Batik Indonesia Bukan Batik Biasa

Presiden Soekarno menyarankan Hardjono menciptakan “Batik Indonesia”, yang merupakan gabungan dari seluruh motif batik nusantara.

359
0

Kalau kamu memperhatikan kalender dengan seksama, beberapa hari ini merupakan Hari Batik. Jatuh setiap tanggal 2 Oktober, pengakuan batik sebagai warisan dunia sebenarnya berlaku sejak Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau UNESCO, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi pada 2 Oktober 2009 silam. Sejak saat itu, pemerintah pun menetapkan bahwa tanggal 2 Oktober merupakan Hari Batik.

Merujuk dari situs UNESCO, teknik, simbolisme, dan budaya terkait batik dianggap melekat dengan kebudayaan Indonesia. Bahkan, batik juga menjadi refleksi akan keberagaman budaya di Indonesia, yang terlihat dari sejumlah motifnya.

Nah, bicara soal motif batik, tahukah kamu bahwa ada motif batik khusus yang bernama “Batik Indonesia”?

Asal-usulnya sendiri berasal dari seorang budayawan sekaligus sastrawan Indonesia bernama K.R.T Hardjonagoro, yang lebih dikenal dengan sapaan Go Tik Swan. Beliau lahir di Solo pada 11 Mei 1931, dan termasuk golongan priyayi Tionghoa di kota Surakarta.

Kecintaan Tik Swan pada batik dimulai sejak ia kecil. Karena kedua orang tuanya sibuk, Tik Swan kecil diasuh oleh kakeknya, yang merupakan seorang pengusaha batik di Solo. Ia pun biasa bermain di antara para tukang cap, juga orang-orang yang menulisi kain dengan canting. Dari sinilah ia belajar banyak hal mengenai macapat, pedalangan, gending, hingga tarian Jawa.

Tulisan Febrian lainnya: Let’s Talk About Pink Beach in Indonesia

Singkat cerita, Tik Swan lalu berkuliah di Universitas Indonesia, di mana ia diam-diam mengambil jurusan Sastra Jawa. Dalam sebuah perayaan kampus, ia bersama teman-temannya pun diundang untuk menari di Istana Negara. Tariannya sempat membuat Presiden Soekarno sangat terkesan.

Mengetahui bahwa keluarga Go Tik Swan Hardjono sudah turun-temurun terjun di usaha batik, Soekarno pun menyarankan Hardjono menciptakan “Batik Indonesia”, yang merupakan gabungan dari seluruh motif batik nusantara.

Hardjono pun tergugah, lalu kembali ke Surakarta untuk mendalami segala hal mengenai batik, termasuk sejarah dan falsafahnya. Karena ia cukup akrab dengan keluarga Keraton Solo, Tik Swan pun berkesempatan untuk belajar batik langsung dari ibunda Susuhunan Paku Buwana XII yang memiliki pola-pola batik pusaka.

Pola-pola batik langka yang tadinya tidak dikenal umum pun dikembangkannya tanpa menghilangkan ciri dan makna di dalamnya. Pola tersebut kemudian diberinya warna-warna baru yang cerah, bukan hanya coklat, biru dan putih kekuningan seperti yang lazim dijumpai pada batik Vorstenlanden (batik Solo-Yogya). Inilah yang kemudian disebut dengan “Batik Indonesia”.

Soekarno yang puas dengan Batik Indonesia pun menggunakannya sebagai buah tangan setiap kali ia berkunjung ke negara lain, atau saat ada kunjungan dari negara luar ke Indonesia. Secara langsung, Presiden Soekarno pun mengenalkan batik ke berbagai penjuru dunia.

Baca juga tulisan Febrian ini: Hidden Gem Indonesia: Telaga Natural Berbentuk Hati

Sepanjang hidupnya, Tik Swan membuat kurang lebih 200 motif Batik Indonesia. Saat ini, Batik Indonesia karya Go Tik Swan masih bisa ditemukan di Surakarta. Kamu bisa mengunjungi official gallery & workshop Go Tik Swan/Panembahan Hardjonagoro yang terletak di Jl. Yos Sudarso no. 176, Solo.

Kalau kamu berkesempatan untuk mengunjungi kota Solo, luangkan waktu dan mampir ke sini, serta jadikan Batik Indonesia sebagai oleh-oleh bersejarah.

Yuk, kita lestarikan terus batik sebagai budaya Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *