Prof. Rhenald Kasali: Posisi Indonesia Cukup Tangguh dalam Hadapi Resesi di 2023

Bagi kamu yang penasaran mengenai resesi serta tips menghadapinya di 2023, baca artikel ini.

283
0
Rhenald Kasali

Siapa yang tak kenal dengan Profesor Rhenald Kasali? Akademisi dan praktisi bisnis asal Jakarta yang juga merupakan dosen Universitas Indonesia serta guru besar bidang ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kerap membagikan pengetahuan dan sarannya dalam hal ekonomi dan bisnis.

Akun YouTubenya, @rhenald_kasali, bahkan kini sudah memiliki lebih 421 ribu subscribers, dengan total views lebih dari 22 juta kali. Di luar jejaknya di dunia digital, buku-buku yang ditulis oleh pria yang kini berumur 62 tahun tersebut juga selalu menjadi perhatian oleh kalangan bisnis.

Kini, di umurnya yang sudah beranjak senja, Profesor Rhenald Kasali justru tak pelit informasi, alih-alih dia kerap membagikan pengetahuan dan saran seputar bisnis yang bisa diterapkan pada setiap kalangan – tak hanya generasi X dan milenial, namun juga oleh Gen Z.

Dalam salah satu video yang ia unggah misalnya, ia membagikan pengetahuan mengenai apa sebenarnya makna resesi, bagaimana posisi Indonesia di tengah keadaan yang serba tak menentu ini, serta menjawab kekhawatiran masyarakat terhadap resesi di tahun 2023. Bagi kamu yang penasaran, tenang, OPPAL sudah merangkum isi video tersebut untukmu. Simak di bawah ini:

Jadi, mengapa bisa terjadi resesi?

resesi dolar US
Ilustrasi resesi dolar Amerika Serikat / Shutterstock

Awal tahun 2022, the FED (Bank Sentral Amerika Serikat), badan sentral di Amerika yang mengatur moneter, menaikkan suku bunga dari yang tadinya 0% menjadi 0,25% dan angkanya terus naik. “Tujuannya tentu untuk menarik uang, karena FED melihat bahwa tahun 2022 ekonomi Amerika ‘memanas’,” ujar Profesor Rhenald Kasali.

Akibatnya, angka inflasi meninggi. Bahkan pada bulan Juni 2022, inflasi di Amerika Serikat mencapai 9 persen, suatu angka yang sangat besar untuk negara adidaya.

Karena mata uang global masih banyak menggunakan dolar AS, negara-negara lain pun kena imbasnya. Uang yang diinvestasikan oleh orang-orang Amerika di luar negeri pun ditarik kembali sehingga inflasi bisa turun. Hal ini cukup membuahkan hasil, terbukti di November 2022 angka inflasi berubah dari 9,3 persen turun menjadi 7 persen.

via GIPHY

Meski begitu, FED mengatakan bahwa mereka masih akan meningkatkan suku bunga menjadi 4,5 persen, suatu angka yang agresif sekali. Hal ini tentu nantinya bisa menimbulkan gejolak di seluruh dunia berupa imbas ekonomi yang melambat.

Perubahan yang terjadi di Amerika Serikat inilah yang mengakibatkan banyak negara ikut meningkatkan suku bunga dan terjadilah inflasi besar-besaran. Sebagai contoh, mata uang Euro merosot sekitar 19 persen, Poundsterling sekitar 20 persen, dan Yen bahkan mencapai 25 persen.

Indonesia sendiri sebenarnya cukup beruntung karena angkanya tidak setinggi itu, yaitu di angka 9-10 persen.

Lalu, apakah resesi masih akan terjadi di 2023?

resesi
Ilustrasi resesi / Shutterstock

Tak bisa dipungkiri, ancaman masih akan terjadi. Karena The FED akan meningkatkan suku bunga dari 4,5 persen menjadi 5,1 persen di 2023. Walau kemungkinan di tahun 2024 akan turun menjadi 4,1 persen, dan di  2025 menjadi 3,1 persen, dan begitu seterusnya sampai bisa kembali normal.

Tingginya tingkat suku bunga ini yang perlu dikhawatirkan, karena artinya kurs dolar Amerika Serikat terus meninggi, sedangkan impor barang terus berjalan menggunakan dolar dan harga barang jadi lebih mahal. Di sisi lain, masyarakat Amerika Serikat belanja barang dengan harga yang relatif lebih murah.

Adakah contoh beberapa barang atau jasa yang harganya akan naik?

Gandum
Gandum, salah satu barang yang terdampak resesi / Shutterstock

Sebenarnya, resesi bukan persoalan pertumbuhan ekonomi yang melambat, tapi lebih berpengaruh pada harga beli atau impor suatu barang menggunakan dolar Amerika Serikat.

Beberapa barang yang diimpor seperti tepung untuk bahan mi instan, gandum, kedelai, bahan baku obat, bahan baku cat, fosfor untuk bahan pupuk, serta migas akan terpengaruh.

Traveling ke luar negeri pun harganya akan jauh lebih mahal dibandingkan sebelum-sebelumnya, karena bahan bakar dan harga jual di luar negeri sedang meninggi.

Bagaimana dengan bisnis di Indonesia?

Bisnis kuliner
Bisnis kuliner masih akan digemari di 2023 / Shutterstock

Dalam bisnis, yang penting bukanlah bisnis apa yang menguntungkan, karena semua bisnis relatif akan menguntungkan, yang terpenting adalah bagaimana cara mengelolanya. “Saya percaya, semua orang bisa menciptakan kesempatan bisnis dan akses,” ucap Profesor Rhenald.

Tentu ada beberapa bisnis yang tidak lagi relevan setelah pandemi nanti berakhir, tapi bisnis kesehatan masih cukup menarik. Selain itu, bisnis kuliner juga menjanjikan, meski banyak sekali kompetisi di sana – yang artinya para pebisnis harus banyak memutar otak agar bisa terus bersaing.

Yang patut diperhatikan adalah bisnis di marketplace, karena komisi untuk jual online sedang turun dikarenakan persaingan yang makin ketat.

Secara singkat, seperti apa keadaan Indonesia dibandingkan negara lain?

Dibandingkan negara lain di dunia, posisi Indonesia relatif lebih tangguh. Tapi saat ini ada trust recession – yang artinya jika kita tidak percaya dengan keadaan perekonomian Indonesia yang tangguh, kita tidak belanja dan mengeluarkan uang di dalam negeri, perekonomian justru akan turun.

Raja Ampat
Salah satu destinasi pariwisata Indonesia, Raja Ampat / Shutterstock

Lakukan belanja makanan, dan dukung bisnis pariwisata serta perhotelan di Indonesia. Jika ingin traveling, lakukan dulu di dalam negeri agar uang rupiah terus berputar.

Adakah tips tambahan bagi masyarakat?

Pasar tradisional
Belanja produk lokal di pasar tradisional akan membantu mendongkrak ekonomi dalam negeri / Shutterstock

“Yang penting sehat,” ucap Profesor Rhenald Kasali. Kemudian, perbanyak belanja barang TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) – yaitu barang dan jasa dalam negeri. Suplai produk dalam negeri sebanyak mungkin, lalu ekspor agar untungnya besar.

“Ekspor akan sangat menguntungkan, karena biaya dalam negeri dilakukan dalam rupiah, sedangkan harga jualnya menggunakan dolar Amerika Serikat yang kursnya sedang tinggi,” pungkasnya.

Bagaimana Oppal gengs, sudah siap hadapi kemungkinan resesi dan tetap cuan di 2023?

Alvin
WRITTEN BY

Alvin

Lifestyle and Entertainment Editor at Oppal, who mainly obsesses over all things pop culture, pizza, and boba drinks with equal enthusiasm. Covering everything from celebrities profile to the best TV shows.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Post