BI Bakal Luncurkan Rupiah Digital, Apa Bedanya dengan Kripto?

Dengan sejumlah fitur di dalamnya, ada perbedaan antara Rupiah Digital dengan mata uang kripto.

191
0
Rupiah Digital

Bank Indonesia (BI) bakal menerbitkan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah Digital. Proyek ini tercantum dalam White Paper Proyek Garuda yang belum lama ini diterbitkan.

Di white paper itu disebutkan CBDC bisa memenuhi kebutuhan publik dalam bertransaksi di era digital, serta menyesuaikan dengan kebutuhan bank sentral dalam menjaga dan memelihara keberlangsungan sistem keuangan yang sudah berjalan selama ratusan tahun dengan menempatkan bank sentral pada porosnya.

“CBDC akan menambal keterbatasan uang-uang yang ada saat ini dengan berperan sebagai instrumen inti bagi bank sentral dalam menjalankan mandatnya di era digital,” tertulis dalam white paper, Senin, 12 Desember 2022.

Rupiah Digital
Ilustrasi Rupiah Digital/Shutterstock

Rupiah Digital nantinya akan dibangun dalam fitur desain yang tangguh dan memungkinkan pengembangan-pengembangan model bisnis baru yang inovatif, inklusif, dan juga mendorong efisiensi.

Bukan cuma itu, Rupiah Digital bakal dilengkapi dengan sejumlah fitur yang memastikan resiliensi, baik dalam konteks keamanan maupun ketersediaan. Misalnya, offline functionality, yang juga dapat memastikan perluasan inklusi keuangan di daerah tertinggal.

“Rupiah Digital juga akan dilengkapi fitur programmability yang memungkinkan pengembangan inovasi dan efisiensi keuangan (misal smart contract),” sambungnya.

Ada juga tokenisasi surat berharga yang akan dikembangkan di dalam platform Rupiah Digital. Ini bertujuan untuk membuka peluang-peluang baru bagi pendalaman pasar keuangan.

CBDC dianggap sebagai solusi prospektif untuk mewujudkan pembayaran antarnegara yang lebih cepat, mudah, transparan, dan inklusif. CBDC juga diyakini mampu mengatasi berbagai friksi yang terjadi dalam pembayaran antarnegara, seperti biaya yang mahal, format data yang terfragmentasi, compliance yang kompleks, jam operasional yang terbatas serta tingginya biaya konversi mata uang.

Sebagai platform multicurrency, CBDC memungkinkan sejumlah pihak dalam bertransaksi dan saling membayar dalam mata uang yang berbeda secara langsung, tanpa ada perantara seperti bank koresponden.

Rupiah Digital
Ilustrasi Rupiah Digital/Shutterstock

Ini juga sejalan dengan survey BIS tahun 2022, kalau efisiensi pembayaran antarnegara menjadi motif utama bagi pengembangan CBDC wholesale, baik itu di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan, inisiatif pengembangan CBDC ritel antarnegara juga mulai dilakukan.

Tantangan utama dalam mendesain interoperabilitas lintas CBDC dari yurisdiksi yang berbeda adalah solusi atas isu bisnis, terutama isu pengelolaan konversi mata uang (currency arrangement), termasuk pengendalian arus modal dan penyediaan likuiditas dalam valuta yang tentunya berbeda.

Meski memiliki sejumlah fitur di dalamnya, ada perbedaan antara Rupiah Digital dengan mata uang kripto. Asisten Gubernur Bank Indonesia atau Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Filianingsih Hendarta mengatakan, kripto berbentuk aset, kalau Rupiah Digital merupakan alat pembayaran.

Crypto Currency
Ilustrasi Crypto Currency/Shutterstock

Gubernur BI Perry Warjiyo pun menambahkan, kalau Rupiah Digital merupakan satu-satunya alat transaksi yang sah. Sementara yang lainnya enggak sah.

Di sisi lain, Kepala Ekonom Permata Josua Pardede meluruskan salah paham di masyarakat yang menganggap sama kripto dengan Rupiah Digital.

“Banyak yang menyamakan dengan aset kripto. Padahal ini kan rupiah kita, alat tukar pembayaran yang sah,” ucapnya.

Munculnya Rupiah Digital ternyata enggak menghilangkan uang fisik. Seperti yang ditegaskan oleh Filianingsih, bahwa uang fisik akan tetap ada. “Ini (uang fisik) akan tetap ada. Tetapi kami menyediakan tadi (Rupiah Digital), untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Dirinya juga menilai masyarakat punya cara yang berbeda dalam bertransaksi. Mulai dari kaum milenial yang cenderung menggunakan uang digital, sedangkan non-milenial cenderung memakai uang fisik. Maka dari itu, BI berusaha memenuhi kebutuhan untuk keduanya.

Terbitnya Rupiah Digital masih belum bisa dirincikan kapan. Tetapi, Rupiah Digital diharapkan bisa terbit secepatnya dan enggak terlalu lama.

Menariknya, Rupiah Digital ini juga bisa digunakan untuk berbelanja di Metaverse, lho!

Di sisi lain, Kepala Grup Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Ryan Rizaldy, menjelaskan soal bagaimana cara masyarakat bisa mendapatkan Rupiah Digital. Ia mengungkapkan peredaran bakal dilakukan oleh wholesaler, baik dari perbankan maupun non-perbankan.

“Nanti akan ada wholesaler yang ditunjuk, ada syarat-syaratnya yang akan sangat ketat,” tuturnya.

Nantinya, wholesaler bakal menukarkan rekening giro di Bank Indonesia dengan Rupiah Digital. Karena sifatnya yang on demand, jumlah yang akan ditukar pun langsung tercatat dalam brankas Rupiah Digital.

Selanjutnya, wholesaler nanti akan mendistribusikan ke tingkat ritel. Bagi masyarakat yang ingin memilikinya bisa menukarkan uang mereka, baik berupa uang kertas, logam, maupun uang di rekening.

Setelah penukaran berhasil, masyarakat dapat menggunakannya untuk berbelanja sesuai kebutuhan.

via GIPHY

Bagaimana menurut kamu, gengs? Bertransaksi bakal semakin mudah dan ringkas bukan?

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *