Memahami Generasi Alfa dalam Dunia Kerja di Masa Depan

Generasi Alfa diketahui memiliki cara kerja yang luar biasa dan berbeda dari X, Y, dan Z.

246
0
Generasi Alfa

Setelah generasi X, Y, dan Z yang tentunya sudah nggak asing lagi di telinga kita, kini muncul generasi baru yang diberi nama Generasi Alpha (Alfa). Generasi ini merupakan sebutan untuk mereka yang lahir pada tahun 2010 sampai 2024.

Pada setiap minggunya diketahui terdapat dua setengah juta anggota Generasi Alfa yang lahir. Generasi Alfa juga diperhitungkan akan memiliki jumlah dua miliar anggota pada tahun 2025.

Generasi ini punya karakteristik yang khas, seperti bagaimana cara berinteraksi, seperti apa acara mereka belajar, hingga cara mereka bekerja.

Nah, bicara soal dunia kerja, dilihat dari tahun kelahirannya, Generasi Alfa ini diprediksi mulai mengisi tempat kerja di tahun 2028. Let’s say usia minimum untuk kerja di Indonesia adalah 15 tahun, 13 tahun untuk pekerjaan yang ringan dan 18 tahun pekerjaan berat.

Hal tersebut diprediksi oleh Dr. Alex Denni, selaku Presiden Komisaris Wagely. Ia mengatakan, “Tidak pernah terlalu dini untuk mulai memikirkan Gen Alfa karena ini adalah kesempatan untuk meninjau dan menjelajahi strategi SDM yang akan memberi keunggulan bagi perusahaan dalam menarik dan mempertahankan generasi ini di kemudian hari.”

Generasi Alfa diketahui memiliki cara kerja yang luar biasa dan berbeda dari X, Y, dan Z sekarang. Bahkan, mereka dinilai akan lebih gesit dalam berteknologi, menciptakan gaya kerja yang baru, sekaligus dapat mengubah lingkungan pekerjaan itu sendiri.

Untuk membantu perusahaan memahami karakteristik dalam mendukung Gen Alfa, berikut perkiraan gambaran masa depan dunia kerja yang dibentuk oleh Generasi Alfa.

Penerapan konsep Learning 5.1

Generasi Alfa
Generasi Alfa saat mencoba VR/Shutterstock

Supaya bisa terus berkembang dan bertumbuh, salah satu karakteristik dari karyawan dan Gen Alpha di industry 5.0 adalah mindset, skillset, dan toolset baru.

Dr. Alex Denni menjelaskan dalam buku “Learning 5.1: Tiba Duluan Di Masa Depan”, disarankan untuk perusahaan sekarang menciptakan budaya learning, yang mana setiap karyawannya mau belajar dan mengajar sambil bekerja.

Dengan begitu, mereka bakal menjadi lebih kompeten dalam mengerjakan tugasnya, meski hal ini juga bisa datang tanpa disadari.

Konsep Learning 5.1 ini dipercaya bisa melahirkan sebuah pola pikir baru, seperti nggak ada yang nggak mungkin untuk dipelajari. Apalagi dengan bantuan teknologi canggih yang membuat akses pengetahuan semakin tidak terbatas, khususnya bagi Generasi Alpha.

Memanfaatkan teknologi untuk bekerja

Memanfaatkan teknologi untuk bekerja
Generasi Alfa/Shutterstock

Gen Alpha akan mempelajari hal-hal yang kemungkinan besar tidak asing lagi bagi mereka. Salah satunya seperti istilah AI (Artificial Intelligence) dan bahasa pemrograman yang nantinya dipelajari oleh mereka sejak bangku sekolah dasar.

Generasi ini nantinya sudah terbiasa dengan perangkat pintar, sehingga mereka bisa belajar dengan lebih cepat dan mempraktekannya di dunia kerja. Nggak menutup kemungkinan, metaverse juga akan menjadi tempat pelatihan untuk mereka, misalnya seperti insinyur mekanik yang memperlihatkan simulasi penyelesaian masalah lewat dunia virtual tersebut.

Kesejahteraan menjadi prioritas lebih dari sebelumnya

Generasi Alfa
Generasi Alfa/Shutterstock

Kemungkinan sebagian dari Gen Alpha tumbuh di era pandemi dan saat momen-momen ketidakpastian melanda. Hal-hal tersebut nantinya akan berpengaruh bagi mereka saat memasuki dunia kerja. Gen Alpha akan mencari kesejahteraan di lingkungan mereka bekerja.

Hal tersebut sebenarnya sudah meningkat sejak beberapa tahun terakhir. Studi Global Talent Trend 2022 mengungkapkan, aspek kesejahteraan menjadi alasan paling banyak mengapa karyawan bertahan di tempat kerjanya.

Oleh karenanya, perusahaan harus bisa memastikan kesejahteraan karyawannya secara emosional, fisik, sosial, maupun finansial.

Keberagaman dan inklusi yang wajib diwujudkan

Generasi Alfa
Generasi Alfa saat berkumpul/Shutterstock

Gen Alpha diketahui akan membawa banyak keberagaman dalam dunia kerja, terutama di posisi pimpinan. Mereka percaya kalau semua orang wajib diperlakukan sama tanpa memandang agama, ras, suku, warna kulit, dan asal negara. Terlebih kesetaraan gender.

Hal ini lantas menjadi harapan dari Generasi Alpha untuk mendukung sesuatu secara publik.

Preferensi tempat kerja dan keinginan untuk membuat dampak positif

Generasi Alfa
Generasi Alfa saat belajar/Shutterstock

Generasi Alfa lebih suka bekerja di perusahaan yang punya nilai selaras dengan apa yang mereka pegang. Sehingga membuat mereka merasa puas terhadap pekerjaan mereka. Terlebih saat perusahaan bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat, misalnya memberikan solusi terhadap isu perubahan iklim, inklusi keuangan, atau pemberdayaan perempuan.

Generasi Alpha memang memiliki waktu yang masih panjang untuk memasukki dunia kerja. Namun, membuka potensi generasi baru juga merupakan hal yang penting dan harus dipersiapkan untuk bisa menciptakan tenaga kerja yang siap untuk menghadapi masa depan.

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *