Sejarah Istana Merdeka, Namanya Diambil dari Pekikan “Merdeka” Saat Berunding dengan Belanda

288
0

Istana Merdeka yang terletak di Jalan Merdeka Utara dan menghadap ke Taman Monumen Nasional (Monas) dikenal sebagai tempat resmi kediaman dan Kantor Presiden Republik Indonesia (RI).

Mengutip dari laman Kementerian Sekretariat Negara RI, Kompleks Istana Merdeka dan Istana Negara memiliki luas yang mencapai 6,8 hektar. Namun, tahukah kamu sejarah terbentuknya Istana Merdeka? Berikut informasinya.

Pada zaman pemerintah Hindia-Belanda, bangunan Istana Negara dianggap kurang memenuhi syarat keperluan, sehingga dianggap perlu mendirikan bangunan lagi.

Melalui arsitek Bernama Drossares pada tahun 1873, yakni pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Louden, didirikan bangunan lain yang baru selesai pada tahun 1879, tepatnya disaat pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Willem van Landsbarge. Bangunan tersebut dulunya dikenal dengan Istana Gambir atau kini diketahui dengan nama Istana Merdeka.

Tercatat sebanyak 20 orang telah mendiami Istana Merdeka. Mereka antara lain 15 gubernur jenderal Hindia Belanda, 3 Saiko Syikikan (Panglima Tertinggi Tentara XVI Jepang di Jawa), dan 2 Presiden RI. Akan tetapi, dari 15 gubernur jenderal Belanda itu, hanya ada 4 orang yang benar-benar tinggal. Sedangkan yang lainnya memilih Istana Bogor.

Presiden yang betul-betul menempati Istana Merdeka adalah Presiden pertama Bung Karno, Presiden Keempat Bapak Abdurrahman Wahid, dan Presiden Ketujuh Bapak Joko Widodo (Jokowi), sebelum kemudian beliau memilih tinggal di Istana Bogor.

Istana Merdeka 1949

Mengutip Detik, pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, istana menjadi tempat penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949.

Republik Indonesia Serikat ini diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Kerajaan Belanda diwakili oleh A.H.J. Lovink, Wakil Tinggi Mahkota di Indonesia.

Pada hari dan tanggal tersebut, ratusan ribu warga Indonesia dari berbagai tempat dan penjuru tanah air berkumpul mengelilingi pesawat radio masing-masing. Mereka menantikan siaran dari Jakarta yang membawa berita luar biasa itu. Selain itu, terdengar juga berita upacara penandatanganan dan penyerahan naskah tentang pengakuan atas kedaulatan RI Serikat, serta bendera sang merah putih berkibar menggantikan bendera Belanda, lagu Indonesia Raya berkumandang dan teriakan “merdeka” pun menggema di seluruh pelosok tanah air.

Hal itulah yang menyebabkan istana itu bernama Istana Merdeka. Keputusan mengubah nama Istana Gambir menjadi Istana Merdeka dan Istana Rijswijk menjadi Istana Negara dilakukan oleh Bapak Presiden Soekarno.

Upacara Peringatan Kemerdekaan di Istana Merdeka

Peringatan 17 Agustus di Istana Merdeka

Sementara itu, pada 28 Desember 1949, Bung Karno beserta keluarga tiba di Jakarta dari Yogyakarta, menempati Istana Merdeka untuk pertama kalinya. Sebelumnya, Istana Gambir dihuni oleh Dr. Hubertus J. Van Mook, Gubernur Jenderal hingga 1948, kemudian oleh Dr. L.M.J Beel, dan Wakil Tinggi Mahkota.

Sejak itu, Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia juga diadakan pertama kali, pada 17 Agustus 1950.

Saat menjabat sebagai presiden, Bung Karno mulai menggunakan dan memakai ruang di sisi timur Istana Merdeka sebagai kamar tidurnya. Ruang tidur itu posisinya berseberangan dengan ruang kerjanya dan dipisahkan oleh bangsal luas yang dikenal sebagai ruang resepsi.

Sedangkan sisi barat depan Istana Merdeka digunakan bagi kegiatan-kegiatan yang lebih resmi. Di antara serambi depan dan ruang kerja presiden, awalnya adalah teras terbuka dengan perabotan dari rotan.

Ruang kerja Bung Karno diisi dengan meja dari kayu masif, setelah kursi tamu dari kulit, dan dua dinding yang dipenuhi lemari buku yang tingginya mencapai sepertiga dinding. Ruang kerja ini nyaris tidak berubah usai ditinggalkan Bung Karno. Namun, pada masa Bapak Presiden B.J. Habibie, ruangan tersebut mengalami sedikit perubahan.

Selain bicara soal fungsi, ternyata Istana Merdeka dan Istana Negara memiliki perbedaan. Istana Merdeka difungsikan sebagai tempat tinggal Presiden RI, sedangkan Istana Negara berfokus sebagai tempat kegiatan resmi kepresidenan, seperti pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, pembukaan musyawaran dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat nasional dan internasional, tempat jamuan kenegaraan, dan tempat acara jamuan makan Presiden RI dan para veteran saat acara peringatan 17 Agustus.

Tak hanya sebagai tempat tinggal kepala negara saja, Istana Merdeka punya cerita lain, yakni pernah menjadi saksi sejarah pengunduran diri Bapak Presiden Soeharto. Dalam upacara mendadak di Ruang Kredensial Istana Merdeka, tepatnya 21 Mei 1998, Bapak Soeharto saat itu mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden. Pengumuman tersebut disiarkan lewat televisi secara langsung.

Selain itu, banyak juga koleksi seni yang tersebar di lingkungan Istana Merdeka. Mulai  dari 73 koleksi lukisan yang tersebar di koridor, ruang terima tamu Ibu Negara, ruang Jepara, ruang resepsi, ruang kerja dan kamar presiden, lorong, ruang kesehatan dan lainnya. Lalu ada juga 100 koleksi patung yang terbuat dari bahan yang bervariasi, ada kayu, kuningan, perunggu, batu, tanah liat, gading, dan logam.

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *