6 Guru Teladan di Indonesia yang Gigih Transfer Edukasi

Dari Banten sampai Nabire, ini dia deretan guru yang tak kenal lelah berbakti pada negara.

420
0
Guru Li’lli Nur Indah Sari

Pahlawan zaman sekarang tidak lagi soal angkat senjata dalam berjuang memberikan masa depan yang lebih baik bagi penerus bangsa. Enam guru berdedikasi tinggi ini membuktikannya.

Li’lli Nur Indah Sari

Guru SDI Nurul Hikmah, Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, yang akrab disapa Lilik ini mewujudkan inisiatif nyata dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis proyek atau project based learning untuk siswa kelas 1 dan 2 sekolah dasar (SD).

Selain itu, dia juga ingin mengembangkan sistem penilaian akhir agar siswa tak hanya mengerjakan soal-soal saat ujian.

“Waktu pandemi, kita akhirnya kan dipaksa untuk adaptasi dengan sistem belajar yang baru, memanfaatkan apa yang ada di rumah, yang tentunya setiap kondisi rumah [siswa] berbeda-beda,” paparnya pada acara Fellowship Jurnalisme Pendidikan yang diselenggarakan oleh PT Paragon Technology and Innovation, beberapa waktu lalu.

Akhirnya, tercetuslah alternatif menggunakan asesmen siswa berbasis proyek, meski dia harus memikirkan secara menyeluruh mengenai bagaimana mengajak anak kelas 1 SD mengerjakan proyek yang biasanya diterapkan pada anak sekolah menengah.

Dia memilih aktivitas yang sesuai dengan kondisi siswa, yakni mengajak mereka berkenalan dengan aturan rumah masing-masing. Ternyata, hal tersebut membuat seluruh siswanya sangat antusias dan bersemangat.

“Anak-anak melihat kondisi rumah yang perlu dibantu untuk dirapikan, maka proyek ini kita namakan Polisi Aturan di Rumah,” imbuhnya.

Dia menambahkan bahwa proyek tersebut tak hanya melatih anak untuk mencapai satu kompetensi memiliki pengalaman, anak-anak juga menjadi lebih percaya diri dalam menceritakan pengalaman mereka  dan memiliki rasa tanggung jawab.

Khoiry Nuria Widyaningrum

Namanya menjadi sorotan ketika Mendikbudristek, Nadiem Makarim, menginap di rumahnya. Semenjak itu, sosok guru yang akrab disapa Nuri ini ramai mewarnai pemberitaan media massa.

Mengajar di SDN Jetisharjo, Sleman, Yogyakarta, Nuri tak hanya dikenal sebagai guru sekolah tetapi juga salah satu guru menyimpang di Komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) .

Guru menyimpang adalah guru yang memiliki perilaku mengajar ‘menyimpang’ tetapi memberikan dampak positif terhadap karakter dan hasil belajar siswa.

Komunitas tersebut memiliki anggota dari seluruh Indonesia, masing-masing anggota guru biasanya keliling ke berbagai daerah untuk memberikan pelatihan, menjadi pembicara, dan berdiskusi dengan para guru.

”GSM ini merupakan wadah untuk saling bertukar inspirasi dalam kelas, berbagi ilmu dan pengalaman yang juga melibatkan siswa SD kelas 1 sampai kelas 6 se-Indonesia,” ujar Nuri, dikutip dari laman DITPSD Kemendikbudristek, Kamis, 16 September 2021.

Sang pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, mengaku awalnya sangat cemas dengan kondisi pendidikan dan anak-anak di Indonesia.

Teringat dengan prinsip ikan salmon, yakni untuk bisa menetaskan telur berkualitas, seseorang harus melawan arus. Alhasil, lahirlah komunitas GSM dengan tujuan memberikan perubahan positif bagi generasi penerus bangsa.

“Itulah harapan kami untuk dapat mendorong dunia pendidikan kita ke arah yang lebih baik lagi,” pungkasnya.

Sarwendah Kongtesha

Tayangan Kick Andy yang membahas kisah para guru muda di pelosok Indonesia dalam program Indonesia Mengajar besutan Anies Baswedan membuat Sarwendah tercengang dengan kenyataan pendidikan tanah air di kawasan terpencil.                   

Lulus sebagai Sarjana Matematika di Universitas Negeri Manado, Sarwendah memantapkan hati untuk mengikuti program Indonesia Mengajar meskipun sempat mendapatkan tantangan dari orang tua.

Sarwendah memutuskan untuk datang ke Flores dan melaksanakan program tersebut. Kehangatan warga lokal yang menerimanya meski ia memiliki perbedaan agama membuat Sarwendah semakin mantap memberikan pengajaran dan pendidikan terbaik untuk para siswa di desa Wai Kela, Kecamatan Adona Tengah, Kabupaten Flores Timur, dengan terus mengajar matematika.

Agusthina Taihuttu

Pada tahun 2020, Kepala SD Negeri Muko Tanah Merah di Distrik Yaho, Nabire, ini mendapatkan peringkat IV sebagai Guru Berdedikasi Terbaik.

Agusthina mengaku tidak menyangka terpilih sebagai salah satu guru yang teladan saat mendengar pengumuman daring dengan Presiden Jokowi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Ketua Umum PGRI, saat puncak peringatan Hari Guru Nasional.

Mengajar di daerah terpencil bukanlah hal yang mudah untuk Agusthina. Pada acara tersebut, ia menceritakan bahwa kesulitan utamanya adalah memberikan pemahaman kepada warga setempat mengenai pentingnya pendidikan.

Faktor lingkungan sosial-ekonomi, kata Agustina, membuat para orang tua enggan menyekolahkan anak mereka. Dia mengaku sampai harus keluar masuk kampung untuk memberikan pemahaman kepada para orang tua.

Pandemi pun memperparah pandangan warga setempat mengenai pentingnya edukasi, membuatnya kembali harus berjuang dari awal. Pasalnya, pembelajaran daring sulit diterapkan, kualitas sinyal seluler dan kondisi ekonomi pun tidak memungkinkan.

Pada Agustus 2020, berkat kerja keras Agusthina, anak-anak suku pedalaman yang bersekolah di SDN Muko Tanah Merah, Distrik Yaro, Nabire, Papua akhirnya mendapatkan asrama baru untuk putra dan putri.

Asrama tersebut merupakan hasil kolaborasi Yayasan Tunas Bakti Nusantara (Bakti Nusantara) dengan Bosch Indonesia dan AFC Life Science.

Avan Fathurrahman

Guru sekolah dasar di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, ini memang patut menjadi teladan, karena sejak pandemi Covid-19 terjadi, ia rela berkeliling ke rumah masing-masing murid agar mereka tetap bisa belajar.

“Sejak ada edaran siswa diberlakukan belajar di rumah, guru pun harus mengajar dari rumah. Saya hubungi beberapa wali murid ternyata mereka tidak punya ponsel pintar untuk aplikasi pembelajaran,” kata Avan seperti dikutip Sindo News.

Alhasil, Avan memutuskan untuk mendatangi rumah para siswa satu per satu demi muridnya tetap mendapatkan edukasi.

Setiap hari Avan pun dengan ikhlas dan sabar mengendarai motornya melewati jalan-jalan perempatan yang mayoritas berlumpur dan kurang baik untuk memberikan pelajaran sekolah di rumah anak didiknya.

Terkadang, dia harus menitipkan motornya karena jalanan atau pematang sawah yang harus dilalui benar-benar tidak kondusif.

Tentunya hal yang demikian sangat menguras energi dan melelahkan, tetapi Avan tidak menganggapnya sebagai beban. Sebab, dia memandangnya sebagai tanggung jawab seorang guru yang terkadang harus menyesuaikan dengan keterbatasan ekonomi para siswa sekolah.

Ahmad Haris

Sosok Ahmad Haris sempat viral lewat sebuah video yang beredar di media sosial yang menunjukkan sosok laki-laki yang menyeberang lautan sembari memegang tas untuk menutupi tubuhnya agar tidak basah.

Mengajar di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Pulau Pura, Ahmad Haris rela menyeberangi lautan demi murid-muridnya mendapatkan pendidikan yang baik. Padahal, kondisi pulau tersebut sangatlah memprihatinkan karena minim listrik dan air bersih.

Sehari-hari, Ahmad Haris mengendarai motor dan melanjutkan perjalanan menyeberangi lautan menggunakan kapal menuju sekolah tempatnya mengajar.

Lalu, kala cuaca tengah tak bersahabat, seperti ombak yang tinggi sehingga membuat kapal tidak bisa berlayar, dia memilih untuk berenang. Tujuannya adalah seluruh siswanya tetap mendapatkan pelajaran yang mereka butuhkan untuk masa depan yang lebih baik.

Dedikasi Ahmad sebagai seorang guru sangatlah luar biasa. Bayangkan saja, dia setiap hari harus menempuh jarak dari rumah ke kota tempatnya mengajar sejauh 30-40 kilometer. Namun, dia tidak pernah mengeluh dan setia menjalaninya sebagai bagian dari tanggung jawab diri sebagai guru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *