Pameran SUMAKALA di Yogyakarta Kembali Digelar, Hadirkan Diskusi Hingga Lokakarya

Keraton Yogyakarta kembali menggelar Pameran Akhir Tahun dengan mendorong penarasian pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono III dan Sri Sultan Hamengu Buwono IV.

364
0
Sumakala

Keraton Yogyakarta kembali menggelar Pameran Akhir Tahun dengan mendorong penarasian pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono III dan Sri Sultan Hamengu Buwono IV.

Jika dilirik ke belakang, pada tahun 2019, Keraton Yogyakarta sempat mengadakan pameran akhir tahun bertajuk ‘Sri Sultan Hamengku Buwono I: Menghadang Gelombang, Menantang Zaman’. Penyelenggaraan pameran itu bersamaan dengan perayaan Hajad Dalem Sekaten.

Di tahun 2020, pameran yang sama juga digelar dengan mengusung narasi perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Pameran Sang Adiwira: Sri Sultan Hamengku Buwono II yang berlokasi di Kompleks Cepuri Kedhaton ini menghadirkan semangat juang dari Sang Sultan yang dielu-elukan dalam sejarah panjang Yogyakarta.

Sayangnya, pada 2021, pameran akhir tahun ini harus tertunda karena pandemi Covid-19 yang melanda tanah air, serta penerapan aturan pembatasan kegiatan.

Pada pameran temporer Pameran Akhir Tahun 2022 yang bertajuk “SUMAKALA: Dasawarsa Temaram Yogyakarta”, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat akan mengangkat ulang kisah Sri Sultan Hamengku Buwono III dan Sri Sultan Hamengu Buwono IV. Berikut sepenggal kisahnya:

Setelah gegernya peristiwa Sepehi, Yogyakarta di bawah pemerintahan kedua Sultan tersebut mengalami saat-saat yang suram. Berbagai desakan politik dari pemerintahan Inggris terhadap Sultan ketiga pun berdampak pada ketidak-stabilan perekonomian.

Sebab, seluruh biaya perang yang ditimbulkan dari gempuran Inggris ke Yogyakarta harus ditanggung oleh Keraton. Kondisi carut marut tersebut juga disaksikan oleh GRM Ibnu Djarot, putra mahkota yang masih belia.

Tapi, klimaksnya, sang pangeran harus menyaksikan kondisi saat ayahnya meninggal setelah 2 tahun bertakhta. Dengan begitu, putra mahkota yang masih berusia 10 tahun pun menggantikan kedudukan Sultan, yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono IV.

“Momentum ini upaya keraton untuk merekonstruksi ulang kisah-kisah sultan terdahulu. Meskipun kedua sultan, yakni sultan ketiga dan sultan keempat mengalami kondisi yang sulit, akan tetapi berbagai prestasi dalam pemerintahan maupun pembangunan kebudayaan di keraton pun turut disumbangkan. Beberapa masih bisa kita lihat sampai sekarang, seperti tari Bedhaya Durmakina, Babad Ngayogyakarta, maupun kereta-kereta kebesaran dari masing-masing Sultan,” ucap GKR Bandara, Penghageng KHP Nitya Budaya, Keraton Yogyakarta.

Keraton
Keraton/Shutterstock

Selain itu, pameran ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi keraton dan tim pameran. Peristiwa Geger Sepehi membuat keraton yang megah harus porak-poranda. Benda budaya, kekayaan material, hingga pusaka miliki keraton dijarah habis-habisan oleh prajurit Sepoy. Ini juga berdampak terhadap sumber-sumber tentang pemerintahan keraton pada abad ke-19, praktis tidak banyak ditemukan.

Pada momen inilah keraton mencoba membaca ulang sejarah semasa 1812-1822 dan mewujudkannya dalam bentuk visual. Sehingga kerja kreatif ini dipilih menjadi media untuk mendalami pemerintahan Sultan Ketiga dan Sultan Keempat lebih mandalam.

Pameran ini akan diselenggarakan di Komplek Bangal Pagelaran, dan secara resmi dibuka pada 28 Oktober 2022. Berbagai kegiatan pendukung pameran tak luput digelar, seperti napak tilas kediaman putra mahkota, menjelajahi ruas penyerangan Geger Sepehi, hingga berbagai diskusi dan lokakarya yang berkaitan dengan tema pameran.

Keraton Yogyakarta sebagai institusi budaya sekaligus museum yang inklusif turut menggandeng komunitas untuk bekerja sama dalam pelaksanaan pameran. Maka dari itu, keterlibatan masyarakat dalam upaya melestarikan sejarah dan kebudayaan semakin luas.

TIRA
WRITTEN BY

TIRA

Fashion and sport enthusiast!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *