Tak Lama Lagi, Mobil Terbang akan Lalu Lalang di Langit

Kita benar-benar hidup di masa depan!

141
Ilustrasi mobil terbang

Mobil terbang merupakan imajinasi yang ada sejak awal abad ke 20. Ketika itu, manusia berhasil menciptakan pesawat terbang. Kemudian muncullah keinginan menciptakan mobil yang dapat terbang.

Banyak film fiksi ilmiah yang menampilkan mobil yang dapat terbang, hal inilah yang membuat semangat orang-orang untuk dapat merealisasikan impian tersebut.

OPPAL merangkum kemajuan teknologi ini yang tak lama lagi akan dapat terwujud. Melansir dari BBC.com, pada 12 Juni 2023, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) mengeluarkan Sertifikat Kelaikan Udara Khusus untuk model mobil terbang yang dikembangkan oleh Alef Aeronautics, mengizinkannya untuk terbang di lokasi terbatas seperti pameran, penelitian, dan pengembangan.

Advanced Air Mobility (AAM) adalah istilah umum untuk sistem transportasi udara pesawat terbang penumpang atau kargo dengan teknologi otomatis.

Sering disebut sebagai taksi udara atau pesawat yang lepas landas dan mendarat secara vertikal (VTOL), kendaraan ini secara teori menawarkan transportasi ‘pintu ke pintu’ yang lebih cepat dan lebih aman.

Meski mobil terbang masih terbilang cita-cita yang sulit dicapai, pengakuan Alef oleh FAA menandai titik balik mobilitas udara di masa depan, nih.

Ilustrasi mobil terbang
Ilustrasi mobil terbang/Getty Images

Namun masih banyak tantangan yang harus diselesaikan sebelum mobil terbang menjadi kenyataan di kota-kota di seluruh dunia – salah satunya suara dengung yang konstan dan deru mobil terbang saat mereka lewat, lepas landas atau mendarat.

Para pendiri Alef mulai mengerjakan konsep ini pada tahun 2015 dan menciptakan prototipe mobil terbang utuh pertama mereka pada tahun 2019, dinamakan Model A.

Mobil penumpang yang legal di jalan raya ini dapat memuat dua penumpang dengan memiliki jarak mengemudi hingga 322 km dan jarak terbang hingga 177 km.

Dengan desain yang ramping dan kompak, kendaraan ini dirancang agar terlihat seperti mobil pada umumnya, sehingga tidak memerlukan landasan pacu untuk lepas landas, bahkan dapat masuk ke tempat parkir tradisional loh.

Pendekatan baru Model A dalam desain sama dengan fungsinya, perusahaan pun mengeklaim teknologi mobilnya memungkinkan untuk lepas landas vertikal dan berubah menjadi midflight biplan, di mana pintu akan berubah menjadi sayap, dalam upaya mengubah perjalanan sehari-hari secara dramatis, canggih ya.

Namun sejauh ini, hanya segelintir investor yang sudah benar-benar melihat Model A terbang dalam demonstrasi pada tahun 2019.

Mobil bernama ‘Model A’ buatan perusahaan Alef/BBC

Tantangan teknologi masih ada

“Beberapa komponen yang kami butuhkan tidak ada di dunia saat ini,” jelas Jim Dukhovny, selaku Kepala eksekutif Alef Aeronautics.

“Misalnya, untuk menghindari tekanan diferensial, kami memerlukan sistem motor baling-baling yang sangat khusus,” tambahnya.

Kendala-kendala soal ukuran, berat, dan harga akan menentukan seberapa cepat kendaraan ini tersedia untuk umum, serta apakah aman untuk dikendarai.

Perusahaan yang berbasis di California, AS, ini berharap bisa memulai produksi pada tahun 2025 atau awal 2026, meskipun kendaraan itu sudah tersedia untuk pre-order (harganya saat ini sekitar Rp4,5 miliar, dan diharapkan dapat dipangkas lagi menjadi masing-masing Rp520 juta).

