy ini biasanya mudah dibedakan lewat warna pakaian yang dikenakan.
Baduy Dalam akan mengenakan busana dan ikat kepala warna putih. Sedangkan Baduy Luar akan mengenakan pakaian warna hitam dan ikat kepala berwarna biru.
Sebelum adanya Upacara Seba, Urang Kanekes akan menggelar Upacara Kawalu selama kurang lebih 3 bulan. Kawalu ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan upacaranya sendiri terbagi ke dalam tiga sesi.
Setelah Kawalu, warga Baduy akan melanjutkannya dengan Upacara Ngalaksa. Ngalaksa ini adalah silaturahmi kepada kerabat dan tetangga sambil membawa hasil panen. Setelah Upacara Ngalaksa, maka Seba Baduy pun segera dimulai.
Nantinya, para sesepuh adat akan menyeleksi warga Baduy yang turut dalam pelaksanaan Upacara Seba. Seleksi ini dilakukan untuk memilih warga yang sehat secara fisik karena mereka akan berjalan sejauh 80 kilometer.
Upacara Seba sendiri akan diawali dengan pengucapan tatabean oleh ketua adat yang ditunjuk. Tatabean merupakan ucapan seserahan warga Baduy kepada bupati dan disampaikan dalam bahasa Baduy.
Baca juga: “Sejarah Budaya Thrifting, From Saving to Flexing“
Tatabean ini juga biasanya berisi tentang laporan kondisi warga Baduy, termasuk kondisi panen, lingkungan, dan kesehatan mereka.
Usai Tatabean, pihak pemerintah baik bupati ataupun gubernur akan menanggapi laporan Tatabean tadi. Upacara Seba Baduy itu pun akan diakhiri dengan penyerahan hasil panen Baduy kepada bupati. Sebaliknya, dari pihak pemerintah akan menyerahkan bingkisan kepada perwakilan warga Baduy.