Kisah Dhani, Dokter Gigi Difabel yang Sukses Meraih Gelar Master di Jerman

Kondisi fisik yang tak sempurna bukanlah sebuah penghalang untuk mengejar pendidikan.

210
0
Dhani

Kondisi fisik yang tak sempurna bukan menjadi penghalang bagi Muchamad Nur Ramadhani untuk mendapatkan gelar master-nya di Jerman. Dhani, sapaan akrabnya, sejak kecil memang sudah akrab dengan Negeri Panzer.

Mulai dari kelas satu sekolah dasar sampai dengan kelas tujuh, ia berada di Jerman karena ayahnya bekerja di sana. Ketika tugas ayahnya sudah selesai, pada 2006 ia dan keluarga pun kembali untuk melanjutkan kehidupan di Indonesia.

Sayang, kabar tak terduga ia terima usai setahun tinggal di dalam negeri. Dhani dikabarkan menderita kanker tulang. Sel ganas tersebut awalnya berada di atas lutut kanannya, namun kemudian menyebar cepat ke sepanjang kaki kanan.

Foto Dhani saat bersama dengan temannya / mediakeuangan.kemenkeu.go.id

Penyebabnya? “Karena mungkin terbentur ketika olahraga, atau mutase gen yang menyebabkan perubahan sel sehat menjadi kanker,” ujar Dhani seperti dikutip dari mediakeuangan.kemenkeu.go.id.

Pertentangan pun terjadi di dalam batin Dhani dan keluarga. Keputusan untuk mengamputasi kakinya pun harus diambil, meski ia sadar hal ini akan menghambatnya untuk berkegiatan.

Pada 2008, Dhani pun mengamputasi kaki bagian kanannya, paha bagian atas hingga ujung kakinya harus dikorbankan untuk menyingkirkan sel kanker yang kian mengganas.

Hari demi hari berlalu, Dhani dan kursi roda pun menjadi satu bagian yang tak bisa dipisahkan. Tubuhnya telah habis digerogoti kanker, dan hal ini berdampak pada seluruh aktivitasnya, termasuk saat bersekolah.

“Umur masih 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat,” ujar Dhani.

Foto drg. Dhani saat sedang mengenakan seragam dokter / mediakeuangan.kemenkeu.go.id

Pada saat di bangku kuliah, para pemangku kepentingan di kampusnya pun meragukan kemampuan Dhani untuk menjalankan pendidikan, tanggung jawab dan segala tantangan yang akan dihadapi.

Namun, Dhani menolak menyerah dan meyakinkan pihak kampus kalau ia bisa.

“Yang menguatkan saya adalah semangat, keyakinan bahwa pendidikan dokter gigi ini merupakan amanah Allah SWT,” katanya.

Berkat doa dan semangat, Dhani akhirnya bisa lulus dengan perjuangan yang tidak biasa. Di saat itu, pihak kampus sempat mengatakan bahwa Dhani hanya bisa menjadi lulusan sarjana saja. Hal ini justru membuatnya lebih semangat lagi untuk menempuh pendidikan ke tingkat selanjutnya.

via GIPHY

Benar saja, pada tahun 2020 ia diterima di Humbold Universitaet Jerman berkat jalur beasiswa yang diterimanya.

“Awalnya kampus saya tidak ada dalam daftar LPDP Jerman, tetapi karena saya (lewat jalur) afirmasi dan di afirmasi ada nama Humbold Universitaet, saya pun melamar ,” kata Dhani.

Usai mengemban pendidikan selama kurang lebih 2 tahun, pada akhir tahun 2022 kemarin Dhani berhasil meraih gelar Master of Science in International Health. Sebuah mimpi yang tak pernah terpikirkan oleh seorang penderita difabel seperti Dhani.

Baca Juga: “Adi Sarwono, Pria Asal Jakarta yang Abdikan Diri untuk Literasi Anak-Anak di Lampung

Saat ini, Dhani mengabdi di Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kisah Dhani pun berhasil menjangkau banyak khalayak, dengan pesan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.

Terima kasih drg. Muchamad Nur Ramdhani sudah menginspirasi kami semua. Kiranya kisahmu ini bisa menjadi penyemangat bagi para difabel di Indonesia.

Rio
WRITTEN BY

Rio

Menulis seakan sudah menjadi kebiasaan untuk saya sejak kuliah. Skill ini terus berkembang sampai saat ini. Dimulai dari Liputan6.com sampai sekarang pekerjaan yang saya geluti seputar menulis artikel. Dan saat ini, Oppal Media adalah tempat saya untuk kembali belajar dan membuktikan yang terbaik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *