Belanda Minta Maaf Atas Perbudakan di Era Kolonial Selama Ratusan Tahun

Belanda hanya bisa mengakui dan mengutuk perbudakan yang menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan itu.

168
0
Belanda

Pemerintah Belanda lewat Perdana Menteri Mark Rutte meminta maaf atas tindakan perbudakan selama 250 tahun di masa kolonial. Hal ini diungkapkan pada Senin, 19 September 2022.

“Hari ini atas nama Pemerintah Belanda, saya meminta maaf untuk tindakan negara Belanda di masa lalu,” kata Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, dalam pidatonya sebagaimana dikutip dari kantor berita AFP via kompas.com (19/12).

Permintaan maaf ini juga tak dikatakan hanya sekali oleh Mark Rutte, ia bahkan mengulangi permintaan maaf tersebut dalam Bahasa Inggris, Papiamento (bahasa di Kepulauan Karibia), dan Sranan Tongo (Bahasa Suriname).

“Negara Belanda memikul tanggung jawab atas penderitaan besar yang menimpa orang-orang yang diperbudak dan keturunan mereka,” tambah Mark Rutte.

Tak sampai di situ, Rutte juga mengatakan bahwa ia saat ini hanya bisa mengakui dan mengutuk perbudakan yang menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan itu.

“Kami, yang hidup di sini dan sekarang, hanya bisa mengakui dan mengutuk perbudakan dalam istilah yang paling jelas sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan,” tutup Mark Rutte.

Diskusi tentang permintaan maaf Belanda ini sebenarnya sudah berlangsung sejak bertahun-tahun. Puncaknya pada tahun 2001 dan 2013 silam, Pemerintah Belanda menyatakan penyesalannya, namun baru pada Juli 2022 resmi meminta maaf.

Ilustrasi VOC saat berperang melawan Kesultanan Banten di Indonesia
Ilustrasi VOC saat berperang melawan Kesultanan Banten di Indonesia/www.geheugenvannederland.nl

Kapan Perbudakan Belanda Dimulai?

Perbudakan yang dilakukan Belanda sesungguhnya terjadi seiring dengan perluasan wilayah kolonial dan perdagangannya di seluruh dunia pada abad ke-17.

Setelah pendirian perusahaan dagang Dutch East India Company (VOC) pada tahun 1602 dan Dutch West India Company (WIC) beberapa tahun berselang, perdagangan termasuk jual-beli budak berkembang dengan sangat pesat.

Pada saat itu, Belanda dan kota-kotanya seperti Amsterdam menjadi sangat kaya dan kekayaan ini membantu mendanai munculnya karya seni serta budaya yang menghasilkan seniman seperti Rembrandt.

Perbudakan Belanda dimulai pada 1634 ketika seribu budak diculik dari Gold Coast (saat ini Ghana) ke Brasil oleh WIC untuk bekerja di perkebunan.

Dengan sangat cepat, pada tahun yang sama WIC merebut Curacao yang menjadi pusat perdagangan budak. Dan pada 1667 Belanda merebut Suriname di pantai timur laut Amerika Selatan.

Suriname kemudian bertransformasi menjadi koloni perkebunan dan sangat bergantung pada tenaga kerja budak dari Afrika. Sekitar 200.000 budak dibawa ke Suriname, totalnya menjadi sekitar 650.000.

Perbudakan di jaman kolonial Belanda
Ilustrasi perbudakan di jaman kolonial Belanda/Shutterstock

Kapan Perbudakan Belanda Berakhir?

Belanda menjadi salah satu negara terakhir yang menghapus perbudakan, yaitu di tahun 1863. Namun, untuk di Suriname butuh waktu satu dekade lebih lama karena ada transisi wajib 10 tahun dan banyak budak harus terus melayani majikannya sampai 1873 karena satu dan lain hal.

Penelitian Ungkap Belanda Lakukan Kekerasan Ekstrim di Era Kolonial

Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda pasca masa perbudakan diumumkan kepada publik. Riset yang sudah dimulai sejak 2017 silam ini dilakukan oleh tiga lembaga asal Belanda dengan judul “Dekolonisasi, Kekerasan, dan Perang di Indonesia, 1945–1950”.

Penelitian ini juga dilakukan dengan mengajak para akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), serta 6 pakar Internasional. Tiga lembaga yang melakukan penelitian ini adalah Lembaga Ilmu Bahasa, Negara, dan Antropologi Kerajaan Belanda (KITLV), Lembaga Belanda untuk Penelitian Perang, Holocaust, dan Genosida (NIOD), serta Lembaga Penelitian Belanda untuk Sejarah Militer (NIMH).

Riset ini mengungkapkan bahwa adanya kekerasan ekstrim oleh pihak Belanda dalam periode perang 1945-1950. Hal ini tentu bertolak belakang dengan sikap Pemerintah Belanda sejak 1969 yang mengatakan bahwa angkatan bersenjatanya telah bertindak benar di Indonesia.

Sangat disayangkan bahwa kekerasan ini sesungguhnya diketahui oleh Belanda, namun mereka diam saja.

“Penelitian ini menunjukkan mayoritas pihak yang seharusnya bertanggung jawab di sisi Belanda – politikus, pejabat, pegawai negeri, hakim, dan yang lainnya tahu soal penggunaan kekerasan ekstrim sistematis, namun ada kesediaan bersama untuk membiarkan, menyetujui dan menutupinya, serta membiarkannya tanpa hukuman,” kata seorang peneliti seperti dikutip dari detik.com.

Ekspedisi pertama Belanda di bawah Cornelis de Houtman tiba di Banten pada 23 Juni 1596
Ekspedisi pertama Belanda di bawah Cornelis de Houtman tiba di Banten pada 23 Juni 1596/Tropenmuseum

Sebagai generasi penerus Bangsa Indonesia yang sudah dewasa, sudah seharusnya kita menerima permintaan maaf dari Belanda tersebut. Sejarah penindasan itu memang sangat memilukan, namun ini hendaknya jadi pembelajaran untuk Bangsa Indonesia lebih baik lagi kedepannya.

Rio
WRITTEN BY

Rio

Menulis seakan sudah menjadi kebiasaan untuk saya sejak kuliah. Skill ini terus berkembang sampai saat ini. Dimulai dari Liputan6.com sampai sekarang pekerjaan yang saya geluti seputar menulis artikel. Dan saat ini, Oppal Media adalah tempat saya untuk kembali belajar dan membuktikan yang terbaik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *