Ingin Berusia Panjang hingga 90 Tahun, Ini Caranya Berdasarkan Hasil Studi

145
0

Hidup sehat, rajin olahraga, dan mampu mengelola stres dengan baik merupakan beberapa cara untuk menjaga kekuatan tubuh sekaligus kewarasan pikiran. 

Kini, sebuah studi terbaru mengungkapkan hasil temuan mengenai cara mujarab untuk hidup lebih lama alias panjang umur. 

Hasil studi yang dipublikasikan Journal of American Geriatrics Society menyimpulkan bahwa sifat optimistis memudahkan kamu untuk hidup lebih lama. 

Optimistis, berdasarkan penjelasan para peneliti, merupakan sifat seseorang yang memiliki harapan positif terhadap masa depan dan hidup secara keseluruhan. 

Hasil penelitian tersebut diperoleh melalui studi selama 26 tahun terhadap 159.255 wanita dengan latar belakang dan etnis yang berbeda-beda. 

Peneliti menemukan bahwa 5,4 persen partisipan yang menjalani hidup dengan optimistis hidup lebih lama dibandingkan rekan mereka yang tidak optimistis. Para partisipan yang selalu positif hidup 4 tahun lebih lama. 

Kemungkinan mereka melewati usia 90 tahun lebih tinggi dibandingkan partisipan yang tidak optimistis. 

Temuan ini berdasarkan pada studi yang dirilis oleh Universitas Harvard dan Universitas Boston pada tahun 2019 silam. Mereka menemukan bahwa pria dan wanita yang hidup optimistis berusia lebih panjang 11 persen dan 15 persen. 

Peneliti menyimpulkan bahwa orang-orang yang sangat positif adalah kelompok yang paling mungkin untuk hidup sampai usia 85 tahun atau lebih, tetapi mengakui bahwa pesertanya “sebagian besar berkulit putih dan memiliki status sosial ekonomi tinggi daripada populasi umum.”

Selain itu, peneliti mengungkapkan bahwa optimisme dapat meningkatkan kesehatan serta kebahagiaan untuk para partisipan dari berbagai kelompok ras dan sosial ekonomi. 

Hasil penelitian ini tentunya menjadi berita baik dengan harapan menginspirasi untuk banyak orang agar lebih optimistis dan melatih berpikir positif. 

Psikolog Natalie Dattilo mengatakan pada Washington Post hasil temuan tersebut adalah tantangan sosial. Kekhawatirannya adalah orang akan menghindari situasi sulit atau menyelesaikan konflik demi menumbuhkan pola pikir positif. Hal yang demikian dapat merusak. 

“Kepositifan beracun berasal dari gagasan bahwa cara terbaik atau satu-satunya untuk mengatasi situasi buruk adalah dengan memberikan hal positif dan tidak memikirkan hal negatif,” kata Dattilo. 

“[Ini seperti] mencoba memasukkan es krim ke wajah seseorang ketika mereka tidak benar-benar ingin makan es krim,” imbuhnya. 

Sebaliknya, mengembangkan pola pikir optimis membutuhkan penerimaan diri dan proses mengelola perasaan negatif dengan mengetahui bahwa hal baru pada akhirnya akan berlalu selama individunya mengupayakan perubahan. 

“Tidak apa-apa untuk memiliki pandangan positif dan optimis dan merasa sedih pada saat yang sama,” ungkapnya. 

“Kita bisa merasa sedih dan berduka serta tetap  masih menatap masa depan. Keduanya diperlukan untuk pandangan yang sehat dan rasa kesejahteraan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *