Menurut laman kemlu.go.id, tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia masuk dalam dua besar di dunia. Bahkan, Indonesia memiliki kawasan hutan hujan terbesar ketiga di dunia setelah Amazon di Amerika dan Congo Basin di Afrika. Oleh karena itu, kekayaan flora dan fauna di Indonesia, termasuk berbagai hewan endemi di dalam negeri, sepatutnya menumbuhkan rasa bangga dalam diri setiap warga negaranya.
Tak hanya terdepan soal keindahan alam nan mengagumkan, Indonesia juga masih menjadi rumah untuk sejumlah hewan endemi yang terancam punah.
Sayang sekali, populasi hewan-hewan tersebut terus mengalami penurunan seiring waktu. Beberapa faktor penyebabnya merupakan pencemaran habitat, perburuan liar, perdagangan liar, habitat yang semakin mengencil, dan sebagainya.
Melihat hal tersebut, beberapa tahun belakangan ini, World Wildlife Fund (WWF) ikut turun tangan membantu memberikan perlindungan pada hewan-hewan langka di Indonesia.
Namun, upaya tersebut akan berakhir sia-sia apabila kita sebagai warga negara tidak turut membantu kelestarian dan keseimbangan ekosistem di Indonesia.
Simak enam hewan yang nyaris punah di dunia dan patut kita jaga kelestariannya berikut ini:
- Komodo
Langkah pemerintah menjadikan pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur sebagai konservasi taman nasional dan habitat asli membuahkan hasil yang manis. Jumlah spesies kadal raksasa atau komodo mencapai 3.012 ekor di Indonesia pada tahun 2017, dan terus bertambah setiap tahunnya.
Di tahun 2020, jumlah komodo berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah 3.163 ekor, dan di tahun 2021 kemarin bertambah menjadi 3.303 ekor. Meski angka ini masih terhitung sangat kecil dan perlu dijaga kelestariannya, namun setidaknya angka tersebut sudah menunjukkan peningkatan yang berarti dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
- Orang Utan Kalimantan
Berdasarkan laporan WWF, jumlah orang utan Kalimantan mengalami penyusutan selama satu abad terakhir. Penyebab utamanya adalah faktor deforestasi dan kerusakan habitat karena konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit atau lahan-lahan pertanian lainnya. Bahkan, mengutip dari Antara, BKSDA Kalimantan Tengah menyebut angka orang utan yang kini tinggal di hutan Kalimantan Tengah hanyalah sekitar 23.000.
Selain itu, perburuan liar juga menjadi biang kerok populasi orang utan terus menurun. untuk diperdagangkan.
- Gajah Sumatra
Laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengungkapkan bahwa populasi gajah Sumatra terus menyusut hingga 70 persen. Pada 2007 diperkirakan jumlah gajah Sumatra hanya tersisa 2400 hingga 2800 ekor.
Bahkan, menurut Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (VESSWIC), data terakhir menunjukkan jumlah gajah liar dan jinak di pulau Sumatra kini hanya berkisar 1700 ekor. Penyebabnya adalah habitat asli mereka yang mengalami penyempitan dan perburuan liar yang sulit dikendalikan.
Raksasa lembut ini termasuk mamalia cerdas karena otaknya lebih besar dibandingkan satwa sejenis lainnya. Periode kehamilannya hingga 22 bulan dan rata-rata hidup sampai berusia 70 tahun.
- Enam Spesies Penyu
Dari tujuh spesies penyu di dunia, enam di antaranya hidup di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah memberikan perlindungan dengan membangun penangkaran penyu di berbagai daerah. Mulai dari penangkaran di Bangka Belitung, Kepulauan Seribu, Banyuwangi, Sukabumi, Bali, hingga Nusa Tenggara Barat.
Harimau Sumatra
Warna oranye tebal dengan garis-garis hitam tegas harimau Sumatra membuat hewan ini mudah terlihat dan sering menjadi target pembalakan liar. Bahkan, harimau Sumatra masuk dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis oleh Lembaga Konservasi Dunia International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).
Laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Perhutanan menyebutkan bahwa populasi harimau Sumatra hanya lebih kurang 400 hingga 600 ekor yang tersebar dalam 23 lanskap di Sumatra dengan jumlah masing-masing berkisar 1 hingga 185 individu.
Badak Sumatra
Badak Sumatra merupakan jenis satwa langka yang termasuk dalam kategori critically endangered menurut IUCN. Berdasarkan data terbaru yang disusun pengawas perdagangan satwa liar TRAFFIC dan Asian Rhino Specialist Group di IUCN, jumlah badak Sumatra yang sebenarnya hanyalah sekitar 34-47 individu, turun jauh dari perkiraan di tahun 2016 yang berada di angka 80 individu.
Badak Sumatra hidup di hutan tropis dan dataran tinggi yang terpencil dan lebat, dan merupakan spesies badak terkecil di dunia. Permintaan cula badak yang dipercaya memberikan manfaat kesehatan โ meski belum bisa dibuktikan secara medis โ mendorong badak menuju kepunahan.
Jumlah badak yang semakin sedikit juga membuat mereka jarang bertemu satu sama lain dan berkembang biak. Apalagi badak Sumatra betina sering mengalami masalah reproduksi dan berkembang biak dengan sangat lambat, dengan masa kehamilan mencapai 16 bulan.