Model A dianggap sebagai ultralight, “kendaraan berkecepatan rendah”, klasifikasi legal yang awalnya disediakan untuk kereta golf dan kendaraan listrik kecil, dan dilengkapi dengan pedoman sangat ketat yang ditetapkan oleh Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS.

“Ini adalah pelopor (mobil terbang),” kata Dukhovny.

“Ketika mobil mulai menggantikan kuda, banyak pertanyaan serupa muncul. Tentang keselamatan, tentang apa yang akan terjadi pada kota-kota… banyak yang ingin kembali ke kuda. Jika dilakukan dengan benar, mobil terbang seharusnya lebih aman,” kata Dukhovny.

Model A pada akhirnya dimaksudkan untuk menjadi mobil, dan membuat mobil aman untuk terbang – ringan dan aerodinamis – walau mungkin sebenarnya kurang aman untuk jalan raya.

“Bagian tersulit tetaplah saat lepas landas. Kita tidak tahu apa yang terjadi ketika kendaraan berpindah dari darat ke udara,” jelas Dukhovny.

Mobil Terbang XPeng Voyager X2 dipamerkan di Zhongwei, China
Mobil Terbang XPeng Voyager X2 dipamerkan di Zhongwei, China/BBC

Idealnya, akan ada pengalihan kewenangan segera dari darat ke udara, tetapi rintangan hukum dan keselamatannya sangat rumit.

Operasi mobilitas udara perkotaan akan menjadi tanggung jawab penyedia layanan navigasi udara (ANSP) suatu negara, seperti FAA di AS.

ANSP memiliki yurisdiksi penuh atas operasi wilayah udara suatu negara, dan merupakan otoritas yang mengesahkan jenis pesawat baru setelah melalui tinjauan keselamatan yang ketat.

Peran dari pemerintahan di kota-kota dalam memastikan keamanannya adalah dengan menegakkan peraturan yang ditetapkan oleh penyedia layanan navigasi udara ini.

Menurut laporan cetak biru yang diterbitkan oleh FAA, pengoperasian mobil terbang pertama-tama akan menggunakan kerangka regulasi dan aturan yang ada (aturan penerbangan visual, aturan penerbangan instrumen) seperti yang diterapkan pada pesawat yang lebih besar dan tingkat otonomi yang lebih tinggi.

Laporan tersebut mengungkap sejumlah kekhawatiran tanpa sepenuhnya mengatasinya, yakni tentang kebisingan, polusi, keamanan, keberlanjutan, biaya.

Siapa yang akan mengendarai mobil ini?

Pertanyaan setelah ada mobil terbang, lalu siapa yang dapat mengendarainya? Apakah penumpang memerlukan lisensi? Bagaimana vertiport dan kendaraan di atas kepala pada ketinggian rendah memengaruhi kehidupan lingkungan? Yurisdiksi mana yang akan bertanggung jawab atas kecelakaan di udara?

Mobil udara yang melaju cepat dapat memicu tabrakan, baik antar-mobil maupun dengan bangunan. Oleh karena itu, perencanaan lintasan yang akurat sangat penting.

FAA membayangkan “taksi udara” beroperasi di dalam koridor khusus antara bandara dan vertiport di dalam pusat kota. Namun hingga saat ini, belum ada ketentuan untuk perencanaan rute lintasan mobil terbang.

Ada pula masalah kebisingan. Merancang mobil terbang menjadi sangat senyap itu sulit, terutama ketika operasi komersial skala besar membuat ada ratusan kendaraan lepas landas dan mendarat setiap jam.

Baling-baling listrik dan elemen desain propulsi mobil terbang lainnya dapat mengurangi polusi suara, dan perencana kota harus mempertimbangkan tingkat desibel vertiport atau lokasi pendaratan. Tetapi mungkin perlu ada peraturan dari pemerintah yang ketat untuk mengontrol tingkat kebisingan.

Pedoman untuk infrastruktur udara dapat diadopsi dari peraturan yang ada, seperti metrik yang diterapkan pada pesawat terbang dan helikopter tradisional.

Mobil terbang buatan Airbus saat dipamerkan
Mobil terbang buatan Airbus saat dipamerkan/Shutterstock

NASA telah bekerja sama dengan FAA, para peneliti dari universitas, serta pemimpin industri lainnya untuk mengembangkan perangkat lunak yang memodelkan dan memprediksi kebisingan AAM, demi membantu produsen merancang kendaraan yang lebih senyap.

Arup, perusahaan Inggris yang menyediakan layanan desain, teknik, dan keberlanjutan di seluruh lingkungan binaannya, baru-baru ini mengadakan diskusi untuk menjajaki kemungkinan dan kekurangan pasar mobilitas udara.

“Kota-kota memiliki peluang besar untuk menegaskan kontrolnya melalui izin usaha,” kata Byron Thurber, kepala asosiasi Arup di San Francisco.

Seperti halnya maskapai penerbangan dan bandara, pemerintah kota memiliki wewenang untuk mengatur operasi berlisensi dari layanan mobilitas udara komersial, ini mencakup aturan seputar jam malam, kepadatan maksimum vertiport di lingkungan tertentu, dan biaya.

Dengan kata lain, kota dapat menetapkan ‘garis pembatas’ untuk menentukan kapan dan di mana layanan taksi udara dapat beroperasi.

Mungkin tidak mengherankan jika Los Angeles, dengan kemacetannya yang legendaris, adalah kota yang banyak disinggung sebagai pengadopsi awal. Tapi seberapa banyak mobil terbang bisa mengurai kemacetan kota seperti Los Angeles?

“Satu hal yang perlu diingat adalah mobilitas udara perkotaan tidak akan menyelesaikan kemacetan,” kata Thurber.

“Pada kenyataannya, kita tidak mungkin melihat volume kendaraan di langit mendekati volume mobil di darat, dan jika kita melihatnya, maka akan ada kemacetan di langit,” tambahnya.

Kampanye mobilitas udara tingkat lanjut akan mengeksplorasi respons manusia terhadap kebisingan tingkat rendah, ambang batas terhadap yang disebut broadband noise (istilah untuk suara yang tidak dapat disematkan oleh pendengar pada sumber tertentu), dan cara memprediksi suara yang dihasilkan oleh banyak kendaraan yang terbang secara bersamaan.

Skenario yang lebih mungkin adalah penggunaan taksi udara di daerah padat penduduk seperti pusat kota London atau Kota New York pada jam sibuk.

Mungkin awalnya hanya pelancong yang sangat kaya yang dapat terbang, seperti yang terjadi pada masa-masa awal penerbangan komersial.

Skala ekonomi pada akhirnya dapat membuat mobil terbang menjadi lebih terjangkau – terutama jika pemerintah kota dapat memberi insentif kepada perusahaan untuk menyediakan akses dan layanan ke lingkungan berpenghasilan rendah.

Ilustrasi kemacetan di Jakarta
Ilustrasi kemacetan di Jakarta/Shutterstock

Pada tahun 2021, Departemen Perhubungan Los Angeles (Ladot) mengontrak Arup untuk mengembangkan laporan pertimbangan kerangka kerja kebijakan mobilitas udara perkotaan, dengan penekanan khusus pada kesetaraan akses.

Laporan tersebut menekankan mobil terbang harus dilihat sebagai layanan umum yang didanai dan komoditas publik.

Begitu konsep mobil terbang telah pakem, pengujian ketat telah dilakukan dan risiko keselamatan dikurangi, layanan mobilitas udara harus berfungsi seperti perpustakaan, sekolah, bandara, atau jalan raya: bukan sebagai teknologi pengganggu, melainkan aset komunitas.

Hmm, dengan berbagai problematik aturannya, seperti tidak lama lagi ya kita dapat merasakan terbang pakai mobil. Menurut kamu, kapan kira-kira di Indonesia dapat terealisasi ya?