Bukan FOMO, Begini Nikmatnya Hidup dengan Joy of Missing Out (JOMO)

185
0

Apa rasanya menjalani keseharian tanpa media sosial? Sebagian orang akan merasa hampa tanpa memposting dan melihat postingan. Namun, bagi sebagian lagi, ternyata absen dari media sosial justru membuat hidup lebih bermakna dan terasa membebaskan.

Istilah Joy of Missing Out (JOMO) pun mencuat. Ini merujuk pada kecenderungan atau perilaku untuk tidak menjadi bagian dari keriuhan media sosial atau sumber hiburan lainnya. Orang-orang yang menerapkan JOMO ingin menciptakan kebahagiaan dengan lebih merasa bebas dan lebih fokus pada hal-hal yang menyenangkan di sekitar mereka. 

JOMO menjadi antitesis dari Fear of Missing Out (FOMO) yang merujuk pada perilaku yang tidak pernah ingin ketinggalan sedikitpun dari tren, terutama yang sedang marak di media sosial. Mereka selalu berupaya untuk mengejar tren dan mengukuhkan eksistensinya di jagat maya. 

Ukuran pencapaian bagi mereka adalah apapun yang membuat mereka terkagum dari postingan media sosial. Bisa mengenakan pakaian atau aksesori bergengsi, bisa sering bepergian dan melakukan selfie, bisa memamerkan makanan yang belum pernah dimakan, bisa menebar momen-momen kebahagiaan bersama pasangan, dan lainnya. 

Orang yang hidup dengan FOMO seringkali membandingkan diri dengan orang lain. Mereka merasa, kehidupan mereka tidak sebahagia dan seseru apa yang ada di postingan teman-teman di media sosial. Suatu hal yang bisa berdampak pada kesehatan mental. Di luar media sosial, mereka juga selalu ingin hadir dalam kegiatan-kegiatan yang mempertemukan banyak orang, seperti pesta atau konser. 

Bagi kamu yang ingin hidup lebih tentram, menemukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana, dan menikmati me time, metode JOMO bisa menjadi opsi.

Absen dari Media Sosial

Bukan berarti kamu langsung menghapus berbagai akun media sosial kamu. Cobalah melatih diri untuk tidak membuka berbagai macam aplikasi media sosial. Matikan notifikasi yang muncul dari media sosial.

Tahan godaan untuk tidak melihat postingan orang lain dan memposting apapun yang kamu lakukan. Lakukan selama beberapa waktu sesuai kondisi dan kebutuhan kamu, misalnya tiga hari, seminggu, dua minggu, atau sebulan, hingga akhirnya kamu menyadari bahwa kamu tetap bisa hidup baik-baik saja tanpa harus selalu terkoneksi dengan media sosial. 

Menikmati Momen Sepenuhnya

Saat berada dalam sebuah momen yang seru, seperti menghadiri konser, bepergian ke tempat wisata, mengunjungi pameran seni, makan di restoran, ngopi bersama teman-teman, boleh jadi kamu merasa “gatal” untuk segera merekam kejadian melalui foto atau video kemudian mempostingnya. Kebiasaan yang justru membuat kamu tidak menikmati momen itu sepenuhnya. Padahal, tidak semua momen harus kamu pamerkan di media sosial. Fokuslah pada momen dan interaksi dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Kalaupun ingin mengabadikan melalui foto dan video, tidak selalu harus dibagikan ke orang lain melalui media sosial, cukup untuk dokumentasi pribadi. 

Mensyukuri Apa yang Sudah Dimiliki

Ubahlah fokus kamu dari selalu mengejar apa yang kamu belum miliki, menjadi mensyukuri apa yang sudah kamu miliki saat ini. Tidak ada salahnya untuk memiliki berbagai macam keinginan dan mengejar mimpi. Yang salah adalah apabila kamu menghabiskan banyak waktu untuk mengamati apa yang dimiliki orang lain di media sosial, kemudian membandingkannya dengan kehidupan kamu, dan pada akhirnya membuat kamu lupa bahwa kamu sebenarnya telah memiliki banyak hal.

Belajarlah untuk mensyukuri hal-hal yang sebenarnya sangat penting namun seringkali luput dari perhatian kita, misalnya kesehatan, lingkungan keluarga yang hangat, sahabat-sahabat yang menyenangkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *