Bukan Generasi Melempem, Ini Tips Generasi Strawberry untuk Jadi Lebih Tangguh

Setiap generasi memang memiliki karakteristik berbeda-beda.

176
Generasi Strawberry

Generasi strawberry merupakan generasi muda di bawah milenial yang dianggap lunak alias seperti buah stroberi. Istilah strawberry generation ini awalnya muncul dari negara Taiwan. Penyebutan generasi stroberi juga dikarenakan buah strawberry yang indah nan eksotis, tapi begitu ditekan, mudah hancur.

Menurut Profesor Rhenald Kasali dalam bukunya dan kuliah online-nya lewat streaming YouTube-nya, generasi strawberry adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Pengertian ini bisa kita lihat melalui laman-laman media sosial.

Generasi Strawberry

Memang begitu banyak ide-ide kreatif yang lahir dari anak-anak muda, yang juga diimbangi oleh banyaknya cuitan resah yang menggambarkan suasana hati mereka.

Mengutip laman Kemenkeu, Prof. Rhenald Kasali mencoba mempelajari fenomena ini supaya nggak menjadi-jadi seperti fenomena flexing, crazy rich bohong-bohongan, dan lain sebagainya. Beliau menganalisa kenapa bisa muncul fenomena seperti ini dan menjabarkany menjadi empath al, yaitu:

  • Self diagnosis terlalu dini tanpa melibatkan pihak yang lebih ahli.
  • Cara orangtua mendidik terkait kondisi keluarga di mana anak dibesarkan dalam situasi yang lebih sejahtera dibandingkan generasi sebelumnya.
  • Narasi-narasi orangtua yang kurang berpengetahuan.
  • Banyak generasi sekarang yang lebih mudah untuk lari dari kesulitan.

Dari empat hal tersebut, Prof. Rhenald Kasali pun memberikan beberapa alternatif solusi terhadap fenomena ini, yakni:

Generasi Strawberry
Ilustrasi generasi muda/unsplash
  • Anak-anak muda perlu banget untuk selalu meng-update literasinya. Di zaman informasi yang cepat banget beredar ini, kita perlu memvalidasi kebenaran dari setiap informasi dengan berbagai cara, seperti membaca-baca buku yang sesuai.
  • Hati-hati dalam melakukan self diagnosis, kita harus menghadapi sebuah situasi dengan sekuat tenaga, karena ujian merupakan hal yang biasa terjadi. Hati-hati juga terhadap perangkap media sosial. Karena, medsos bisa juga memicu orang untuk menjadi caper alias cari perhatian dan menceritakan masalah yang dihadapinya, bahkan kadang melebih-lebihkan sesuatu.
  • Orangtua harus berperan supaya anaknya menjadi generasi yang lebih baik. Jangan terlalu memanjakan anak dengan berlebihan. Berikan konsekuensi jika anak melakukan kesalahan. Berikanlah pemahaman banyak hal kepada mereka, dibarengi dengan teori pengetahuan.
  • Peranan pendidik: keberhasilan pada kehidupan nggak sekadar berdasar dari nilai yang bisa dicapai di kelas saja, mereka yang juara di kelas belum tentu menjadi juara dalam kehidupan.

Peran generasi muda dalam menjawab tantangan zaman

Generasi Strawberry
Ilustrasi anak remaja/shutterstock

Ada salah satu perbedaan karakteristik pada generasi Z dan beberapa generasi sebelumnya, yaitu penguasaan teknologi. Setiap generasi memang punya caranya sendiri untuk berkspresi baik dalam hal berkarya dan memilih karir hidup ke depannya.

Generasi hari ini tumbuh dengan kemudahan instan yang ditawarkan oleh teknologi. Hal ini juga menjadikan generasi muda punya cara berbeda dalam memilih dan menunjukkan bakatnya untuk melahirkan hal-hal positif dan bermanfaat untuk sekitarnya.

Generasi muda saat ini dipandang sebagai generasi rebahan, tapi dengan pesatnya kemajuan teknologi, mereka bisa berkontribusi dan bahkan memantik perubahan. Anak-anak muda yang hobinya bermain TikTok bisa menyalurkan bakatnya dalam hal marketing product.

Bahkan, ide anak muda saat ini bisa menggeser promotional trends yang sebelumnya hanya menggunakan poster dan media cetak lainnya. Mereka yang punya passion dalam berorganisasi bisa membuat kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakataan.

Menumbuhkan mental tangguh pada generasi strawberry

Salah satu jurnal yang mendeskripsikan tentang strawberry, di situ dijelaskan kalau buah ini merupakan buah semu, which means bukan buah yang sebenarnya. Begitu juga dengan generasi hari ini, mental stroberi adalah mental semua yang bukan sebenarnya dimiliki oleh generasi muda kita.

Generasi yang tangguh adalah generasi yang berjalan pada poros optimisme untuk masa depan yang lebih baik.

Kita percaya bahwa sekarang ini prestasi akademik nggak sepenuhnya menjamin masa depan. Disiplin ilmu yang telah kita pelajari lewat ruang kelas belum tentu dibutuhkan lagi di masa depan, termasuk apa yang kita pahami hari ini belum tentu juga dapat relevan dengan permasalahan di masa depan.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam satu sambutannya pernah mengatakan, anak muda hari nggak perlu lagi diberi pertanyaan akan menjadi apa di masa depan, tapi harusnya mendapat pertanyaan akan membuat apa di masa depan.

Anak muda hari ini sebenarnya sudah punya segalanya, kreaitivitas, inovasi, dan sikap adaptif. Sikap adaptif adalah kemampuan beradaptasi dalam segala bentuk perubahan, di mana kemajuan zaman nggak bisa kita bendung.

Melalui sikap adaptif, kita bakal mencoba kembali hal-hal baru di luar apa yang sebelumnya sudah kita pahami.

Dengan inovatif dan kreatif mampu memanfaatkan keterbatasan menjadi peluang yang menciptakan kebermanfaatan. Anak muda sudah nggak perlu diragukan lagi untuk hal ini. kemajuan teknologi dan informasi membuat mereka punya lebih banyak referensi buat berkarya.

Beragam inovasi yang dilahirkan dengan memanfaatkan media sosial sudah lebih awal dibanjiri oleh tangan-tangan generasi muda. Namun, memang hal ini perlu dioptimalkan lagi dengan kemampuan literasi digital yang baik supaya berbagai informasi yang dibuat bisa lebih menjaring permasalahan dan mampu memberikan kebermanfaatan.

Kolaborasi generasi muda dan generasi yang lebih tua di lingkungan kerja

Ilustrasi generasi stroberi/unsplash

Kita tahu bahwa tantangan ke depan akan makin kompleks dan berat, tapi rasa optimisme bakal mampu membawa kita untuk terus berjalan ke depan.

Tapi, salah satu yang menjadi pemicu terbesar masalah generation gap adalah cara komunikasi antara pekerja muda dengan pekerja dari generasi dulu. Gaya komunikasi gen X dan baby boomer cenderung lebih kaku dan formal.

Sebaliknya, pekerja milenial dan gen Z terbiasa dengan cara komunikasi yang lebih kasual, informal, dan santai. Di sini kita harus mulai bisa mengatasi generation gap yang akan terjadi.

Bagi pekerja usia muda, nggak ada salahnya untuk lebih aktif dalam membuka komunikasi yang baik dengan atasan maupun rekan kerja. Meski atasanmu kemungkinan besar adalah generasi yang lebih senior dengan karakter berbeda, bukan berarti mereka nggak bisa diajak bicara dengan gaya kekinian juga.

Hal ini merupakan salah satu cara mengatasi generation gap, sehingga dapat tercipta kerjasama yang baik antar generasi di tempat kerja.

Generasi lebih tua, yang dikenal lebih tangguh secara mental bisa memberikan konseling dan pendampingan kepada generasi muda, lebih jauh lagi memberikan teladan atau contoh yang nyata soal kekuatan menghadapi tekanan.

Nah, sebaliknya, generasi muda lebih luwes dalam masalah perkembangan zaman, terutama teknologi dan ide kreatif bisa memberikan sumbangsih kemampuannya untuk kemajuan tujuan bersama sebuah instansi.

Setiap generasi memang memiliki karakteristik berbeda-beda, terutama soal mental. Mungkin strawberry generation dikenal memiliki mental yang lemah, tapi mereka bisa menumbuhkan mental mereka menjadi tangguh.

Bagaimana pendapat kamu tentang penjelasan di atas, gengs?

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!