Cara Generasi Muda Yogyakarta Tunjukkan Kasih Sayang nan Tulus Pada Bumi

Sejumlah generasi muda di Yogyakarta bergerak menginisiasi pentas seni bertema Gemati Bhumiku untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sampah.

209
0

Bumi sejauh ini masih menjadi the one and only planet yang layak menjadi tempat hidup manusia. Namun, sejumlah penelitian dan studi mengenai kondisi Bumi membeberkan hasil yang sangat mengkhawatirkan.

Bumi sudah memperlihatkan proses penurunan kualitas dan jelas menunjukkan indikasi kehabisan sumber daya alam yang dibutuhkan manusia.

Badan Meteorologi Dunia atau WMO mengungkapkan temuan terbaru mereka yang menyimpulkan Bumi sudah dalam kondisi darurat.

Berbagai bencana yang membuat umat manusia kesulitan beberapa tahun belakangan ini ternyata merupakan akibat dari perubahan iklim. Tak hanya menyebabkan banjir dan kenaikan permukaan laut, perubahan iklim juga menyebabkan adanya gelombang panas.

Prihatin terhadap kondisi Bumi, sejumlah generasi muda di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bergerak menginisiasi pentas seni bertema Gemati Bhumiku. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

Persoalan sampah di sejumlah wilayah Indonesia tak bisa dipungkiri masih menjadi masalah yang sulit diatasi, salah satunya adalah sampah di daerah Yogyakarta.

Data Badan Pembangunan Daerah DIY pada 3 Oktober 2022 menyebutkan total volume sampah di DIY mencapai angka 1.133,94 ton/hari. Lalu, volume sampah yang bisa diproses melalui sistem pengelolaan sampah terpadu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) DIY hanya sebasar 893,53 ton/hari. Terlihat margin antara total sampah dan dan TPA terlalu rentang dan berpotensi menimbulkan masalah lingkungan.

“Tumpukan sampah di TPA Piyungan sudah melebihi batas, volume penerimaan sampah semakin naik. Kurangnya pengelolaan sampah yang baik sering menimbulkan bau tak sedap, apalagi musim penghujan yang semakin membuat tidak sehat. Masih banyak orang juga yang membuang sampah ke sungai, jadi ketika hujan deras dapat menimbulkan banjir sampah. Jika sungai kering, sampah menumpuk di pinggir kali dan menyebabkan bau yang tidak sedap,” tutur Kisah, 18 tahun, anggota Child Campaigner Yogyakarta – Save the Children Indonesia.

Anak-anak muda ini memilih tema Gemati Bhumiku sebagai refleksi rasa kasih sayang yang tulus dan sepenuhnya kepada bumi. Selain itu, pentas seni Gemati Bhumiku juga bermaksud untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat serta berbagai pihak untuk lebih dapat menjaga sekaligus melestarikan bumi, salah satunya menumbuhkan gaya hidup positif dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Pentas Seni Gemati Bhumiku bekerja sama dengan dengan Teater RDJ, Komunitas Indriyanati dan Kwarda Pramuka Provinsi DIY, yang menampilkan suara, ide, serta gagasan anak-anak terkait penanganan krisis iklim yang dikemas menarik melalui musikalisasi puisi, teater, dan diskusi publik.

“Inisiasi anak-anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner ini merupakan bagian dari Kampanye Aksi Generasi Iklim Save the Children Indonesia. Kampanye ini bertujuan untuk memastikan anak–anak dan keluarga, terutama mereka yang terdampak secara langsung dari krisis iklim dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan melakukan hal kecil dimulai dari keluarga,” jelas Dewi Sri Sumanah, Media dan Brand Manager Save the Children Indonesia.

Yuk, kita lebih aware lagi dengan keadaan sekitar agar Bumi bisa tetap lestari dan nyaman untuk ditinggali, dimulai dengan tidak membuang sampah sembarangan. Mudah, kan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *