Kata Psikolog Tentang Fenomena Kidult yang Ramai Akhir-akhir Ini

Banyak yang mengatakan bahwa fenomena kidult ini lahir karena pandemi Covid-19.

194
0
Kidult

Kamu punya teman yang masih suka bermain gim seperti anak-anak tapi usianya sudah di atas 20 tahun? Jangan-jangan teman kamu sedang terkena fenomena kidult. Yasss, benar sekali kalau fenomena kidult belakangan sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat beberapa waktu terakhir.

Banyak yang mengatakan bahwa fenomena kidult ini lahir karena pandemi Covid-19 – saat orang banyak berdiam diri di rumah, mereka kembali mengonsumsi mainan masa kecil untuk mengatasi rasa bosan.

Kidult juga disebut sebagai cara untuk mengulang kembali atau mengingat kembali masa kecil dengan mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak.

Foto ayah dan anak sedang bermain / Shutterstock

Lalu, bagaimana fenomena kidult di Indonesia?

Kidult adalah sebuah istilah yang secara harfiah terdiri dari 2 kata yaitu dari Kid (anak-anak) dan Adult (dewasa), yang artinya merujuk pada orang-orang yang berusia lebih dari 20 tahun, namun masih memiliki selera atau menikmati kebiasaan anak-anak atau remaja, baik dari penampilan fisik, gaya hidup, pemikiran, atau hiburan, yang sebenarnya tidak sesuai dengan usianya,” ujar Mbak Hesty Novitasari saat dihubungi oleh OPPAL pada Selasa, 17 Januari 2023.

Foto Mbak Hesty Novitasari / Dok.OPPAL

Mbak Hesty juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi merebaknya fenomena kidult ini. “Kondisi pandemi lalu juga membuat seseorang mencari media hiburan, salah satunya dengan memainkan permainan anak-anak atau melakukan hobi di masa kecilnya,” tambah Mbak Hesty.

Lalu, bagaimana pengaruh fenomena kidult ini untuk kehidupan orang dewasa? Mbak Hesty menjawab dengan logika sederhana. Beliau mengatakan membeli mainan anak atau menyukai hal yang dilakukan di masa kecil bisa mengurangi stres yang dialami dalam keseharian.

via GIPHY

“Bagi orang dewasa, membeli mainan anak-anak atau menyukai hal-hal yang biasanya dilakukan di masa kecil bisa menjadi suatu media hiburan dan bermanfaat untuk mengurangi stres yang dialami dalam keseharian,” terang Mbak Hesty yang kini juga fokus pada kesehatan mental anak dan remaja.

Namun, sesuatu hal yang dikonsumsi secara berlebihan dan tidak dengan takaran yang pas, itu bisa berbahaya. Hal ini juga serupa dengan dengan mengonsumsi mainan anak-anak bagi orang dewasa, karena jika berlebihan bisa memengaruhi sikap dan kedewasaan dalam berpikir.

“Namun, tetap perlu waspada ya, karena jika berlebihan maka akan memengaruhi sikap dan kedewasaan dalam berpikir,” saran Mbak Hesty kepada kita semua.

Perbincangan ini pun semakin seru sampai muncul pertanyaan, sebenarnya apa sih batasan untuk mengonsumsi mainan anak ini bagi orang dewasa? Pertanyaan yang agak sulit untuk dijawab, namun Mbak Hesty Novitasari mengatakan jika orang dewasa sudah menganggap bahwa mainan anak-anak sebagai kebutuhan utama, maka ini bisa menjadi sinyal awal munculnya kidult yang tidak sehat.

“Relatif sulit untuk memberikan batasannya, namun sebagai acuannya, ketika seseorang merasa terikat dengan mainan masa kecilnya tersebut atau merasa bahwa membeli mainan anak-anak tersebut sebagai bagian dari kebutuhan utamanya, maka hal ini bisa menjadi sinyal awal munculnya kidult yang tidak sehat,” terang Mbak Hesty memberikan pencerahan.

Sinyal ini kemudian harus ditangkap secara cepat oleh orang-orang terdekat agar mereka yang terindikasi terkena kidult bisa diberikan saran dan masukan. That’s the point, kepekaan terhadap lingkungan ini memang sering tidak diindahkan oleh banyak orang, padahal itu merupakan sebuah contoh kecil kepedulian terhadap orang lain.

Kepedulian kecil ini bisa berdampak besar kepada orang yang sedang membutuhkan, jadi sudah saatnya nih gengs, kita peduli kepada teman kuliah atau kantor kita jika menemukan penyimpangan-penyimpangan yang ada di dalam dirinya.

Kidult ini juga memiliki dampak yang luar biasa untuk penderitanya, loh. Secara psikologis, keinginan yang besar untuk mengonsumsi mainan di masa kecil bisa direfleksikan sebagai bentuk kesulitan seseorang keluar dari zona nyaman.

“Secara psikologis, keinginan yang besar untuk melakukan hobi di masa kecil atau memiliki mainan anak-anak yang terjadi pada orang dewasa, bisa direfleksikan sebagai bentuk kesulitan seseorang keluar dari zona nyamannya,” ucap Mbak Hesty menjelaskan dari sisi psikologis.

via GIPHY

“Selain itu, jika dilakukan berlebihan maka mengindikasikan adanya penolakan pada bertambahnya usia serta masa pendewasaan mental mereka. Jika fenomena ini muncul pada seseorang, maka bisa potensi memengaruhi sikap menjadi cenderung kekanak-kanakan, bertindak tanpa berpikir akibatnya, hingga adanya sikap kurang bertanggung jawab karena hanya memperhatikan kesenangannya pribadi,” tambah Mbak Hesty Novitasari menutup percakapan dengan redaksi OPPAL.

Baca Juga: “Memahami Gen Z dan Dunia Karier Mereka yang Dinamis

Intinya OPPAL gengs, kamu bisa saja mengonsumsi mainan anak-anak untuk bernostalgia dan mengingat kembali masa kecilmu. Tapi jangan terlalu berlebihan ya, gengs karena hal itu bisa membuat kamu kesulitan keluar dari zona nyaman.

Rio
WRITTEN BY

Rio

Menulis seakan sudah menjadi kebiasaan untuk saya sejak kuliah. Skill ini terus berkembang sampai saat ini. Dimulai dari Liputan6.com sampai sekarang pekerjaan yang saya geluti seputar menulis artikel. Dan saat ini, Oppal Media adalah tempat saya untuk kembali belajar dan membuktikan yang terbaik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *