Benarkah Produk Susu Dairy Bikin Jerawat Bermunculan? Cari Tahu Jawabannya di Sini!

Apakah oat milk dan soy milk bikin jerawat menjauh? Cek jawabannya di sini!

47
susu

Banyak orang ingin memiliki kulit wajah yang bersih, sehat dan jauh dari jerawat. Tak aneh makanya jika beragam beauty products – dari jenama lokal maupun global – kini laris manis di pasaran. Alasannya tentu karena masyarakat kini rela menginvestasikan waktu dan uang mereka untuk melakukan rutinitas yang ketat demi mendapatkan kulit wajah yang bersih dari jerawat dan glowing.

Selain mengandalkan beauty product, banyak orang kini juga mengurangi atau membatasi konsumsi produk susu dairy (aka susu yang berasal dari hewan) dalam upaya menjaga kulit mereka tetap sehat. Maraknya tren veganisme serta sustainable product juga membuat susu non-dairy kini lebih populer.

Namun, betulkah produk susu dairy dapat memperburuk kondisi kulit seperti jerawat dan minyak berlebih? Berikut jawaban langsung dari para ahli mengenai hubungan susu dairy dan kondisi kulit:

Jadi, adakah hubungan antara produk susu dairy dan kulit?

jerawat
Ilustrasi jerawat / Shutterstock

“Sejujurnya, ada hubungan antara jerawat dengan jumlah konsumsi (daily intake) susu,” ujar Christina Andhika Setyani, S.Gz, RD, seorang ahli gizi sekaligus humas Asosiasi Dietisien Indonesia PD Jakarta saat OPPAL wawancara pada Selasa, (12/09).

“Namun, bukan berarti hubungan antara susu dengan risiko timbulnya jerawat sangat berpengaruh,” tambah Andhika. “Ada banyak faktor lain yang mendukung timbulnya jerawat; jenis susu yang dikonsumsi, pola makanan selain susu, gaya hidup, dan faktor lainnya juga berpengaruh terhadap timbulnya jerawat.”

Jadi, tak masalah untuk minum susu setiap hari, karena hal tersebut belum tentu menimbulkan jerawat.

pria berjerawat
Ilustrasi lelaki berjerawat / Shutterstock

Meski begitu, kenyataan yang terjadi saat ini adalah: produk susu, terutama susu dairy, mulai kurang digemari. “Konsumsi produk susu dairy, khususnya susu sapi, kini mulai berkurang, sebagian alasannya berkaitan dengan nutrisi, dan juga karena dampak lingkungan dari industri produk hewani,” ujar Kelly Light, seorang ahli nutrisi, seperti dilansir dari Refinery29.

Kelly juga mengatakan bahwa meski alasan sustainability memang perlu diperhatikan, namun secara obyektif, produk susu dairy tidak seluruhnya buruk – terutama yang berkaitan dengan pengaruhnya terhadap kulit.

Pixie Turner, seorang ahli gizi sekaligus pengarang buku Food Therapy, turut menambahkan, “Beberapa tahun terakhir, sejumlah film dokumenter memunculkan rasa takut terhadap produk susu dairy, yang membuat masyarakat ketakutan dan membuat asumsi yang keliru terhadap produk dairy.”

susu
Ilustrasi susu / Unsplash

Enggak cuma itu, Pixie juga menyebutkan bahwa media sosial banyak memunculkan iklan produk non-dairy, dan banyak influencer yang membuat produk non-dairy tampak keren.

“Produk susu dairy sering kali dikaitkan dengan masalah kulit, namun bukti yang mendukung hal tersebut sejujurnya masih kurang,” kata Kelly. “Jika ada hubungannya, maka kemungkinan besar hal ini hanya berlaku pada individu tertentu,” tambahnya.

Kelly juga mengatakan bahwa produk susu hewani terdapat dalam begitu banyak makanan, sehingga sulit untuk mempelajari masing-masing makanan secara terpisah sehubungan dengan dampaknya terhadap kulit.

Tak semua produk non-dairy cocok untuk semua orang

Salah satu ahli yang kerap membahas kaitan pola makan dan kulit adalah konsultan dermatologis Dr. Anjali Mahto. Ia sempat menulis unggahan di akun Instagramnya tentang alternatif susu dairy, termasuk berbagi beberapa penelitian yang menunjukkan apakah produk tersebut lebih baik untuk kulit dibandingkan dengan produk non-dairy, dan mengungkapkan pengamatan yang dia lakukan saat merawat pasien di klinik.

Dr. Anjali membeberkan bahwa pembicaraan antara diet dan jerawat memang tidak pernah sepi. “Saya menyaksikan sendiri bahwa ada banyak pasien yang memutuskan untuk bebas ‘produk susu dairy‘ demi kulit mereka. Ada yang vegan, ada pula yang tidak, tapi menghentikan konsumsi produk susu dairy tampaknya menjadi skenario yang sangat umum di modern ini.”

Dr. Anjali pun memaparkan bahwa hasil penelitian memang terpecah. “Ada beberapa data yang menunjukkan hubungan antara diet dan kulit, terutama jerawat, dan ada juga yang tidak,” tulisnya. “Menyoroti hal tersebut, yang bisa saya katakan hanyalah ada bukti potensial bahwa makanan dengan indeks glikemik tinggi [atau simpelnya, tinggi gula] justru menjadi faktor yang dapat memicu atau memperburuk jerawat.”

Dr. Anjali menambahkan bahwa banyak orang yang dia temui di klinik berhenti mengonsumsi produk susu dairy dan beralih ke susu oat. Alasannya jelas: Susu oat lebih manis dan lebih lembut daripada susu sapi, dan cocok untuk dicampurkan dalam berbagai minuman mulai dari smoothie, latte, dan es krim, hingga hidangan gurih seperti kari.

susu oa
Ilustrasi susu oat / Shutterstock

Tapi, apakah susu oat lebih baik untuk kulit? Dr. Anjali menjelaskan bahwa susu oat sebenarnya termasuk makanan dengan indeks glikemik tinggi karena mengandung gula maltosa, yang meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, terutama jika dibandingkan dengan susu sapi atau susu badam (almond).

“Banyak orang yang menghindari produk susu dairy atas alasan kulit, namun pada akhirnya menggantinya dengan produk yang lebih bermasalah dari sudut pandang indeks glikemik,” jelas Dr. Anjali.

Lalu, apa dampak dari produk susu alternatif, khususnya yang tinggi gula, terhadap kulit? Kelly mengatakan respons tubuh kita terhadap kadar gula darah yang tinggi adalah dengan melepaskan hormon insulin. Dr. Anjali menambahkan, hal ini kemudian menyebabkan lonjakan hormon androgen yang dapat memicu timbulnya jerawat.

susu dairy
Ilustrasi susu dairy / Shutterstock

Tentu saja, Dr. Anjali menekankan bahwa tidak ada makanan yang seluruhnya “baik” atau “buruk”; sebaliknya, kita harus berhati-hati dan memperhatikan pola makan secara keseluruhan. “Tidak masalah kok, kalau kamu menggunakan susu oat ke dalam kopi di saat kamu sendiri rentan berjerawat, karena jerawat sendiri bersifat multifaktorial dan jarang disebabkan oleh pola makan saja,” kata Dr. Anjali.

Namun, jika kamu mengonsumsi susu oat atau susu alternatif dengan indeks glikemik tinggi dalam jumlah banyak, seperti dalam smoothie, Dr. Anjali justru menyarankan agar kamu lebih berhati-hati dengan apa yang kamu konsumsi.

Beberapa produk non-dairy memang tak bikin jerawat pada kulit

susu kacang kedelai
Ilustrasi susu kacang kedelai / Shutterstock

Gula tidak selalu berarti buruk bagi kulit. Tak satu pun dari para ahli yang menjelek-jelekkan susu oat atau mempermalukan orang-orang yang mengonsumsinya; mereka hanya menunjukkan hasil penelitian yang berkaitan dengan jerawat.

Nah, kalau kamu mencari alternatif produk dairy yang bermanfaat bagi kulit, Dr. Anjali menyarankan untuk mencoba susu kedelai tanpa pemanis atau susu almond.

susu almond
Ilustrasi susu almond / Shutterstock

“Susu yang mengandung protein kedelai atau kacang polong sebenarnya mirip dengan profil nutrisi susu sapi, dan keduanya biasanya mengandung jumlah gula yang rendah, oleh karena itu keduanya dapat dianggap sebagai pilihan yang ‘lebih baik’,” ujar Pixie. Ia juga merekomendasikan untuk mencari produk yang diperkaya dengan nutrisi seperti kalsium, vitamin B12, dan yodium.

Di samping itu, Pixie juga tidak menyarankan agar setiap orang yang mengalami jerawat berhenti mengonsumsi produk susu dairy. “Ini tentang menemukan keseimbangan antara memperhatikan makanan apa yang mungkin memiliki dampak terhadap kulit, serta kondisi lingkungan dan juga tingkat stres seseorang.”

Diet susu bukanlah satu-satunya faktor untuk mendapatkan kulit bebas jerawat

kulit glowing
Ilustrasi kulit glowing / Unsplash

Seperti yang disebutkan Dr. Anjali, pola makan bukanlah satu-satunya hal yang memengaruhi kondisi kulit. Kelly juga mengatakan bahwa penyebab dan pemicu timbulnya jerawat jauh lebih kompleks dibandingkan makanan yang kita konsumsi.

“Faktor-faktor seperti genetika (misalnya, orang tuamu juga punya kulit yang rentan berjerawat) dan hormon memainkan peran penting,” ucap Kelly, seraya menambahkan bahwa tidur, polusi, dan merokok – dan beberapa faktor lingkungan lainnya – dapat berdampak pada kesehatan kulit secara umum.

Sepanjang pandemi dan paskapandemi, banyak dari kita yang mengalami stres dan kecemasan, yang menurut Pixie juga bisa berdampak pada jerawat. “Hal ini terjadi karena pelepasan hormon stres kortisol,” jelasnya.

kulit glowing
Ilustrasi kulit glowing / Shutterstock

Kelly juga mengatakan bahwa pola makan yang seimbang dan bervariasi, terutama dengan mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi seperti Omega-3, vitamin A, vitamin B, seng, dan selenium dapat berperan besar bagi kulit, dan kebutuhan kita akan semua nutrisi ini dapat dipenuhi melalui apa yang kita makan dan minum. Pixie menambahkan bahwa minum cukup air sepanjang hari juga penting bagi tubuh dan bagi kulit.

Bagi kamu yang ingin menghindari risiko jerawat, Andhika memberi saran, “Kurangi konsumsi susu full cream yang mengandung lebih banyak lemak, dan ganti dengan susu skim yang lemaknya sudah dikurangi.”

Nah, kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara merawat kondisi kulit seperti jerawat, ada baiknya hindari membuat asumsi, dan buat janji temu dengan dokter kulit. Untuk saran diet, kunjungi ahli gizi yang berkualifikasi. Bye-bye acne!

Alvin
WRITTEN BY

Alvin

Lifestyle and Entertainment Editor at Oppal, who mainly obsesses over all things pop culture, pizza, and boba drinks with equal enthusiasm. Covering everything from celebrities profile to the best TV shows.