Mengenal Savior Complex, Rasa Ingin Menolong yang Berlebihan

Lebih suka memberi solusi dibanding mendengarkan masalah? Bisa jadi kamu savior complex.

224
0
Cara Kendalikan Dorongan Diri

Mencoba menolong orang lain yang sedang dilanda masalah atau kesulitan memang merupakan salah satu hal yang baik dan mulia. Apalagi, sebagai manusia kita sudah seharusnya saling tolong menolong. Meski begitu, sifat suka menolong ini enggak sama dengan sifat penyelamat berlebihan yang dikenal juga dengan savior complex atau white knight syndrome.

Savior complex justru enggak sehat secara psikologis, karena bisa menjadi bumerang untuk diri kita sendiri karena cenderung membuat kita ingin menolong orang lain secara berlebihan, bahkan bisa melampaui kemampuan kita sendiri supaya dianggap sebagai pahlawan.

Hal ini pastinya bakal berdampak negatif, terutama buat masalah yang ada di dalam kehidupan kita pribadi.

Menurut Psychology Today, kita bisa menyelamatkan orang lain dalam mengendalikan dorongan dengan beberapa cara berikut ini.

1. Berlatih untuk aktif mendengarkan orang lain

Cara Kendalikan Dorongan Diri
Ilustrasi mendengarkan orang lain/unsplash

Saat seseorang curhat kepada kita, bisa jadi mereka sebenarnya sedang mencari jalan keluar untuk mengeluarkan emosi yang mereka pendam, bukan meminta solusi.

Di sisi lain, para savior complex punya anggapan yang keliru kalau orang tersebut enggak bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Padahal, kalau berlatih mendengarkan dengan lebih aktif, maka mungkin kita bisa mengetahui kalau bahwa orang itu cuma mencari seseorang yang mendukung dan mau mendengarkan.

Journal of Positive Psychology lewat sebuah penelitiannya menemukan bahwa mendengarkan dengan cermat dan mindful bisa meningkatkan tingkat kerendahan hati dalam percakapan apa pun.

2. Jangan mengintervensi

Tahan keinginan untuk memotong percakapan, dan berlatihlah mendengarkan.

Kita mungkin berpendapat kalau menolong orang lain dengan memberikan solusi merupakan jalan keluar yang baik. Tapi sayangnya, kalau kita selalu menjadi pemberi solusi bagi masalah mereka, kita justru membuat mereka jadi kurang memahami diri sendiri.

Nah, orang lain bisa kehilangan sudut pandang mereka untuk bisa mendiagnosis dan mengatasi masalah mereka sendiri.

Semisal, saat seseorang yang kita cintai datang ke kita dengan suatu masalah, maka jangan langsung menawarkan bantuan atau saran. Kita harus mengingatkan diri bahwa kita bisa hadir untuk orang lain tanpa harus memberi mereka saran.

Sebaliknya, kita bisa menawarkan validasi yang menunjukkan kalau kita paham dan punya empati kepada mereka, serta selalu ada buat mereka kapan pun mereka perlu curhat.

3. Tahan keinginan untuk menolong sampai memang benar-benar diminta

Keinginan besar untuk menolong menjadi salah satu aspek paling kentara dari savior complex. Kekurangannya, para savior complex beranggapan kalau orang lain enggak mampu menolong dirinya sendiri. Hal ini sebenarnya bisa menjadi sebuah sikap superioritas.

Alih-alih memberi solusi, kamu bisa menawarkan bantuan dengan cara-cara yang enggak terlalu menekan. Contohnya, mengajukan pertanyaan seperti, “Situasi ini sepertinya cukup sulit. Apakah ada cara yang bisa saya bantu?”

Kamu juga bisa mengikuti panduan orang itu jika mereka memang meminta kita untuk membantu dengan cara tertentu.

Itulah tiga cara dalam mengendalikan dorongan diri kita untuk membantu menyelematkan orang lain dari masalah atau kesulitan. Semoga bisa membantu, ya!

via GIPHY

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *