Pada tanggal 24 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Bandung Lautan Api yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Kota Bandung. Peringatan ini memiliki tujuan untuk mengenang salah satu momen perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajah.
Pada waktu itu, masyarakat Bandung sengaja membakar Kota Bandung agar tidak menjadi markas dari sekutu dan NICA atau Belanda. Hal ini juga menjadi salah satu tindakan yang diambil pada pendahulu untuk mempertahankan Bumi Siliwangi yang kita cintai bersama.
Seperti apa sejarah tentang peristiwa Bandung Lautan Api ini? “Today in History” akan menguliknya.
Cerita Awal Terjadinya Bandung Lautan Api
Dikutip dari berbagai sumber, peristiwa Bandung Lautan Api diawali dengan adanya kedatangan sekutu yang dipimpin oleh Brigade MacDonald pada 12 Oktober 1945. Saat itu, kondisi semakin tak karuan karena penduduk lokal wajib menyerahkan senjata mereka kepada sekutu.
Namun, perintah ini ditolak mentah-mentah oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Polisi pada waktu itu. Tak lama berselang, bentrok antara sekutu dan TKR pecah karena orang-orang Belanda yang baru saja bebas dari kamp tahanan tiba-tiba mengacaukan suasana.
TKR dan badan perjuangan lainnya lalu melakukan serangan ke markas-markas sekutu yang ada di Bandung bagian utara, khususnya Hotel Homann dan Hotel Preanger pada 24 November 1945.
Serangan kepada markas sekutu itu terjadi selama 3 hari berturut-turut hingga pada akhirnya MacDonald mengeluarkan ultimatum pertama kepada Gubernur Jawa Barat pada saat itu.
Seluruh warga Indonesia dan pasukan bersenjata diminta untuk segera mengosongkan wilayah Bandung Utara selambat-lambaynya pada 29 November 1945 pukul 12.00 WIB.
Para pejuang pada waktu tak gampang menyerah, mereka melawan ultimatum tersebut dengan mendirikan pos-pos gerilya di berbagai tempat. Selama bulan Desember terjadi beberapa pertempuran di berbagai tempat seperti Cihaurgeulis, Sukajadi, Pasir Kaliki, Viaduct, dan Lengkong Besar.
Sekutu pun akhirnya gagal merebut Balai Besar Kereta Api dan berusaha membebaskan interniran Belanda di Ciater.
Sekutu Keluarkan Ultimatum Kedua
Posisi sekutu semakin terdesak karena serangan demi serangan yang dilancarkan oleh pasukan Indonesia. Hal ini membuat mereka kembali mengeluarkan ultimatum kedua.
Sekutu mendekati perdana menteri pada saat itu, Bapak Syahrir. Dan pada 23 Maret 1946 kembali meminta pasukan Indonesia meninggalkan Bandung Selatan selambat-lambatnya pada 24 Maret 1946 pukul 00.00 WIB.
Awalnya, Mayor AH Nasution dan pemerintah menolak ultimatum yang memindahkan ribuan pasukan dalam waktu singkat itu. Berbagai upaya akhirnya dilakukan agar penundaan ultimatum, namun sekutu tersu mendesak dengan menyebarkan pamflet berisi ultimatum itu.
Pada akhirnya, Bapak Syahrir mengatakan kepada Mayor AH Nasution bahwa TRI belum mampu menandingi kekuatan pasukan Sekutu, namun Nasution tetap bersikeras dan menolak hal itu.
Baca juga: “Today in History: Cuitan di Twitter Pertama Kali oleh Jack Dorsey“
Lantas, disusun lah sebuah strategi untuk membumihanguskan wilayah Bandung untuk mengelabui para sekutu. Keputusan ini diambil dalam rapat para pemimpin dan aparat pemerintahan. Daerah Bandung rencananya akan dibumihanguskan pada 24 Maret pukul 00.00 WIB, namun aksi tersebut dilakukan lebih awal yaitu pada pukul 21.00 WIB.