Beberapa hari lalu, Putri Ariani berhasil meraih Golden Buzzer dalam ajang America’s Got Talent. Ternyata, perempuan berusia 17 tahun itu memiliki keinginan besar untuk bisa bersekolah di The Juilliard School.
Putri mengungkapkan mimpinya tersebut saat ditanya di panggung oleh salah satu juri kompetisi ajang pencarian bakat asal Amerika Serikat (AS) itu. Penasaran enggak, seperti apa The Juilliard School?
Profil The Juilliard School
Pada tahun 1905, The Juilliard School didirikan sebagai Institut Seni Musik. Sekolah ini merupakan sekolah terdepan dalam pendidikan seni pertunjukan.
The Juilliard School punya misi untuk memberikan pendidikan artistik berkaliber tinggi bagi musisi, penari, aktor, komposer, koreografer, dan penulis drama berbakat dari seluruh dunia. Jadi, mereka bisa mencapai potensi maksimal mereka sebagai seniman, pemimpin, dan warga dunia.
Sekolah kesenian yang berbasis di New York City ini didirikan oleh Frank Damrosch, putra baptis Frans Liszt dan kepala pendidikan musik untuk sekolah umum Kota New York. Saat itu, dia memiliki ide untuk mendirikan konservatori musik di Kota New York yang bakal memungkinkan musisi berbakat mendapat pelatihan musik tingkat lanjut di Amerika, dan nggak harus bepergian ke luar negeri.
Beberapa pengajar terkemuka direkrut dari Eropa, seperti pemain suling George Barrere, pianis Sigismond Stojkowski, dan pemain bola Franz Kneisel.
Sekolah ini cepat berkembang melebihi rumah aslinya di Fifth Avenue dan 12th Street dengan angka pendaftaran awal hampir lima kali lipat dari yang diharapkan. Pada tahun 1910, sekolah ini pun pindah ke tempat baru di Morningside Heights dekat Universitas Columbia.
Sembilan tahun kemudian, seorang pedagang tekstil yang kaya, Augustus Juilliard, meninggalkkan wasiat terbesarnya untuk kemajuan musik kala itu. Pengawas warisan mendirikan Juilliard Graduate School pada 1924 untuk membantu siswa musik berbakat dalam menyelesaikan pendidikan mereka.
Tahun 1926, Sekolah Pascasarjana dan Institut Seni Musik bergabung menjadi Sekolah Musik Juilliard di bawah satu presiden, profesor Universitas Columbia John Erskine. Pada 1937, Erskine digantikan oleh pianis konser dan composer Ernest Hutcheson, yang bertugas di posisi itu hingga 1945.
Dengan menggantikan Hutcheson sebagai presiden (dari 1945 hingga 1962), komposer William Schuman memperluas identitas Juilliard sebagai konservatori yang dikhususkan untuk studi musik dengan pendirian Divisi Tari pada 1951, di bawah arahan Martha Hill.
Selain itu, Schuman juga mendirikan Juilliard String Quartet, dan program Literature and Materials of Music, kurikulum teori musik yang inovatif.
Di tahun 1968, selama masa jabatan komposer Peter Mennin (1962-83), Divisi Drama dibentuk dengan John Houseman sebagai direktur pertamanya dan Michel Saint-Denis sebagai konsultan.
Sekolah kemudian berganti nama menjadi The Juilliard School untuk mencerminkan ruang lingkup artistiknya yang lebih luas dan pindah ke lokasinya saat ini, yang bergabung dengan kampus Lincoln Center for the Performing Arts (1969).
Melalui produksi pertama dari Juilliard Opera Center, The Rake’s Progress karya Igor Stravinsky, merayakan pembukaan Terater Juilliard (sekarang Peter Jay Sharp) di Lincoln Center pada tahun 1970.
Pada 1983, pemain bassoon Joseph W. Polisi menjadi presiden keenam sekolah tersebut setelah kematian Mennin. Ia menjabat dari musim gugur tahun 1984 hingga musim semi 2018.
Selama pemerintahannya. Ia telah membuat proyek-proyek, termasuk penambahan Meredith Willson Residence Hall, penambahan yang signifikan pada kurikulum dengan program baru dalam studi jazz dan pertunjukan sejarah, penambahan program MFA dalam drama, dan memperkuat program seni liberal sekolah, pelaksanaan berbagai program Pendidikan dan keterlibatan masyarakat, hingga pengumuman kampus cabang pertama di luar Kota New York, The Tianjin Juilliard School di China yang dibuka pada 2020.
Tahun 2018, Damian Woetzel yang merupakan penari balet dan pemimpin seni menjadi presiden ketujuh sekolah tersebut, dan kepemimpinannya telah memperjuangkan fokus kelembagaan pada kreativitas dan kesetaraan sebagai hal yang penting untuk keunggulan.
Anyway, Juilliard School memiliki tiga fakultas yang bakal mendapatkan gelar sarjana Bachelor of Fine Arts (M.F.A.). Berikut daftarnya.
1. Tari
Fakultas ini punya banyak jurusan yang bisa didalami, seperti tari modern, yoga, hip-hop, ballet, dan banyak lagi.
2. Drama
Fakultas yang nggak cuma belajar tentang akting saja, tetapi juga penulis skrip, merias, menyanyi, dan banyak lagi.
3. Musik
Fakultas musik adalah fakultas terbesar dan paling beragam di Juilliard. Banyak jurusan yang bisa didalami di fakultas ini, seperti konduktor, mengkomposisi, piano, dan banyak lagi.
Biaya kuliah
Menurut laman resmi kampus, anggaran siswa di tahun akademik 2023/2024 bisa mencapai milyaran rupiah dengan biaya sekitar US$53.300 atau sekitar Rp790 juta untuk satu tahun.
Hal ini belum termasuk biaya asuransi kesehatan, dan orientasi yang dibebankan bagi mahasiswa yang baru masuk. Kalau ditotal, biaya untuk kebutuhan tersebut yakni sebesar US$24.590 atau Rp365 juta.
Sebagian besar siswa yang masuk ke Juilliard School biasanya bakal tinggal di asrama dengan biaya sebesar US$21.340 atau sekitar Rp316 juta. Kalau semua biaya tersebut ditotal, maka mahasiswa harus membayar sebesar US$77.890 atau sekitar Rp1,5 miliar, belum termasuk buku, transportasi, dan biaya hidup.
Itulah profil Juilliard School, sekolah yang diimpikan Putri Ariani. Bagaimana, kamu tertarik bersekolah di sana juga, gengs?