Kemayoran merupakan sebuah kecamatan yang berada di Jakarta Pusat. Daerah ini awalnya dikenal sebagai kampung tersohor karena dihuni oleh beberapa orang-orang hebat. Di antaranya legenda seni Betawi, Benyamin Sueb, dan jagoan Betawi, Murtado.
Jika kamu mengetik kata ‘Kemayoran’ dalam mesin pencari, kamu juga akan ditunjukkan beragam berita yang menyangkut kawasan tersebut. Kalau kamu mendatangi langsung lokasinya, kamu bisa melihat permukiman warga, gedung pameran, museum sampai deretan wisata kuliner.
Tapi, tahukah kamu seperti apa wilayah Kemayoran ratusan tahun yang lalu?
Asal-usul Kemayoran
Sejarawan Betawi, Yahya Andi Saputra mengatakan, pada mulanya Kemayoran adalah kawasan yang mayoritas dihuni oleh orang-orang Betawi.
Awal mula nama Kemayoran sendiri berasal dari nama seorang mayor, yakni Mayor Isaac De L’ostal De Saint Martin, pria berkebangsaan Prancis sekaligus pemilik tanah kawasan tersebut pada abad ke-17. Nama Kemayoran pun secara resmi muncul di peta Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1840.
Mayor Isaac De L’ostal De Saint Martin lahir pada 1629 di Oleron, Bearn, Prancis. Sang Mayor akhirnya memilih untuk meninggalkan tanah airnya dan membaktikan diri kepada kongsi dagang Belanda VOC di Batavia.
Dengan kerja kerasnya selama mengabdi kepada Kompeni, Sang Mayor diberi pangkat letnan, dan dalam perjalanannya, Isaac De Saint Martin akhirnya naik pangkat menjadi seorang mayor. Terlebih dirinya sering terlibat dalam banyak peperangan kala itu, termasuk di Jawa Tengah.
Dalam tulisan di Majalah Tempo berjudul Ondel-ondel di Dinding Teras (2006) menyebutkan, “Pangkat mayor jamak diberikan oleh pemerintah Belanda kepada orang-orang kaya Belanda, Eropa maupun Tiongkok. Karena, mereka bekerja memungut pajak dari rakyat. Ukuran kekayaan pada masa itu (terletak) jumlah pengusaan tanah.”
“Makanya mereka biasa disebut tuan tanah. Seorang mayor bisa memonopoli perdagangan dan tinggal di rumah besar dengan perkarangan behektar-hektar yang dalam bahasa Belanda kerap disebut landhuis.”
Mayor Isaac banyak menghabiskan waktunya di rumahnya di Jalan Garuda, persis dekat tikungan Kemayoran Gempol. Karena kekayaan dan rumahnya yang besar, orang-orang yang berkunjung ke kawasan tersebut sering menyebutnya dengan kawasan Mayoran seperti yang tertera dalam dokumen Plakaatboek (Van der Chijs XIV; 532).
Singkat cerita, perlahan-lahan sebutan Mayoran secara paripurna dilafalkan sebagai Kemayoran.
Penggusuran
Dulu, kampung Kemayoran yang memiliki luas 500 hektar banyak diisi rumah orang Betawi asli yang berprofesi sebagai petani. Maka dari itu, di Kemayoran biasanya terdapat banyak ladang dan sawah.
Perubahan terjadi pada tahun 1938, di mana kawasan yang dulunya ramai rumah penduduk, sawah maupun ladang, disulap menjadi lapangan pesawat terbang oleh Kompeni.
Kejadian itu akhirnya membuat warga Betawi di Kemayoran banyak yang berdiaspora ke mana-mana, karena rumah dan tempat mereka mencari rezeki telah digusur oleh pemerintah kolonial.
Nah, itu dia asal usul nama Kemayoran yang kini banyak dikenal dengan patung ondel-ondelnya dan event PRJ (Pekan Raya Jakarta) atau Jakarta Fair. Semoga bisa menambah wawasan kamu, ya, gengs!