Asal Usul Nama Orang Bali Berdasarkan Kasta, Kelahiran, dan Jenis Kelamin

Mungkin kamu sering mendengar nama orang Bali seperti Wayan, Made, Putu, dan Luh. Nah, nama-nama tersebut ternyata memiliki arti tersendiri, lho!

1051
1

Siapa yang enggak suka ke Bali? Daerah yang satu ini dikenal kaya akan keindahan alam pantainya yang cantik, serta budayanya yang kental, yang membuat kita enggak bosan untuk kembali mengunjungi Pulau Dewata.

Di luar seluruh keelokan tersebut, Bali juga punya keunikan sendiri, termasuk nama-nama orang yang tersebar dalam masyarakatnya.

Mungkin kamu sering mendengar nama-nama seperti Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Nah, nama yang digunakan oleh masyarakat Bali tersebut ternyata memiliki arti sendiri, lho!

Nama masyarakat Bali ternyata disusun dari berbagai unsur, seperti sistem kasta, jenis kelamin, dan urutan kelahiran.

Di Bali, ada empat macam tingkatan kasta, antara lain golongan kasta paling bawah adalah kasta Sudra, kasta Waisya, kasta Kesatria, dan kasta Brahmana.

Untuk kasta Sudra, nama orang Bali di kasta ini dicirikan dengan nama tanpa gelar kebangsawanan, dan langsung mengacu pada urutan kelahiran sesuai tradisi Bali.

Pada masa lampau, golongan sudra terdiri dari buruh dan petani. Kini, golongan sudra sudah bekerja di berbagai profesi, mulai dari pejabat negara hingga buruh kasar.

Kasta selanjutnya adalah Waisya, yang merupakan kelompok masyarakat di luar istana yang berperan menggerakkan ekonomi, pembangunan dan perindustrian. Misalnya saudagar, pedagang, atau mereka yang bekerja di bidang industri.

Keturunan Waisya sendiri biasanya diawali dengan nama seperti Ngakan, Kompyang, Sang, atau Si.

Berikutnya, pada tingkatan wangsa Kesatria, ada banyak gelar yang bisa disematkan pada anak laki-laki atau perempuan. Pada mulanya, Keturunan dari kasta kesatria merupakan orang-orang dengan profesi di bidang pemerintahan, semisal raja, para menteri, pejabat militer, bupati, maupun abdi keraton. Yup, kasta Kesatria nggak cuma terbatas pada keturunan raja saja, tetapi juga pembantu kerajaan seperti abdi dalem dan juga para pendekar.

Mereka yang berada di kasta kesatria biasanya diawali dengan gelar Anak Agung (kadang menjadi Gung), Cokorda (atau sering disingkat Cok), Desak, atau Gusti. Dalam kasta ini ada juga yang menggunakan gelar Dewa atau Dewa Ayu untuk perempuan.

Adapun beberapa contoh nama anak laki-laki yang ditujukan untuk wangsa Kesatria antara lain Dewa, Anak Agung, Cokorda, dan Bagus. Bagi perempuan, biasanya menggunakan nama Ayu, Desak, atau Sakti.

Terakhir, keturunan dari kasta tertinggi, yaitu kasta Brahmana. Mereka yang merupakan keturunan kasta Brahmana biasanya diawali dengan gelar Ida Bagus untuk lelaki, dan Ida Ayu (sering disingkat Dayu) untuk perempuan. Pada masa lalu, kasta brahmana adalah golongan rohaniwan atau pemuka agama, yaitu pendeta beserta keluarganya.

Dahulu, kasta Brahmana tinggal di kompleks hunian yang disebut griya, yang diwariskan berdasarkan garis keturunan leluhur mereka pada masa lalu. Sekarang, tidak semua keturunan Brahmana berprofesi sebagai pemuka agama. Mereka sudah masuk ke dalam berbagai lapangan pekerjaan dan tidak semua keturunannya masih menetap di griya.

Selain faktor kasta, urutan kelahiran juga menjadi faktor banyaknya kemiripan nama orang Bali. Apalagi, nama yang digunakan sesuai urutan kelahiran juga dijadikan sebagai nama panggilan.

Masyarakat Bali memiliki tata cara penamaan berdasarkan urutan kelahiran, di mana ada empat urutan nama sesuai urutan kelahiran. Bagi anak pertama dalam keluarga, mereka biasa diberi nama Wayan. Wayan berasal dari kata “Wayahan”, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tertua atau lebih tua.

Selain Wayan, nama depan untuk anak pertama juga sering menggunakan Gede atau Gde, yang memiliki arti besar atau lebih besar, serta Putu, yang berarti cucu. Gede cenderung diberikan pada anak lelaki, sedangkan anak perempuan biasa ditambahkan Luh sebelum kata Gede. Meski begitu, pada umumnya orang Bali lebih suka memberikan nama Putu bagi perempuan.

Untuk anak kedua, orang-orang Bali biasanya akan memberi nama Made. Kata Made sendiri berasal dari kata “Madya” yang berarti tengah. Namun, di beberapa daerah di Bali, ada juga yang menggunakan nama lain seperti Kade, Kadek, atau Nengah sebagai pengganti kata Made.

Anak ketiga sendiri biasa diberi panggilan Nyoman atau Komang. Nama Nyoman sendiri berasal dari kata “Anom” yang berarti muda atau kecil.

Terakhir, anak keempat biasa diberi nama depan Ketut, yang berasal dari kata Ketuwut” yang bermakna mengikuti atau membuntuti.

Bali, anak kecil

Enggak cuma itu, jenis kelamin juga menjadi faktor yang memengaruhi nama yang digunakan oleh masyarakat Bali. Biasanya, nama yang digunakan orang Bali setidaknya memiliki dua kata, yaitu kata sandang yang menunjukkan jenis kelamin dan urutan kelahiran.

Berdasarkan jenis kelamin, ada dua nama yang digunakan sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan.

Untuk anak laki-laki biasanya diberi nama awalan I dan Ida, contohnya I Gede atau Ida Cokorda. Sedangkan anak perempuan diberi nama awalan Ni atau Luh atau Ayu, misalnya Ni Desak, Luh Putu, Sang Ayu dan sebagainya.

Pemberian nama berdasarkan jenis kelamin juga bukanlah suatu keharusan, tapi menjadi opsional, atau tergantung pilihan orang tua. Karena, ada nama-nama lainnya juga sesuai kasta yang bisa secara langsung memperlihatkan jenis kelamin anak berdasarkan namanya.

Jadi, kalau kamu mendengar nama I Gusti Wayan, apakah kamu bisa menebak urutan kelahiran dan jenis kelaminnya?

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

One thought on “Asal Usul Nama Orang Bali Berdasarkan Kasta, Kelahiran, dan Jenis Kelamin

  1. 👍🏻👍🏻👍🏻