Bukan Cuma Nilai, Ini yang Dilihat Universitas Terbaik di Dunia untuk Calon Mahasiswanya

236
0

Minat pelajar Indonesia untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke luar negeri tak kunjung surut, meskipun pandemi datang menjadi penghalang mimpi.

Indonesia berada di peringkat ke-22 sebagai negara dengan jumlah pelajar yang meneruskan pendidikan di luar negeri, termasuk perguruan tinggi dunia, seperti kampus-kampus Ivy League dan universitas jawara lainnya, mulai dari MIT, Berkeley, Stanford, Oxford, dan Cambridge.

Namun, menembus universitas-universitas papan atas level internasional tersebut tidaklah mudah. Tak hanya nilai akademis yang cemerlang, seorang pelajar juga harus memiliki kemampuan serta prestasi lain sebagai pendukung syarat masuk universitas.

Daniel Chung, Former Associate Director of Admission di Stanford University mengatakan bahwa dukungan orangtua jangan hanya fokus pada nilai akademik dalam mengantarkan anak-anak mereka ke bangku universitas dunia.

Pasalnya, banyak universitas terbaik dunia menuntut lebih dari nilai-nilai ujian yang cemerlang. Mereka juga menginginkan mahasiswa dengan karakter kuat dan memiliki kemampuan di bidang lain yang tak kalah baik.

“Mungkin praktik semacam ini (nilai akademis) berlaku di sistem pendidikan berbagai negara. Namun, berbeda halnya jika ingin memasuki universitas sekelas Ivy League di Amerika Serikat (AS), cemerlang secara akademis saja tidaklah memadai. Siswa yang tidak mencantumkan aktivitas ekstrakurikuler dan pengalaman kepemimpinan dalam aplikasinya akan sulit dipertimbangkan masuk ke universitas AS mana pun – apalagi Ivy League,” papar Daniel Chung yang hadir secara virtual saat konferensi pers Crimson Education beberapa waktu lalu.

Daniel Chung menambahkan bahwa prestasi akademis tidak cukup untuk seseorang diterima di universitas unggulan.

Setiap tahun, kata Chung, lingkungan pendidikan semakin kompetitif. Universitas-universitas unggulan di AS menerima puluhan ribu aplikasi, tetapi hanya sebagian kecil mahasiswa yang diterima.

Kala melakukan penyeleksian dari puluhan ribu aplikasi yang masuk dari pelajar berprestasi di seluruh dunia, pihak universitas akan menilai calon mahasiswa secara holistik.

Kegiatan di luar ruang kelas atau eksktrakurikuler ternyata menjadi salah satu penilaian utama dari universitas-universitas dunia. Jangan salah, kegiatan ekstrakurikuler bahkan mendapatkan bobot yang besar dalam penerimaan mahasiswa.

Chung memberikan contoh Stanford menolak 69 persen calon mahasiswa dengan skor SAT sempurna dalam lima tahun terakhir.

Universitas-universitas unggulan di AS seperti Stanford ingin melihat mahasiswa yang dapat membawa pengaruh positif bagi budaya kampus dan menambah kekayaan sejarah alumninya, sehingga tolok ukur tidak lagi sekadar skor SAT sempurna, tetapi juga kegiatan ekstrakurikuler.

Selain itu, pengalaman pelajar dalam hal kepemimpinan juga menjadi penilaian tersendiri dan cukup penting.  

Universitas-universitas unggulan dan bergengsi dunia ingin menelurkan banyak sarjana yang memiliki potensi menjadi seorang pemimpin inspiratif. Tujuannya tentu saja untuk terus memoles reputasi universitas di mata publik.

Ekstrakurikuler dan jiwa kepemimpinan, kata Chung, merupakan dua kunci atau strategi untuk pelajar berhasil menembus  perguruan tinggi terbaik dunia.

Jadi, kamu yang memiliki impian mengenyam pendidikan di universitas-universitas terbaik dunia, jangan hanya konsentrasi pada nilai ujian saja, tapi kembangkan juga skill di bidang lain, bisa bermusik, menggambar, menulis, olahraga, dan sebagainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *