Setiap tanggal 1 Mei selalu diperingati sebagai Hari Buruh Internasional atau May Day di seluruh dunia. Saat ini, banyak yang belum paham betul makna kata “buruh” yang sebenarnya. Banyak yang beranggapan bahwa buruh adalah mereka yang bekerja di lingkungan pabrik saja.
Ada pula yang memiliki pendapat bahwa buruh adalah pekerja kasar yang sering dikaitkan dengan pekerja bangunan dan lain sebagainya. Pendapat ini tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Permasalahan pekerja ini memang selalu menimbulkan perdebatan dari berbagai macam sisi.
Lalu, apa itu yang dimaksud dengan buruh? Dan mengapa hari ini dirayakan secara besar-besaran di seluruh dunia? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Buruh?
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kemendikbud, buruh diartikan sebagai orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah. Dengan kata lain, buruh adalah para pekerja atau karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan.
Dari pengertian yang sederhana ini, maka bisa disimpulkan bahwa siapa pun kita, apabila masih bekerja dengan orang lain dan menerima upah, maka status kita termasuk buruh.
Jadi, ingat ya, buruh bukan hanya para pekerja pabrik. Seorang karyawan yang bekerja di pusat kota atau di kawasan elit pun termasuk buruh apabila masih menerima upah dari orang lain.
Dari segi berbeda, dalam pasal 1 Ayat 3 UU Ketenagakerjaan tahun 2003 juncto UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, buruh diartikan sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Artinya, semisal terdapat seorang manajer dan seorang karyawan bank, meski secara susunan jabatan sang manajer lebih tinggi dibanding karyawannya, namun mereka berdua tetap terhitung sebagai buruh.
Definisi buruh ini terlihat begitu luas karena Undang-Undang sendiri tidak mengatur perbedaan soal status. Ketika ada hubungan dan perjanjian kerja, maka pihak yang menerima penghasilan disebut buruh.
Sejarah Pergerakan Hari Buruh Internasional
Sejarah adanya Hari Buruh atau pergerakan buruh secara internasional dimulai dari Amerika Serikat pada tahun 1886. Pada waktu itu, sekitar 300.000 pekerja melakukan aksi demonstrasi di Chicago berupa pemogokan kerja demi menuntut hak-hak mereka.
Satu di antara tuntutan itu adalah diberlakukannya jam kerja maksimal delapan jam dalam satu hari. Pada masa itu, jam kerja para buruh bisa mencapai 10 sampai 16 jam sehari, sehingga kematian pada saat bekerja acap kali terjadi dan mengancam nyawa para buruh.
Akibat dari pergerakan ini, akhirnya pada tahun 1889 diadakan kongres pertama di Paris, Prancis, oleh The International Socialist Conferences untuk memperingati peristiwa kericuhan di Haymarket di Chicago pada tahun 1886.
Lantas tanggal 1 Mei pun dipilih menjadi Hari Buruh Internasional untuk memperingati pergerakan para buruh di Lapangan Haymarket pada 1 Mei 1886.
Bagaimana Pergerakan Buruh di Indonesia?
Melihat dari banyak sumber, sejarah pergerakan buruh di Indonesia dimulai dari banyaknya gerakan buruh yang ada di Benua Eropa. Pada awal berdirinya, organisasi serikat buruh di Indonesia masih dikuasai oleh tenaga kerja asing.
Seiring dengan berjalannya waktu, warga lokal atau penduduk asli Indonesia direkrut untuk memperkuat keanggotaan serikat buruh ini. Penambahan anggota lokal ini juga sejalan dengan berkembangnya industri, utamanya industri perkebunan.
Tuntutan awal dari pegerakan buruh di Indonesia adalah dikembangkannya sarana transportasi yang menghubungkan lahan kebun, pabrik dan pasar-pasar, juga didirikannya sekolah-sekolah untuk mencetak tenaga perkebunan yang andal dari kalangan pribumi.
Meski pada awalnya serikat buruh ini dibangun oleh buruh kulit putih, namun semangat internasionalis dari gerakan buruh yang saat itu kuat di Eropa melebur sampai ke Hindia Belanda.
Dari yang tadinya serikat buruh ini eksklusif terhadap kaum kulit putih, perlahan-lahan mulai membuka pintu bagi buruh-buruh pribumi untuk bergabung.
Sayang, persinggungan kemudian terjadi antara buruh kulit putih dan pribumi, sehingga pada akhirnya memunculkan keinginan buruh pribumi untuk membangun serikat buruh sendiri untuk kalangan mereka.
Baca juga: “Virus Arcturus Masuk Indonesia, Pak Budi Gunadi: Masih Batas Aman“
Pada akhirnya muncul Perkumpulan Bumiputra Pabean (PBP) tahun 1911, Persatuan Guru Bantu (PGB) tahun 1912, Perserikatan Guru Hindia-Belanda (PGHB) tahun 1912, Persatuan Pegawai Pegadaian Bumiputra (PPPB) tahun 1914, dan lain sebagainya sampai dengan hari ini.
Selamat Hari Buruh untuk kamu para buruh yang masih menerima upah setiap bulannya. Semoga dengan adanya peringatan ini, kita bisa terus mengingat dan meneruskan perjuangan para buruh di masa lampau, serta senantiasa memperjuangkan hak-hak para buruh di seluruh dunia, terutama di Indonesia.
