Bicara soal kesehatan mental tadinya dinilai tabu oleh banyak orang. Tapi, di era sekarang, masalah kesehatan mental justru lebih dibicarakan secara terbuka, terutama pada kalangan generasi Z (Gen Z).
American Psychological Association (APA) mengadakan survei dalam Stress in America Survey, yang menemukan bahwa Gen Z cenderung mencari bantuan profesional buat masalah kesehatan mental.
Dalam survei tersebut juga ditemukan bahwa Gen Z kemungkinan lebih berani melaporkan kondisi mereka yang didiagnosis mengalami gangguan kecemasan (18 persen) dan depresi (23 persen) dibandingkan generasi sebelumnya.
Dari situlah para ahli akhirnya menguraikan dari mana kesadaran kesehatan mental Gen Z berasal dan pengaruh positifnya terhadap anak-anak mereka.
1. Gen Z memiliki kekhawatiran terhadap banyak hal
Ada beberapa faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab meningkatnya kecemasan pada Gen Z.
Profesor asosiasi klinis di departemen psikiatri anak dan remaja di NYU Langone Health, New York, Amerika Serikat, Rebecca Rialon Berry, PhD, mengungkapkan akademik dan lingkungan pekerjaan bisa membuat mereka menjadi lebih stres dan kompetitif.
โItu menghasilkan lebih banyak tekanan eksternal dan tekanan yang dipaksakan sendiri serta lebih sedikit waktu istirahat,โ ucap Rebecca.
Di samping itu, Gen Z juga sering menghabiskan banyak waktu menatap layar perangkat elektronik, seperti ponsel atau laptop.
Hal tersebut juga tercatat lewat studi dari Institute of Business Management yang menemukan lebih dari 74 persen responden generasi Z mengaku menghabiskan waktu senggang mereka untuk online.
Sementara, 25 persen responden mengatakan mereka menghabiskan selama lebih dari 5 jam menggunakan perangkat seluler setiap hari. Menurut Rebecca, hal ini menyebabkan Gen Z cuma punya waktu lebih sedikit untuk bertemu langsung dengan orang lain dan melakukan interaksi sosial, terutama aktivitas fisik dan bermain.
Open Journal of Depression dalam studinya juga mendukung temuan sebelumnya, di mana keterhubungan sosial menawarkan perlindungan remaja terhadap kesepian dan gejala depresi.
Selain itu, Rebbeca juga mencatat, kemungkinan besar kesehatan mental generasi Z juga dipengaruhi oleh seberapa besar pengaruh mereka terhadap peristiwa yang terjadi saat ini. โMereka lebih khawatir tentang perumahan dan utang,โ jelas Rebecca.
2. Gen Z bersedia cari bantuan kesehatan mental
Menurut APA, generasi Z lebih suka mengatasi masalah kesehatan mental dengan mencari perawatan atau terapi dari ahli kesehatan mental ketimbang generasi sebelumnya. Well, itโs a good news then!
โGen Z jauh lebih sadar akan masalah kesehatan mental dan lebih menyampaikannya daripada orang tua mereka,โ ujar Rebecca.
Rebecca menjelaskan, tak hanya Gen Z, namun generasi milenial juga cenderung lebih open terhadap perawatan kesehatan mental daripada generasi terdahulu.
Anyway, faktor utama yang menjadikan Gen Z mau terbuka adalah berkurangnya stigma negatif tentang kesehatan mental di masyarakat saat ini.
Di sisi lain, menurut Jason Woodrum, seorang terapis di New Method Wellness di San Juan Capistrano, California, AS, generasi sebelumnya telah membangun pondasi untuk membuat masalah kesehatan mental enggak terlalu challenging.
โPemahaman kami tentang kondisi seperti kecemasan, bersama dengan cara efektif berbasis bukti untuk mengobatinya terbilang baru,โ kata Jason.
โGenerasi Z mewarisi dunia di mana mereka tidak hanya tahu lebih banyak cara mengatasi kecemasan, tetapi juga tidak merasa dihakimi orang lain karena mencari bantuan sejak awal,โ tambahnya.
Menurut para ahli, media sosial juga membantu membuat masalah kesehatan mental sebagai topik yang normal untuk dibicarakan.
Terapis anak dan remaja serta pelatih pengasuhan anak, Bonnie Compton, bilang, selebritas dan influencer media sosial pun menggunakan platform untuk berbagi kisah atau momen perjuangan mereka.
โMedia sosial sudah membantu masalah kesehatan mental menjadi lebih dapat diterima untuk meminta bantuan, melihatnya sebagai kekuatan daripada kelemahan,โ ujar Bonnie.
Bahkan, topik soal penyakit mental juga memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai dampak gangguan kesehatan mental terhadap kehidupan sehari-hari.
3. Membicarakan kesehatan mental dalam keluarga adalah hal penting
Keinginan Gen Z untuk mengidentifikasi dan mengatasi kesehatan mental bisa mengubah dan meningkatkan pola asuh dalam keluarga. Menurut Bonnie, mencari perawatan kesehatan mental sebelum memiliki anak akan berpeluang menjadi orang tua yang sehat secara emosional.
โJika orang tua dapat berbicara secara terbuka sesuai dengan tingkat perkembangan anak, anak akan belajar untuk melakukan hal yang sama,โ ucapnya.
Terapis keluarga dan anak, Lauren Cook mengatakan, perilaku dan perspektif orang tua yang positif soal kesehatan mental bakal berpengaruh bagi anak.
โKetika anak melihat orang tua mereka mencontohkan keterbukaan dan pencarian bantuan, mereka belajar bahwa tidak masalah untuk mempraktikkan prinsip-prinsip tersebut,โ katanya.
“Orang tua generasi Z mungkin juga cenderung mengidentifikasi gejala penyakit mental pada anak mereka,” ungkap Niro Feliciano, LCSW, psikoterapis dan spesialis kecemasan.
โSaya sering berbicara dengan orang tua bahwa anak mereka dapat memperoleh manfaat dari terapi.โ
โSaya pikir akan ada lebih sedikit percakapan ini di masa depan ketika Gen Z menjadi orang tua. Mereka sudah melihat manfaat dari dukungan dan pengobatan,โ ungkapnya.
Tetapi, perlu diketahui juga, kesadaran yang berlebihan akan gangguan kesehatan mental dapat menjadi masalah besar saat pengetahuan itu disalahgunakan.
Lauren menjelaskan, terkadang individu bisa saja terjerat dengan penyakit mental dan menggunakannya sebagai alasan untuk tidak sembuh. Misalnya, mereka mengaku โdepresi membuat saya melakukan iniโ atau โkecemasan membatasi sayaโ.
Terlepas dari segala alasan di atas, penting untuk mengecek kondisi kesehatan mental, terutama kalau kamu sering merasa stres. It’s all for our own good, setuju?