Mega Festival Indonesia Bertutur 2024 Siap Mengajak Masyarakat Jelajahi Kebudayaan Nusantara

Festival Indonesia Bertutur 2024 akan menampilkan sembilan program utama yang tersebar di tiga lokasi di Bali: Batubulan, Ubud, dan Nusa Dua.

13

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, bersiap untuk menggelar Mega Festival Indonesia Bertutur 2024, yang dijadwalkan berlangsung dari 7 hingga 18 Agustus di Bali. Persiapan untuk acara ini terlihat melalui pelaksanaan upacara Matur Piuning di tujuh lokasi utama festival pada 27 – 28 Juli yang lalu, yang dilakukan oleh panitia penyelenggara. Upacara ini diadakan sebagai bentuk permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa) untuk kelancaran acara dan sebagai penghormatan terhadap tradisi leluhur.

Festival Indonesia Bertutur 2024 akan menampilkan sembilan program utama yang tersebar di tiga lokasi di Bali: Batubulan, Ubud, dan Nusa Dua. Di Batubulan, program pembuka bernama “Maha Wasundari” akan diselenggarakan pada 7 Agustus, menampilkan tiga genre tari Bali yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia. Selanjutnya, pada 8-9 Agustus, program “Kathanaya” akan menampilkan seni tutur yang mencakup nilai-nilai kearifan lokal dan sejarah panjang Indonesia.

Di Ubud, terdapat empat program utama: “Visaraloka” yang berlangsung dari 7 hingga 18 Agustus menampilkan Ekshibisi Expanded Media dan Seni Performance; “Layarambha” pada 8-13 Agustus, sebuah festival seni gerak dan tari dalam bingkai sinematografi; “Ekayana” pada 9-13 Agustus yang menghadirkan kolaborasi antara tiga seniman musik, tiga seniman teater monolog, dan tiga penari solo; serta “Samaya Sastra” yang menjadi platform untuk sastra dan pembacaan puisi pada 12-13 Agustus.

Di Nusa Dua, tiga program utama akan digelar pada 14-18 Agustus, yaitu: “Anarta,” panggung terbuka yang menampilkan karya-karya baru dalam musik, tari, dan teater dengan partisipasi seniman dari dalam dan luar negeri; “Kiranamaya,” yang mengeksplorasi seni video mapping dan instalasi cahaya; serta “Virama,” yang akan menghadirkan pertunjukan hiburan dan musik dari musisi Indonesia dan mancanegara.

Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, menyatakan bahwa Indonesia Bertutur bertujuan untuk menggali dan menampilkan mahakarya seni dan budaya Nusantara melalui kolaborasi lintas seniman Indonesia dan internasional. Festival ini juga menjadi platform untuk menghubungkan pengetahuan masa lalu dengan realitas hidup di era digital, serta mendukung kolaborasi lintas pemangku kepentingan dalam bidang seni budaya.

“Indonesia Bertutur 2024 adalah wujud nyata dari upaya pemajuan kebudayaan. Mari kita bersama-sama menghadiri festival ini dengan semangat Merdeka Berbudaya, untuk mengalami masa lalu dan menumbuhkan masa depan,” ujar Mahendra di Jakarta, Rabu (31/8).

Taba Sanchabakhtiar, Direktur Festival Indonesia Bertutur 2024, juga menyampaikan bahwa kekayaan budaya Indonesia mencerminkan kreativitas yang tak pernah habis. Menurutnya, berbagai bentuk seni, baik tradisi maupun kontemporer, telah tercipta dan berkembang di Indonesia.

“Prestasi artistik anak bangsa layak menjadi sorotan utama. Melalui Indonesia Bertutur, kami ingin menampilkan hal tersebut,” ungkap Taba.

Melati Suryodarmo, Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2024, menambahkan bahwa berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut festival ini. Ia menyebutkan bahwa persiapan ini adalah langkah optimal dari tim penyelenggara untuk memberikan yang terbaik dalam acara ini. “Menjelang puncak rangkaian kegiatan Indonesia Bertutur, tim pelaksana telah memulai persiapan teknis di semua lokasi di Bali. Upacara Matur Piuning juga telah dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan tatanan adat Bali,” tutup Melati.

Sambutan positif terhadap Festival Indonesia Bertutur 2024 juga datang dari para seniman yang akan tampil. I Wayan Sumahardika, salah satu penampil di program “Maha Wasundari,” menilai bahwa festival ini memiliki arti penting karena membuka ruang bagi seniman muda di Bali untuk belajar dari para maestro, pemangku adat, dan tetua desa.

“Festival Indonesia Bertutur 2024 hadir di ruang-ruang desa, menyentuh aktivitas komunitas, dan mengajak individu untuk saling bertukar pengetahuan,” kata Sumahardika.

I Gusti Putu Sudarta, seorang seniman tutur dan pengajar di ISI Denpasar, yang akan tampil di program “Khatanaya,” juga mengapresiasi festival ini sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan ekosistem budaya. Ia meyakini bahwa festival ini mampu memberikan kesadaran untuk menyelami dan menggali kekayaan tradisi budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

“Festival ini akan memberikan pengalaman berharga tentang estetika dan kesadaran spiritual, serta memperkuat kecintaan terhadap budaya Indonesia secara alami,” ungkap Sudarta.

Festival Indonesia Bertutur 2024 akan dimeriahkan oleh 900 pelaku seni dan budaya dari berbagai penjuru, baik nasional maupun internasional. Festival dua tahunan ini terbuka untuk umum dan gratis. Masyarakat yang ingin hadir cukup melakukan registrasi satu kali di website resmi Indonesia Bertutur di indonesiabertutur.kemdikbud.go.id dan akan menerima tiket digital berupa kode QR yang dapat digunakan untuk mengunjungi seluruh lokasi festival selama 12 hari.