Women Are Making Her Story as History

Satu hal yang juga saya sadari membuat perempuan berbeda adalah kemampuan #girlpower.

1025
3

Saya menulis artikel ini di tengah persiapan konser tunggal saya untuk tahun depan. Kalau boleh jujur, it’s been a long and exhausting journey, especially for my team. Tapi satu hal yang bikin kita (ya, saya dan tim) terus maju, yaitu karena ini bukan sekadar mewujudkan mimpi saya seorang.

Ini adalah mimpi kami sebagai tim, dan ini mimpi penonton yang mau datang juga. Ini merupakan sebuah mimpi kolektif, yang kemudian menjadi sebuah gerakan bersama. As much as I wanna be there as a performer, and as the first female artist who’s gonna write her story, penonton pun ingin berada di sana as part of that history.

Energi postif ini saya rasakan di mana-mana. Setiap kali saya pergi dan bertemu dengan penggemar, sehabis selfie, mereka akan bertanya, “Kak, [konser di] GBK kapan?” Atau ketika di backstage, ketika saya bertemu dan mengobrol dengan orang-orang baru yang sebelumnya belum saya kenal, “Kak, [konser di] GBK tanggal berapa, kak? Kita mau nabung.”

Bahkan ketika saya menginap di hotel, staf hotel akan menulis pesan “Welcome, Raisa” lengkap dengan hashtag #GBK2023. Hal-hal seperti inilah yang membuat saya jadi tidak mudah lelah saat mempersiapkan konser, karena saya sadar bahwa this has became such a big movement: for me as a performer, tim saya sebagai penggerak, dan para penonton sebagai bagian dari gerakan.

Tentu saja dengan adanya seluruh gelombang keriuhan ini, harapan saya – dan ekspektasi saya – adalah ini akan menjadi standar baru bagi musik Indonesia. Dan ke depannya, akan jadi suatu hal yang lumrah bagi seorang local performer untuk bisa tampil dan mengisi national stadium. Konser-konser kami menjadi konser-konser besar. Penonton pun punya ekspektasi yang lebih tinggi, dan konser musik dalam negeri punya standar yang lebih tinggi dalam menampilkan sebuah pertunjukkan yang megah.

Tulisan Raisa soal Self-Care

Mungkin bagi beberapa orang, keinginan saya ini terlihat terlalu…muluk. Seorang musisi perempuan mengadakan solo concert berkapasitas stadium dan menuliskan standar baru bagi dunia musik Indonesia?

Menurut saya, mengapa tidak? Sebagai perempuan, kita sering dipandang sebelah mata. In my opinion, women mostly dilihat sebagai gender yang lebih lemah dan memiliki banyak double standard. Admit it. Lelaki akan terlihat sebagai sosok yang tegas ketika pandai memutuskan sesuatu, namun perempuan dipandang bossy ketika melakukan hal yang sama. Lelaki dianggap tahu apa yang mereka mau ketika mereka meminta sesuatu, namun perempuan akan dicap dengan label “diva”. Lelaki yang menyampaikan pendapat dianggap leader, sedangkan perempuan dianggap kepo.

Sebagai perempuan, kemampuan kita sering diragukan dalam hal leadership – juga ketika membuat standar baru. Stigma yang mengakar: “Itu kan, ‘kerjaan’ lelaki.” Padahal, kesempatan dan hak kita sebagai manusia adalah sama, terlepas dari apa pun gendernya. Menjadi yang pertama dalam membuat standar di dunia musik Indonesia? Women can also make it. Jadi, mari kita break that stereotype, stand up prouder and show them the real deal. Biar mereka lihat seberapa terang kita bisa bersinar.

Raisa
Raisa saat mengisi acara di Grand Launching Oppal

Bicara mengenai perempuan, satu hal yang juga saya sadari membuat perempuan berbeda adalah kemampuan #girlpower, di mana sebagai perempuan kita saling mendukung satu sama lain. Kita tak saling menjatuhkan. We have a special feminine energy that’s unlike any other. It’s not a physical energy, atau kuat secara harfiah.  Tapi keteduhan, kelembutan, cara kita mendengarkan, cara kita menjadi tenang di antara gonjang-ganjing, how we were there for each other, the power of intimacy in a heartfelt way. Inilah kekuatan spesial dari para perempuan, meski sering kali kita lupa bahwa itu adalah sebuah kekuatan.

Tulisan Raisa soal Me-Time

I’m proud of being a woman, karena saya tahu sebagai perempuan kita bisa menghadapi lebih banyak rintangan dibandingkan pria, and yet women make it look so easy. Kita harus menjawab ekspektasi masyarakat, belum lagi secara biologis kita juga harus menghadapi: menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui, menopause, dan lain-lain.

Bayangkan, pergi bekerja di hari pertama menstruasi? Memimpin meeting penting sambil menghadapi keram perut? Itu bukanlah suatu hal yang biasa. Itu adalah tantangan. And yet, kita bisa melakukan hal itu effortlessly.

Jadi, mengapa tidak kita ciptakan standar baru bagi dunia musik Indonesia bersama-sama? Sebagai perempuan, saya yakin saya bisa. Saya yakin kita bisa.

Seperti yang diserukan Taylor Swift dalam lirik lagunya, “Marjorie”:

Never be so politе you forget your power.”

Let’s!

Raisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 thoughts on “Women Are Making Her Story as History

  1. Aaaaa teh yaya😘😘😘✨✨✨

  2. Wah,, betul – betul multi talenta dan menginspirasi banget kak yaya , salut👏

  3. Always waiting and always proud of you.. Independen women ❤

Related Post