Kisah Perjuangan Pahlawan Nasional di Balik Julukan Surabaya Sebagai Kota Pahlawan

Kota terbesar kedua di Indonesia ini punya sejarah perjuangan pemuda yang panjang.

361
0
Ilustrasi Pahlawan

Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota ini juga punya sejarah yang cukup panjang, mulai dari cerita rakyat tentang perkelahian ikan sura dan buaya hingga perjuangan para pemuda untuk meraih kemerdekaan.

Kota Surabaya disebut punya nilai-nilai kepahlawanan dan heroisme yang tinggi, sehingga Surabaya mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan. Bahkan, berdirinya Kota Surabaya juga ditandai dengan peristiwa penyerangan pasukan Raden Wijaya kepada pasukan Kubilai Khan. Peristiwa penyerangan ini menandai era baru, yaitu berdirinya Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto.

Surabaya
Kota Surabaya Tempo Dulu/Pinterest & ruanghati.com

Alasan Surabaya disebut sebagai Kota Pahlawan bermula ketika arek-arek Suroboyo (sebutan untuk orang Surabaya) berada di garis depan melawan sekutu. Pertempuran dahsyat pun terjadi antara pahlawan Indonesia dengan para penjajah Belanda.

Pertempuran itu juga termasuk pertempuran terbesar dalam sejarah revolusi nasional Indonesia.

Tentara sekutu yang datang ke Indonesia usai Bung Karno mendeklarasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 terdiri dari pasukan Inggris dan Belanda. Mereka datang untuk melucuti tentara Jepang di Indonesia.

Pada peristiwa tersebut diperkirakan sekitar 120 ribu rakyat bersenjata melawan 30 ribu pasukan Inggris yang datang dengan dukungan kekuatan perang modern dari darat, laut, dan udara.

Sebanyak 16 ribu rakyat gugur dalam Pertempuran Surabaya tersebut. Maka dari itu, julukan Kota Pahlawan untuk Surabaya lekat dengan perjuangan masyarakat Indonesia yang saat itu memerangi penjajah. Mereka gugur untuk membela bangsa dari serangan para penjajah.

Pada 19 September 1945, berkibarnya bendera Belanda di atap Hotel Yamato, yang saat ini menjadi Hotel Majapahit, menjadi pemicu pertempuran. Kemarahan rakyat memicu peristiwa dirobeknya warna biru pada bendera Belanda sehingga hanya warna merah dan putih saja yang tersisa.

Perobekan bendera Belanda merupakan salah satu aksi simbolis yang dilakukan rakyat untuk menegaskan kemerdekaan Indonesia. Hal itu juga menjadi sikap masyarakat Indonesia dalam melawan penjajah.

Aksi tersebut akhirnya berakhir lewat perundingan dan perintah dari Presiden Soekarno untuk melakukan gencatan senjata pada 29 September 1945.

Namun, suasana kembali memanas dan menyebabkan bentrokan pada tanggal 30 Oktober 1945 dan menewaskan pemimpin tentara Inggris, Brigadir Jenderal Mallaby, di Jawa Timur. Hal ini membuat Inggris mengeluarkan ultimatum kepada seluruh rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata dan menghentikan perlawanan sebelum tanggal 10 November.

Saat itu, masyarakat yang didukung oleh para tokoh pemuda pergerakan tetap tidak menyerah. Semangat perlawanan ini akhirnya ditandai dengan semboyan ‘Merdeka atau Mati’ di kalangan pejuang di Surabaya.

Pertempuran yang terjadi pada 10 November membuat Belanda dinyatakan kalah. Kemenangan pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Kala itu, Surabaya yang menjadi lokasi pertempuran juga diberi julukan sebagai Kota Pahlawan.

Tak hanya itu, tugu pahlawan kemudian dibangun sebagai simbol perjuangan para pahlawan yang berhasil membuat pasukan sekutu menyerah.

Itulah alasan mengapa Kota Surabaya dijuluki sebagai Kota Pahlawan ya, gengs. Angkat topi untuk para pahlawan kita yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa!

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *