Ulos merupakan salah satu kain khas Sumatra Utara yang memiliki sejarah panjang di dalamnya. Selain itu, kain Ulos juga memiliki filosofi dan cerita di dalamnya yang tak banyak orang tahu. Kain Ulos merupakan kain tenun yang menyerupai selendang, yang dianggap oleh Suku Batak sebagai simbol restu, kasih sayang, dan persatuan.
Masyarakat Batak beranggapan bahwa Ulos merupakan suatu benda yang sakral dan sejalan dengan semboyan โijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holong,โ yang memiliki arti โjika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka Ulos adalah pengikat kasih sayang antar sesamaโ.
Kain Ulos sudah digunakan masyarakat Batak sejak zaman dahulu kala. Di setiap acara sakral adat batak seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian, Ulos selalu hadir sebagai bentuk ungkapan dari masing-masing acara tersebut.

Motif dan warna Ulos juga melambangkan berbagai macam keadaan yang tidak bisa digunakan di sembarang situasi. Ulos juga menjadi predikat kebanggaan bagi para pemuka adat yang ada di suku Batak.
Selain itu, Ulos menyimpan filosofi mendalam terkait keyakinan masyarakat Batak tentang kehidupan. Nenek moyang orang Batak beranggapan bahwa sumber kehidupan manusia adalah darah, napas, dan kehangatan.
Oleh karena itu, masyarakat Batak yakin manusia perlu kehangatan yang bersumber dari tiga hal yaitu matahari, api, dan Ulos. Masyarakat Batak meyakini bahwa Ulos jauh lebih fleksibel digunakan sebagai penghangat tubuh.

Pasalnya, Ulos tidak seperti matahari yang terbenam dan api yang kurang praktis untuk digunakan. Ulos bisa digunakan kapan saja dan bisa ditemui di banyak tempat.
Sebagai salah satu benda yang dianggap sakral, maka penggunaan Ulos ada aturannya dan tidak bisa sembarangan. Ulos hanya diberikan kepada kerabat dekat, seperti kepada orang tua dan anak.
Kemudian, Ulos juga diberikan harus sesuai dengan jenis dan peruntukannya, seperti salah satunya Ulos Ragihotang hanya diberikan kepada menantu laki-laki. Ada juga aturan terkait penggunaan Ulos, di antaranya adalah:
Siabithonon, Ulos yang dipakai di tubuh menjadi baju atau sarung. Ulos yang digunakan antara lain Ulos Ragidup, Sibolang, Runjat, hingga Ulos Jobit.
Sihadanghononhon, dipakai sebagai selendang di bahu. Ulos yang digunakan diantaranya Ulos Sirara, Sumbat, Bolean, hingga Manggiring.
Sitalitalihononhon, dipakai sebagai ikat kepada. Ulos yang digunakan biasanya adalah Tumtuman, Mangiring, Padang Rusa, dan lainnya.
Selain itu, ada juga berbagai motif dan jenis Ulos yang peruntukkannya berbeda sesuai dengan penggunaan dan situasinya.

- Ulos Sibolang
Ulos Sibolang menjadi tanda duka cita. Biasanya masyarakat Batak menggunakan Ulos ketika sedang mengalami sebuah duka dari keluarga dekat yang telah meninggal.
Baca Juga: “Meski Arus Digitalisasi Tak Terbendung, Kaum Milenial Batak Diharap Tak Tinggalkan Kebudayaan“
- Ulos Ragidup
Kain Ulos ini melambangkan kehidupan dan doa restu untuk kebahagiaan hidup. Ulos Ragidup memiliki tiga bagian. Dua sisi ditenun dalam waktu yang bersamaan dan satu bagian ditenun sendiri dengan motif yang lebih rumit.
- Ulos Ragihotang
Jenis Ulos Ragihotang diberikan kepada pasangan pengantin yang baru saja melaksanakan pesta adat. Ragihotang menjadi simbol orang tua pengantin perempuan telah merestui anak gadisnya yang baru saja dipersunting oleh laki-laki yang disebut Hela (menantu).
- Ulos Antakantak
Ulos ini menjadi simbol yang digunakan orang tua untuk melayat orang meninggal. Biasanya ini Ulos ini digunakan sebagai selendang. Namun, ada yang memakai Ulos ini sebagai kain lilit untuk acara menari Adat Batak.
- Ulos Ragihuting
Kain Ulos ini biasa dipakai oleh gadis dengan cara dililitkan di dada sebagai simbol gadis perawan Batak Toba yang beradat.