Permainan Lato-Lato dan Hukum Fisika Newton yang Ada di Baliknya

Awalnya, permainan lato-lato diciptakan sebagai alat pembelajaran ilmu fisika.

623
0
Lato-lato

Permainan tradisional lato-lato kini sedang digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Anak-anak sampai orang dewasa memainkannya di mana-mana. Penamaan lato-lato merupakan pemberian dari masyarakat tergantung daerah asal mereka.

Lato-lato diklaim berasal dari negara Amerika dan Eropa sejak tahun 60-an dan 70-an, bukan merupakan permainan tradisional dari Indonesia. Lato-lato baru dipopulerkan di Indonesia di tahun 90-an, dan kembali menjadi tenar beberapa waktu belakangan.

Penyebutan permainan yang satu ini juga berbeda di setiap negaranya. Di Amerika sendiri lato-lato dikenal sebagai knockers, sedangkan di Eropa permainan ini dikenal dengan nama click-clacks. Beberapa orang juga menyebut permainan ini sebagai Newton’s yo yo, merujuk pada hukum fisika yang terkandung di dalamnya.

Wah, bagaimana bisa? Mari kita bahas. Mainan lato-lato terdiri dari dua bola kecil berbahan plastik yang saling terhubung lewat sebuah tali panjang yang disimpul di bagian tengahnya. Tujuan dari permainan ini adalah memungkinkan dua bola saling berbenturan secepat mungkin dan menciptakan suara benturan.

Awalnya, permainan ini diciptakan sebagai alat pembelajaran ilmu fisika. Bandulan plastik tersebut digunakan untuk menjelaskan kepada anak-anak mengenai Hukum Newton.

Secara sederhana, Hukum Newton mengatakan “jika benda I mengerjakan gaya terhadap benda II, maka benda II mengerjakan gaya pada benda I yang besarnya sama. Tetapi dengan arah yang berlawanan dengan arah gaya dari benda tersebut”.

Dari bunyi Hukum Newton itu, terciptalah lato-lato yang menjadi wujud fisik dari hukum fisika karya Sir Isaac Newton itu.

Lato-Lato Populer di Indonesia

Dilihat dari berbagai sumber, lato-lato masuk ke Indonesia sekitar tahun 1990 dan banyak dimainkan oleh masyarakat di pedesaan. Lato-lato sendiri berasal dari Bahasa Bugis yang kemudian memiliki banyak nama lain di setiap daerah.

Makassar misalnya, masyarakat di sanamenyebut permainan ini sebagai “katto-katto”, sedang di pulau Jawa disebut sebagai “etek-tek”. Bergeser ke barat sedikit, tepatnya di Jawa Barat, masyarakat menyebut permainan ini dengan “nok-nok”.

Kini, permainan tradisional lato-lato kembali dipilih masyarakat sebagai alternatif untuk menghabiskan waktu luang. Bahkan, sudah banyak kompetisi permainan lato-lato yang diselenggerakan oleh berbagai pihak dengan hadiah menarik.

Permainan yang satu ini juga sempat menjadi viral karena dimainkan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Jokowi saat melakukan kunjungan kerja ke wilayah Subang, Jawa Barat.

Rio
WRITTEN BY

Rio

Menulis seakan sudah menjadi kebiasaan untuk saya sejak kuliah. Skill ini terus berkembang sampai saat ini. Dimulai dari Liputan6.com sampai sekarang pekerjaan yang saya geluti seputar menulis artikel. Dan saat ini, Oppal Media adalah tempat saya untuk kembali belajar dan membuktikan yang terbaik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *