Tahu Gak Sih, Jumlah Orang yang Suka Menolong Alami Peningkatan Drastis

231
0

Kebaikan adalah kebiasaan yang menular. Berbuat baik untuk orang lain dengan memberikan pertolongan atau memudahkan urusannya sekecil apapun, percaya tidak percaya akan membuat mood kita menjadi lebih baik.

Tak sedikit orang yang sering melontarkan pernyataan bahwa sekarang ini semakin sulit menemukan orang yang mau membantu sesamanya tanpa ada niat terselubung. Namun, hasil penelitian terbaru menyimpulkan fakta sebaliknya. 

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Buletin Psikologis American Psychological Associattion menunjukkan bahwa kecenderungan orang-orang zaman sekarang untuk bekerja sama dan menolong  telah mengalami peningkatan dibandingkan era 1950an. 

Peningkatan tersebut mengindikasikan kesiapan dalam mengatasai masalah global, seperti pandemi dan perubahan iklim. 

Para peneliti melakukan riset di Amerika Serikat (AS) dan menemukan bahwa kebanyakan orang mengalami perubahan positif selama pandemi. 

“Banyak orang percaya masyarakat AS menjadi kurang terhubung secara sosial, kurang percaya, dan kurang berkomitmen untuk kebaikan bersama,” kata Yu Kou, salah satu penulis studi dan profesor psikologi sosial di Beijing Normal University, dalam siaran pers.

Kou dan tim psikolog sosial menyurvei dan menganalisis studi berdasarkan penelitian selama 61 tahun, mereka tidak menemukan indikasi penurunan mengenai kesediaan orang untuk bekerja sama. 

Mayoritas responden mengaku lebih menyukai menyelesaikan masalah dengan cara berpikir secara kelompok dibanding individualis. 

“Kami terkejut dengan temuan kami bahwa orang-orang sekarang menjadi lebih kooperatif selama enam dekade terakhir,” kata Kou dalam siaran pers.

Penulis penelitian membeberkan bahwa hasil penelitian tersebut membawa angin segar akan masa depan yang optimistis. 

“Kerja sama yang baik di antara masyakarat dapat membantu kita mengatasi tantangan global seperti respons terhadap pandemi, perubahan iklim, dan krisis,” imbuhnya. 

Pada studi lain yang diterbitkan National Academy of Science menyebutkan, ketika seseorang baru berniat melakukan kebaikan, itu akan mengaktifkan suatu area di otak untuk memproduksi hormon oksitosin yang dapat mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati. 

Richard Davidson seorang ahli saraf dan pendiri Centre for Healthy Minds di University of Wisconsin, mempelajari timbal balik efek emosi positif pada otak, seperti kasih sayang dan kebaikan. 

Berdasarkan laporan New York Times, Davidson menjelaskan bahwa saat seseorang terlibat dalam perilaku kebaikan pada orang lain, otak akan menyimpannya sebagai pengalaman positif. 

Perasaan yang demikian mujarab membangkitkan ingatan tentang kebahagiaan yang bertahan lama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *