Daur Ulang Lagu: Bentuk Musisi Berikan Apresiasi

Setiap musisi pasti memiliki alasannya tersendiri saat memutuskan untuk mendaur ulang sebuah lagu.

859
0

Belakangan ini sedang marak sebuah fenomena di bidang musik. Saya tak tahu apakah kamu juga menyadarinya atau tidak, namun ada beberapa lagu lama yang kini di-re-cycle dengan nuansa baru.

Contoh termudah: Lyodra dan Mas Andi Rianto yang membawakan kembali lagu Mba Titi DJ, “Sang Dewi”. Potongan klipnya sangat viral di berbagai media sosial, dan banyak yang memuji Lyodra serta Mas Andi Rianto saat mereka membawakan lagu tersebut, termasuk saya.

Terdengar menyegarkan? Jelas. Tapi saya sempat menemukan pertanyaan seperti ini di media sosial: “Kehabisan ide ya, bikin lagu baru?”.

Eits, sebentar. Tunggu dulu. Mari kita coba lihat ini dari sudut pandang yang lebih positif.

Setiap musisi pasti memiliki alasannya tersendiri saat memutuskan untuk mendaur ulang sebuah lagu. Sebagai insan musik yang juga cukup sering menciptakan karya, menurut saya pribadi, merilis lagu re-cycle bukan berarti kami kehabisan ide, ini justru merupakan bentuk kami para seniman nada untuk menghargai para musisi senior.

Perlu diakui, gelanggang musik hari ini tidak akan mudah dijalani tanpa jasa-jasa para musisi senior yang menyiapkan jalur bagi kami. Gerbang-gerbang yang sebelumnya tertutup, perlahan-lahan terbuka karena adanya karya-karya luar biasa mereka, yang secara langsung ataupun tidak, menjadi inspirasi proses mencipta musisi hari ini.

Kalau boleh jujur, tanpa karya Mas Guruh, almarhum Chrisye, Chaseiro, Utha Likumahuwa, sampai Kahitna, bisa jadi RAN, Maliq & D’essentials dan HIVI! tak akan pernah terlahir. Kami, sebagai generasi yang lebih muda, berterima kasih pada para senior yang turut “melahirkan” kami dengan cara mendaur ulang lagu. Keputusan tersebut kami lakukan tentu bukan tanpa tujuan; kami ingin membuat semesta karya seorang musisi menjadi abadi, makin dikenal, serta senantiasa berpindah dari satu generasi ke generasi lain.

Ada satu tanggapan lain yang juga sempat muncul, “Enak dong kak, tinggal pakai lagu orang lain untuk cari keuntungan?”

Kenyataannya, tidak seperti itu. Satu hal yang perlu diketahui, bahwa dengan membawakan lagu yang pernah dirilis, dampak ekonomi pun ikut terbagi. Hal ini berlaku baik untuk penampil yang membawakan lagu, maupun sang pencipta. Sederhananya, royalti dari sebuah master (karya produksi) terbagi dua: yaitu performing rights dan mechanical rights. Teknis memang, namun inilah nyatanya. Jadi, setiap kali sebuah lagu dirilis kembali, pencipta lagu aslinya pun akan mendapatkan hasil dari kejayaan karya tersebut.

Banyak yang bilang, setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Saya setuju. Namun saya juga percaya, bila setiap orang di setiap masa senantiasa saling mendukung dan memberikan apresiasi, maka musik Indonesia akan selamanya harum dari masa ke masa. Mari berusaha melihat semuanya dari sudut pandang yang lebih positif, dan dukung selalu karya musik anak bangsa!

‘Til next article!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *