Industri digital di Indonesia perkembangannya sangat pesat, bahkan laporan dari Google tahun 2022 menyebutkan tren digitalisasi Indonesia tercepat di Asia Tenggara. Tak heran banyak bermunculan startup dan agensi digital di Indonesia, salah satunya Adtree Digital Indonesia.
Adtree Digital merupakan agensi digital yang mengedepankan data, deep research, dan relevansinya dengan target audiens yang fokus ke Gen Z. Sejak awal didirikan pada Juli 2020, Adtree Digital meraup revenue hingga 200 persen, capaian yang membanggakan ya gaess.
Pada tahun 2022, Adtree Digital mengakuisisi Freakout Media yang fokus ke Gen Z dengan beragam karakter yang sangat muda. Adtree Digital juga memiliki klien dari berbagai korporat, mulai dari Flip, Sinarmas Land, Epson, FIF, Fatigon, Pegadaian, hingga Astra.
OPPAL mewawancarai secara khusus Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Adtree Digital, Adinda Julia Nugroho Putri yang masih berusia di bawah 30 tahun ketika mendirikan perusahaan tersebut. Berbekal pengalaman dan jaringannya, ia membangun Adtree sebagai agensi digital yang sedang blooming saat ini.
Well, jebolan dari korporat besar, Astra International ini bercerita awalnya membangun Adtree Digital karena ingin mencari penghasilan tambahan dengan melakukan side-job lalu ketemu teman yang sefrekuensi untuk sama-sama bikin agensi.
“Gue gak kepikiran malah awalnya bikin Adtree, dulu karena masih kecil (baca: muda) kayanya kurang nih gaji di Astra. Abis itu gue dapat opportunity, gue liat sistemnya, gue kepikiran bikin side job bareng teman yang juga partner gue itu,” cerita perempuan yang akrab disapa Kak Adin ini.
Teman yang juga partner itu kemudian Kak Adin ajak ngobrol dan bahas ke depannya ingin bikin agensi. Gayung bersambut, temannya yang memiliki startup fintech dari China ingin melakukan disrupsi di industri fintech Indonesia, berminat. Skill dan networking yang dimiliki Kak Adin akhirnya klop bersama partner yang kini menjabat sebagai komisaris di Adtree Digital tersebut.
Dari teman jadi karyawan
Setelah muncul ide membangun agensi sendiri, mulailah kepikiran untuk mencari orang-orang yang dapat membantu running business. Kak Adin kemudian kepikiran teman-temannya untuk kerja bareng, asyik gak sih.
“Awalnya orang-orang yang gue ambil itu yang terdekat dulu, gue liat dia punya potensi, masih muda, agile, akhirnya gue sikat. Partner gue juga gitu, dari anak buah dia yang dia percaya,” cerita perempuan yang 27 Juli 2023 berusia 31 tahun ini.
Tapi, bukan perkara gampang ajak teman yang sudah punya pengalaman dan comfort zone di perusahaan lama untuk bergabung. Kak Adin pun sadar akan hal itu, ia pun memiliki strategi yang akhirnya membuat teman-teman dekatnya itu mau bergabung ke agensi yang baru lahir ketika itu.
“Menurut gue, orang terdekat itu udah gak ngomong offer contract, gaji, tapi lebih ke aiming elo 4-5 tahun ke depan, apa cuma pengen jadi pekerja yang gajinya gede apa punya value, itu yang gue kasih tau ke tim gue. Harga itu cuma inline sama value, pada akhirnya, mereka bisa tuh terima itu,” paparnya.
Fokus ke Gen Z
Adtree Digital merupakan agensi yang fokus menargetkan audiens-nya di Gen Z, termasuk soal merekrut karyawannya. Gak heran 80 persen dari total karyawannya adalah Gen Z, alasan Kak Adin karena Gen Z itu generasi yang digital savvy dan following trend banget.
“Gen Z itu idenya emang liar tapi proven, itu yang gue cari, kalo di dunia digital gak pake otaknya Gen Z, kita ketinggalan banget, karena dia dari kecil udah terbiasa dengan dunia digital, pegang HP buka internet, jadi informasi dia lebih besar daripada kita, daripada hire umuran gue, itu terbatas sama informasi,” jelasnya.
Kak Adin memiliki cara agar Gen Z dapat dioptimalkan dalam dunia kerja, ia pun menyadari banyak juga perusahaan digital yang jadi idola para Gen Z untuk bekerja. Startup seperti Tokopedia dan Shopee merupakan idaman Gen Z yang ingin berkarier.
“Maksudnya, mereka kalo bisa kerja di tokopedia, shopee, nah kalo ini gak. Mereka pikir akan dapat kesempatan itu nanti, tapi gue harus belajar dulu di sini, karena proven,” ucapnya.
Strategi Kak Adin mengelola karyawan milenial dan Gen Z pun ada perbedaan. Ia menilai, milenial saat ini lebih dewasa, seperti sudah pengalaman nge-lead team, cara ngomong sudah stabil. Sedangkan Gen Z ketika berbicara dan emosinya gak stabil.
Caranya bagaimana? Kak Adin kemudian memberikan kebebasan ke Gen Z dan menargetkan pada result oriented.
“Gen Z kita kasih result aja, gue gak peduli elo mau kerja di rumah kek, di mana kek, jadi result oriented. Tapi memang dari kita yang di atas harus bisa arahkan, kalo gak akan parah,” ujarnya.
Bukan cuma itu, dalam menggali ide pun, Kak Adin meminta semua tim terlibat dan memberikan idenya. Hal inilah yang membuat semua merasa memiliki dan dihargai.
“Pertama mereka ngasih ide satu-satu, ide kalo gak kepake juga gak boleh bete. Ide yang paling bagus memang kita pake, tapi yang gak kepake di-explore lagi dan dia udah berkontribusi juga,” ucap perempuan zodiak Leo ini.
Prinsip Impactful
Dalam membangun Adtree Digital, Kak Adin selalu memegang prinsip segala sesuatu harus memiliki impact atau dampak. Hal inilah yang dia letakkan dalam value perusahaan hingga ke karyawannya
Impactful yang jadi value dan prinsip itulah yang menurut Kak Adin membedakan Adtree dengan agensi digital lainnya.
“Gue gak mau kalo kerja gak ada impact, kalo yang lain kan mikirnya iklannya bagus dan orang tau. Kalo gue, iklan gue bagus tapi orang ngikutin message dari client gue, itu yang penting,” katanya.
Cara mengukur impact juga ada beberapa step. Mulai dari riset, FGD (focus group discussion), survei. Dari situ, orang ngerasa gak sih message yang kita sampaikan, sebarin, kalo belum pas mungkin salah target audiens-nya atau message-nya kurang. Jadi kami deep research dulu sebelum jalanin campaign,” katanya.
Ketika lead perusahaan, Kak Adin menjalankan prinsip impactful ini dalam setiap pekerjaannya. Ia tidak ingin perusahaan hanya memberikan KPI tapi tidak memikirkan dampak dari pekerjaan yang dilakukan.
“Kalo gue, ini KPI perusahaan yang karyawan harus tau dan impact-nya ke mana dan buat siapa, itu cara gue nge-lead,” tegas lulusan Universitas Bina Nusantara (Binus) ini.
Oh iya, menurut Kak Adin jadi leader itu artinya juga mempersiapkan pengganti. Ia yakin leader adalah orang yang berhasil membangun legacy kepada penggantinya. Hal ini juga yang membuat perjalanan karier tim lebih challenging. “Karena pengennya nanti mereka yang nge-replace gue”
Up and down
Memiliki pengalaman bekerja di korporasi besar diakui Kak Adin membantunya dalam membentuk mental dan karakter. Saat ia bekerja sebagai digital marketer di Astra, ia pun belajar banyak hingga akhirnya membentuk Adtree.
Bukan berarti karier Kak Adin mulus-mulus aja gaes, ia juga pernah mengalami masa ketika down menghadapi sesuatu. Sikap ketika menghadapi kegagalan itulah yang menurutnya sangat penting agar dapat survive.
“Gue sempat interview di beberapa company gede, terus gue dah pede banget keterima, ternyata gue gak dapet. Gue nyikapinnya, mungkin masih kurang di gue dan harus improve. Ketika gue gagal, gue gak jadi bete, gue introspeksi, evaluasi, kenapa bisa gak keterima dll. Gue fulfill ke depannya gue harus bisa, nambah skill, sekarang aja masih belajar,” paparnya.
Berbekal pengalaman dan caranya tersebut, pas banget nih Kak Adin membagikan tipsnya buat anak muda. Buat kamu anak muda yang sedang membangun usaha atau menjadi leader, “jadi leader itu, kalo gagal itu kegagalan gue, kalo sukses itu kesuksesan semua, begitu.”