Siapa yang tidak mengenal Sam Poo Kong? Sam Poo Kong bukan sembarang kuil di Indonesia. Pasalnya, kelenteng yang terletak di Semarang ini menjadi saksi sejarah penting yang pernah ada di Indonesia. Kuil ini didirikan oleh Laksamana Zheng He, yang juga dikenal sebagai Laksamana Cheng Ho atau Ma San Bao. Sam Poo Kong sendiri merupakan dialek Hokkien, sedangkan untuk dialek Mandarin namanya San Bao Dong yang artinya Gua San Bao.
Sejarah kuil ini bermula ketika Laksamana Zheng He dan pasukannya sedang mendaratkan kapal mereka di wilayah Semarang. Saat itu, Laksamana Zheng He yang sedang merawat kapten kapalnya yang sedang sakit, Wang Jing Hong, turut mencari rempah-rempah dan juga menjalankan misi perdamaian.
Laksamana Zheng He dan kaptennya, Wang Jing Hong sebenarnya tidak hanya tinggal sebentar di kawasan yang kemudian menjadi bangunan kelenteng ini, tetapi mereka juga membangun rumah, menggarap lahan dan membuka hubungan dengan masyarakat sekitar. Dari situlah awal mula pembangunan Sam Poo Kong.
Bangunan yang sudah ada sejak abad ke-18 ini telah mengalami pemugaran dan renovasi oleh pihak yayasan. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 2002 oleh yayasan Sam Poo Kong, hingga akhirnya pemugaran selesai pada tahun 2005.
Kelenteng ini masih aktif sebagai pusat agama bagi saudara-saudara kita yang beragama Buddha dan Konghucu. Selain itu, kelenteng ini juga merupakan wujud dari persatuan Indonesia, di mana seluruh pemeluk agama lain diperbolehkan untuk masuk ke kawasan kelenteng ini.
Di area klenteng, pengunjung dapat mengunjungi beberapa titik lokasi wisata. Tempat pertama adalah tempat pemujaan dewa bumi, yaitu tempat orang berdoa kepada Dewa Tian Gong (Dewa Langit) dan kemudian kepada Dewa Tou Tei (Dewa Bumi).
Dewa Bumi atau Hok Tek Ceng Sin, yang juga dikenal sebagai Tu Di Gong atau Thoa Pek Kong, adalah dewa rezeki dan berkah. Tujuan pemujaan terhadap Dewa Bumi sendiri adalah sebagai upaya untuk memohon kesuburan tanah, hasil panen yang melimpah, keselamatan dan kesehatan.
Kuil Dewa Bumi sendiri dijaga oleh patung Houw Ciang Kun, yang hadir dalam simbol harimau hitam. Selain itu, di bagian depan kuil Dewa Bumi terdapat penjaga pintu bernama Ue Tek Kiong dan Sie Siok Po. Peringatan hari lahir Dewa Bumi sendiri dirayakan setiap tanggal kedua bulan kedua menurut penanggalan Cina. Artinya, hari ke-2 bulan ke-2 setelah Imlek dirayakan.
Area kedua adalah makam sang kapten kapal Wang Jing Hong. Makam ini banyak dikunjungi orang untuk berziarah dan juga dipercaya sebagai tempat berdoa memohon berkah, terutama di hari-hari tertentu, seperto Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon.
Di kelenteng ini juga terdapat Makam Kyai Djangkar, Kuil Konghucu dan Rumah Roh Hoo Ping. Makam Kyai Djangkar sendiri dipercaya merupakan posisi jangkar sekoci milik Zheng He saat pertama kali mendarat di Semarang. Di sini, biasanya banyak pengunjung yang datang untuk meminta berkah dalam bisnis atau pekerjaan.
Ada banyak tempat dan area yang dianggap keramat dan mengandung banyak makna di Kelenteng Sam Poo Kong. Maka dari itu, kawasan kelenteng yang penuh sejarah ini sudah sepatutnya tetap dilestarikan.
*Tulisan ini merupakan pemenang dari OPPAL Writing Competition
Penulis: Shinta Eka (Universitas Dian Nuswantoro)