Mengenal Sosok Teuku Markam, Pengusaha Asal Aceh yang Sumbang Emas 28 Kg untuk Monas

463
0

Monumen Nasional atau biasa disebut dengan Monas merupakan landmark Jakarta sebagai Ibu Kota negara Indonesia. Selain kini dikenal dengan tempat wisata, Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Belanda.

Monumen peringatan ini memiliki tinggi 132 meter atau 433 kaki yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Menariknya, terdapat emas di atas pucuk Monas dengan berat sekitar 38 kilogram.

Dibalik berdirinya bongkahan emas di pucuk Monas, ada nama seorang pengusaha yang berasal dari Aceh. Dia adalah Teuku Markam, pria yang merupakan keturunan Uleebalang yang lahir pada tahun 1925 di Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara.

Mengutip Kompas.com, Teuku Markam sudah lama dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan Presiden Pertama RI, Bapak Soekarno. Dirinya juga pernah berdinas di militer sebelum kemudian banting setir menjadi saudagar karena merasa tak cocok dengan dinas militer.

Selain itu, Teuku Markam juga pernah menjadi ajudan Jendral Gatot Soebroto. Namun, pada 1957, Teuku Markam Kembali ke Aceh dan mendirikan PT Markam. Saat itu juga Teuku Markam bertemu dengan Bapak Presiden Soekarno.

Dalam perjalanannya sebagai pengusaha kaya raya, Teuku Markam banyak terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa.

Teuku Markam juga bisa dibilang salah satu orang yang ulet dan mau mencoba segala lini bisnis, mulai dari bisnis ekspor-impor, jual beli besi beton, hingga pelat-pelat baja, seperti dikutip dari Grid.id.

Dengan berbagai jenis bisnis tersebut membuat dirinya tumbuh menjadi saudagar yang sangat kaya. Bahkan, jumlah kekayaannya pun juga sangat luar biasa, sampai-sampai ia pernah menyandang gelar orang terkaya se-Indonesia.

Maka tidak heran, dengan gelar tersebut, Markam bisa menyumbang emas sebanyak 28 kilogram dari total 38 kilogram di awal pembangunan Monas.

Puncak Monas

Sebagai pengusaha, dirinya telah membantu negara melalui keterlibatannya dalam berbagai proyek infrastruktur dan sumbangan hartanya, dan Monas menjadi salah satunya.

Meski demikian, Teuku Markam memiliki kisah hidup yang kurang baik. Dirinya dituduh terlibat aktif dalam pemberontakan PKI dan bahkan dianggap Sukarnois garis keras. Hal ini terjadi karena kedekatannya dengan Bapak Soekarno.

Keadaan berubah drastis bagi Teuku Markam di era Orde Baru saat Presiden Bapak Soeharto memimpin. Selain dituduh sebagai antek-antek PKI, pada tahun 1966, dirinya juga pernah dipenjara tanpa proses pengadilan. Perusahaannya pun diambil alih pemerintah dan kini menjadi cikal bakal BUMN Bernama PT Berdikari (Persero).

Di tahun 1972, Teuku Markam jatuh sakit dan harus dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama kurang lebih 2 tahun. Markam baru bebas tahun 1974 dan meninggal pada tahun 1975 akibat komplikasi penyakit di Jakarta.

Sementara itu, Ketua Presidium Kabinet Ampera I kemudian mengambil alih asset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah, dan lain-lain, yang dikelola PT Berdikari.

Hal positif yang bisa diambil dari kisah di atas adalah rasa nasionalisme yang tinggi dari seorang Teuku Markam, ia telah banyak membantu negara dengan menyumbangkan hartanya meski hidupnya berujung tragis.

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *